Laporan Khusus Jokowi-JK (Part 7): Apa kata Dunia

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 16 June 2014
Naskah: Andi Nursaiful,  Foto: Istimewa

Sejak kemunculannya di Jakarta, media internasional tidak henti-hentinya memberitakan dan menulis Jokowi sebagai pemimpin bottom up yang memilih melihat persoalan rakyat dari dekat untuk kemudian mengambil keputusan demi menyelesaikan persoalan.

Cara kerja pemimpin seperti ini jarang dilakukan di Indonesia selama ini. Kebanyakan pemimpin terbiasa menganalisa persoalan masyarakat melalui TV, media massa lain, helikopter, bahkan sekadar berdasarkan laporan bawahan yang lebih sering ABS (Asal Bapak Senang). Umumnya, pemimpin seperti ini melihat rakyat miskin lebih sebagai data dan angka kemiskinan, bukan sebagai manusia.

Ketika sosok Jokowi tiba-tiba tampil dengan gaya dan pendekatan yang jauh bertolak belakang dengan “kelaziman” itu, publik luas kontan tercengang. Sosoknya kontan memberi harapan, tidak hanya bagi masyarakat Indonesia, tapi juga dunia internasional.

Masa jabatan Jokowi yang baru satu tahun di Jakarta, menarik perhatian internasional. Para utusan dari berbagai negara, misalnya, ramai-ramai mendatangi Jokowi, baik untuk mengajak kerjasama, maupun memberi dukungan.

Tercatat ada nama Liu Jianchao (Dubes China), Martin Bille Hermann (Dubes Denmark), Scot A Marciel (Dubes Amerika), Kim Yeong Seon (Dubes Korea Selatan), Stig Traavik (Dubes Norwegia), Pangeran Andrew (Inggris), Mark Rutte (PM Belanda), dan William Hague (Menlu Inggris).

William Hague menemui Jokowi untuk membicarakan penanganan korupsi di Indonesia. Terkesan seolah tidak nyambung, sebab mestinya sang menlu Ketua KPK Abraham Samad kalao ingin membahas pemberantasan korupsi? Jika dicermati lebih jauh, kedatangan Menlu Inggris tentulah dalam konteks menunjukkan dukungan Inggris secara khusus kepada Jokowi.

Para pemimpin negara yang lain jelas sangat berkepentingan dengan Indonesia. Mereka memberikan dukungan dan perhatian kepada Jokowi, karena melihat Jokowi bisa lebih dipercaya dunia internasional sebagai pemimpin yang bersih dan menjanjikan masa depan Indonesia yang lebih baik.

Indonesia yang lebih baik di mata dunia adalah Indonesia yang tidak dipimpin oleh pejabat pejabat yang terindikasi akan menjadi tersangka korupsi, suap, penggelapan pajak maupun pelanggaran ham.

Jokowi menjadi penting bagi dunia, karena Indonesia penting bagi internasional. Setidaknya, setengah jalur perdagangan internasional melewati perairan Indonesia. Instabilitas ekonomi dan politik Indonesia memberi dampak kepada instabilitas ekonomi dan politik Asia dan Amerika.

Kebijakan dan aturan yang jelas dan transparan, sesuatu yang telah dilakukan Jokowi di level kota dan provinsi, tentu akan menciptakan kepastian hukum bagi pelaku ekonomi dunia yang ingin berinvestasi di Indonesia.

Komitmen penegakan hukum, pemberantasan korupsi, dan tata kelola pemerintahan yang bersih, dibutuhkan oleh investor untuk bergiat di bidang ekonomi tanpa khawatir dengan ekonomi biaya tinggi dan biaya-biaya siluman lainnya.