Oleh: -

Naskah: Giattri, Foto: Dok. Sekolah Relawan

Kobaran api melumat isi hutan Sumatera dan Kalimantan, kabut asapnya mengepung beberapa daerah di Tanah Air. Salah satunya Desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Tanpa banyak bicara, sekelompok orang terjun berjibaku bersama penduduk lokal memadamkan lahan gambut yang terbakar dengan segala keterbatasannya.

Tak hanya membantu pemadaman kebakaran di lahan gambut saja, mereka sebelumnya terlibat dalam berbagai misi kemanusiaan di berbagai lokasi bencana, diantaranya Sinabung, Gunung Kelud, maupun banjir di Jakarta.

Mereka adalah anggota Sekolah Relawan (SR), yang berasal dari latar belakang berbeda mulai dari mahasiswa, guru, hingga karyawan swasta. Mereka rela cuti dari profesinya demi membantu di daerah yang membutuhkan relawan.

SR kelahirannya dibidani oleh seorang pentolan aktivis kemanusiaan, Bayu Gawtama pada 2013 lalu. Pria yang biasa disapa Gaw itu ingin para relawan ketika diterjunkan punya kemampuan untuk membantu.

Executive Director Sekolah RelawanDony Aryanto mengatakan banyak orang yang ingin jadi relawan, namun mereka hanya bermodalkan semangat tanpa dibekali kemampuan maupun wawasan yang memadai sebagai seorang relawan.

“Sekolah Relawan mengakomodir mereka dengan memberikan pelatihan dan edukasi sehingga mempunyai kemampuan untuk membantu selama di lapangan,” imbuhnya.

Lantas apa saja program SR? sesuai dengan namanya, Sekokah Relawan sebagai sebuah lembaga kemanusiaan yang fokus terhadap edukasi kerelawanan dan pemberdayaan masyarakat serta aksi nyata kerja kerelawanan. Maka fokus program di SR ada 4, yaitu Edukasi kerelawanan; Program sosial kemanusiaan; Pemberdayaan masyarakat, dan Advokasi.

Edukasi Kerelawanan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu Orientasi Relawan yang digelar setiap bulan guna mengenalkan dunia kerelawanan terhadap masyarakat awam, visi, misi dan program SR. “Untuk mengikuti agenda ini, para peserta tidak dipungut biaya alias free,” jelas Dony.

Forum Sharing Relawan yang juga diadakan sebulan sekali. Forum ini membahas topik tertentu yang berbeda setiap pertemuan dengan dihadiri beberapa komunitas kerelawanan. “Bagi para penggerak komunitas, kegiatan bulanan ini dijadikan ajang menjalin kolaborasi antar komunitas. Untuk mengikuti Forshare ini, biasanyahanya diminta membawa 2 buah buku bacaan anak,” kata Dony.

Masih di Edukasi Kerelawanan, SR juga mempunyai beberapa program training berbayar seperti Volunteer Management Training (VMT), training selama 2 hari yang dibutuhkan oleh para manager atau penggerak komunitas relawan. Training Community Development, Training Rescue, dan lainnya. “Semua training dibuat dengan tujuan, siapapun yang sudah mengikuti training akan menjadi tenaga yang mempunyai keterampilan memadai untuk membantu masyarakat,” tandasnya.

Program sosial kemanusiaan. Sebagai seorang relawan tentu tak akan tinggal diam ketika ada isu sosial kemanusiaan. Untuk mengakomodir semangat tersebut, SR membuat program Sosial and Disaster Rescue (SDR), Double Pay, Clean Action lewat Gerakan Pungut Sampah (GPS), dan lainnya. “Siapa pun bisa terlibat di GPS, kami rutin lakukan di 15 kota Indonesia. Jakarta, Bogor, Bekasi, Karawang, Bandung, Subang, Tangerang, Medan, Padang, Aceh, Serang, Palangkaraya, Jombang, Samarinda, Banjarmasin menyusul kota lainnya,” ujarnya.

Pemberdayaan masyarakat,di tahun 2016 ini mengusung tema “Membangun Kemandirian”,SR membuat Program Community Center untuk pendampingan masyarakat secara terpadu agar mereka menjadi berdaya.Advokasi, dibuat untuk mengadvokasi masyarakat agar mendapatkan perlakukan yang sama dimata pemerintah.