Conversation: Endless Acts in Human History: Dialog Perupa Lintas Negara

Oleh: Giatri (Editor) - 12 February 2016

Naskah : Giattri Fachbriliyanti, Foto: Sutanto

 Conversation: Endless Acts in Human History” adalah dialog antara seniman gaek Indonesia Entang Wiharso dan seniman kontemporer Australia Sally Smart. Keduanya, mempresentasikan hasil percakapan mereka terkait perkara sejarah manusia sepanjang zaman melalui seni patung, lukisan dan instalasi yang indah.

"Saya dan Sally memiliki minat yang sejalan dan berbagai ide yang berbeda kerap bermunculan untuk karya kami, seperti tubuh dan organ, perbatasan dan tepian, sejarah, kolonisasi, gambaran seni dan seni politik. Dan kami menggunakan potongan-potongan material sebagai konsep karya kami," kata Entangmengenai pameran bersama mereka yang dimulai 14 Januari hingga 1 Februari.

Sally dan Entang Wiharso pertama kali bertemu di Melbourne, Australia, tahun 2012. Sejak itu, keduanya semakin akrab secara kreatif dan pada paruh terakhir Januari 2016, persahabatan keduanya mewujud dalam pameran bersama di Galeri Nasional, Jakarta.

Sally yang juga peneliti pada Victorian College of the Arts (VCA) mengaku kolaborasi dengan Entang Wiharso didasari atas rasa saling percaya dan persahabatan.

"Ini adalah dialog antara dua seniman dalam menciptakan pameran yang mampu berbicara melebihi diri kami masing-masing," kata Sally.

The Indonesian Pavilion pada The 51st Venice Biennale 2005 silam, menjadikan Entang piawai menyatukan bahasa pribadi saat menciptakan karyanya untuk menyatakan identitas, kebenaran sejarah dan narasi sosial-nya. Karyanya adalah pengalaman pribadinya yang digunakan untuk menjelajah kondisi negaranya, seperti kasih sayang, kebencian, fanatisme, agama, dan ideologi.

Begitupun karya utamanya, Chronic Satanic Fences, 2010, menggambarkan pagar baja yang didukung dengan kayu tradisional menjadi bagian dari Voyeuristic Impulse dimana dirinya mempresentasikan figur yang mengerikan dan berbasis binatang dengan penekanan pada setiap bagiannya. Sebuah studi yang menyatakan seberapa mendalam keinginan dan kekuatan moral yang dapat melesat ke fanatisme dan kecaman.

Karya lainnya seperti perjalanan keluarga Tableaux Ofan Ominous, Reclaim Paradise: Paradise Lost, 2015, yang terdiri dari hutan dinding bambu yang menggambarkan ancaman dari pasukan yang tak terduga.