Perupa Keramik Masih Ada!

Oleh: Giatri (Editor) - 31 December 2015

Naskah: Giattri

Pameran kecil ini tidak meneriakan slogan-slogan tertentu di tengah ramainya dunia seni rupa Indonesia. Melainkan hanya mengingatkan masyarakat: perupa keramik masih ada, tetap bekerja, dan berjuang atas nama keramik.

Dunia keramik masih dianggap kurang menjanjikan. Proses pembuatan yang cukup ‘njlimet’ dan panjang membuat para pemula merasa bosan untuk menekuni lebih lanjut bidang ini. Pengenalan jenis dan proses tanah liat, teknik pembuatan, pengetahuan glasir, hingga tungku pembakaran merupakan urutan panjang yang harus dilampaui dengan kesungguhan.

Minat terhadap sekolah atau pendidikan keramik, seperti ITB, IKJ, ISI, dan UNJ dari tahun ke tahun selalu kembang-kempis. Boleh dibilang termasuk jurusan yang paling sedikit dilirik ketimbang bidang seni lain. Tidak sedikit sarjana keramik yang dihasilkan yang akhirnya berpindah ke lahan (seni rupa) lainnya.

Diakui perupa keramik Indonesia F Widayanto, regenerasi perupa keramik di Indonesia semakin minim, meskipun tak sedikit dari generasi muda yang mau menggeluti profesi sebagai perupa. Namun, seperti umumnya stigma orang tua Indonesia terhadap profesi seni, hal itulah yang kemudian menjadikan regenerasi perupa keramik yang fokus dan profesional makin minim.

”Terkadang orang tua cenderung berstigma bahwa menjadi perupa keramik tak akan membawa keuntungan finansial. Maka anak-anaknya dilarang untuk terjun lebih,” katanya di Pameran Keramik ‘Identitas’ di Museum Seni Rupa dan Keramik beberapa waktu lalu.