Hasto Wardoyo (Kepala BKKBN), Mewujudkan Generasi Indonesia Emas

Oleh: Syulianita (Editor) - 05 November 2023

Keluarga Berkualitas, Generasi Bebas Stunting

 

Sungguh menarik berbincang-bincang dengan sang pemimpin yang juga berprofesi sebagai Dokter Kandungan Konsultan Fertilitas-Endokrinologi Reproduksi ini. Ketika ditemui di kantor BKKBN beberapa waktu lalu, Dokter Hasto menerima tim Men’s Obsession dengan hangat. Gayanya yang santai dan ramah menjadikan pembicaraan berdurasi satu jam ini tak terasa. Tak ada kesan kaku! Sebaliknya, sesekali Dokter Hasto melontarkan pembicaraan ringan, diselingi guyonan dan tawa lepas. Berikut petikan wawancaranya;

Zaman orde baru, BKKBN terkenal dengan imbauannya untuk keluarga muda dengan dua anak cukup. Apakah sekarang masih berlaku?

Iya betul sekali, zaman dulu kita yang penting dua anak cukup, sekarang ini tidak cukup seperti itu, kalau dua anak cukup tapi stunting semua bagaimana. Tidak berkualitas, tidak cerdas, itu tidak bisa. Jadi dua anak juga baik, lebih sedikit juga baik. Tapi kualitas jarak anak menjadi perhatian sehingga jarak kelahiran ini sangat menentukan kualitas anak. Misalnya sekarang banyak anak autisme ternyata berhubungan erat dengan jarak kelahiran. Kalau WHO itu mengamanahkan jarak kelahiran itu 36 bulan idealnya. Jadi begitu melahirkan idealnya kan KB dulu, sehingga pentingnya kontrasepsi di situ, bagaimana supaya jaraknya bagus. 

 

Selain menjaga jarak kelahiran, apa saja yang harus dilakukan pasangan muda untuk mencegah anak stunting dan terlahir autisme?

Jangan menikah terlalu muda. Usia ideal itu kan 20 tahun, meski undang-undang memang membolehkan 19 tahun tapi tolong hamilnya itu di usia 20 tahun karena sudah menjadi penelitian di tingkat internasional, statistical review multicenter, dengan kesimpulan bahwa orang hamil dan melahirkan itu idealnya usia 20 – 35 tahun. Kampanye kita jangan terlalu muda, kurang dari 20 tahun jangan hamil dulu. Kemudian juga jangan terlalu tua, jadi usia 35 tahun sudah harus tutup buku usia itu berisiko tinggi.

 

Apa saja strategi yang dilakukan BKKBN sehingga sukses meraih penghargaan United Nations Population Award (UNPA) 2022 dari PBB?

Ya di BKKBN ini kita sudah dua kali mendapatkan penghargaan dunia terkait dengan population awards. Pertama pada tahun 1990-an zaman Pak Soeharto dan Haryono Suyono. Kemudian yang kedua adalah kemarin tahun 2022 ini, kita mendapat penghargaan di tingkat dunia ini karena Indonesia dianggap mampu mengelola penduduk. Jadi ya bagaimana strategi kita untuk memanage populasi. Ketika populasi yang tinggi sekali jumlah fertilisasinya, kemudian di Indonesia ini kan banyak dinamika, banyak pendapat yang bertentangan dengan masalah kontrasepsi. Tetapi pendekatan secara persuasif kepada seluruh lini di lapangan itu membuat orang itu permisif terhadap kontrasepsi. Nah permisif terhadap kontrasepsi, sadar menggunakan kontrasepsi itu menjadi bagian yang success story.

Yang kedua, kita maintain para tokoh agama tokoh masyarakat, supaya program ini tetap permisif di tengah tengah masyarakat. Nah kemudian akhir – akhir ini kita juga menyesuaikan dengan kondisi kekinian, termasuk bagaimana ketika populasi remaja meningkat maka jargon kita, kita ubah menjadi jargon yang kekinian.

Kemudian strategi bagaimana membuat indeks pembangunan keluarga, namanya iBangga. Sehingga kita itu tidak hanya menuju kepada welfare, sejahtera secara ekonomi perutnya kenyang, tapi kita sudah membuat happiness. Jadi bagaimana kita membuat indeks pembangunan keluarga, iBangga itu memasukan unsur happiness. Bagaimana dia hidup tenteram, mandiri, bahagia. Memang negara-negara maju spiritnya bukan sekadar welfare tapi happiness, indeks kebahagiaan. Kita menuju ke sana, itu yang kita siapkan dulu, fokus kepada kualitas, jadi bukan kualitas jumlah anak. Kita sekarang pada kualitas termasuk kita menyiapkan platform untuk menuju family yang happiness. 

Mempersiapkan generasi unggul untuk Indonesia Emas 2045, apakah itu menjadi target BKKBN ke depan?

Ya betul dan indikatornya jelas! Ketika stunting menjadi indikator kinerja kita itu sudah jelas. Kemudian yang berikutnya ada human capital index, kan kalau nanti stunting nya turun pasti ini human capital index nya naik. Kemudian juga ada ukuran bagaimana keluarga kita, generasi kita ini punya skill yang seperti apa. Kan ada IQ, EQ diukur kemudian high skill medium skill low skill itu ada ukurannya masing masing. Jadi bagaimana intelektual skill generasi kita itu kan semua dipotret.

Katakanlah ada world population review yang melaporkan itu, sehingga melaunching IQ nya dan seterusnya. Itu sudah nyata betul lah ukuran-ukuran itu dan kita menuju ke sana, dan itu penting sekali, barang nggak kelihatan. Kalau nggak ditampilkan dan dianalisis orang nggak akan melihat. Jadi banyak sekali masalah SDM itu yah, penting sekali dan banyak sekali masalah yang harus diselesaikan melalui keluarga yah.

 

Menjabat Kepala BKKBN tak menghalangi karier Bapak sebagai seorang dokter, dan Bapak masih menyempatkan diri praktik dokter kandungan?

Ya, kalau saya ditanya orang profesinya apa, yang profesi sampai mati ya dokter sehingga skill itu harus dipelihara. Dulu ketika saya jadi Bupati Kulon Progo saya juga masih praktik, masih sempat praktik seminggu dua kali setelah magrib sampai tengah malam. Kalau sekarang saya di sini tempat praktik saya di Yogyakarta, ya saya paling seminggu sekali. Supaya masih bisa berkomunikasi dengan pasien, dan skill masih terpelihara.

Saya masih mengerjakan operasi dan bayi tabung juga masih bisa saya kerjakan. Supaya ilmunya nggak hilang, karena sekolahnya lama, mulai dari dokter umum, wajib kerja 5 tahun di Puskesmas. Setelah itu ambil spesialis 5 tahun setelah itu ambil konsultan bayi tabung 3 tahun. Karena kalau mengajar di UGM kan harus ambil sub spesialistik, wajib. Jadi sekolah di kedokteran plus wajib kerjanya itu 19,5 tahun. Belum dengan sekolah lain yah. Dulu pun ketika saya minta izin mau jadi Bupati Kulon Progo, ibu saya tanya, “masih jadi dokter toh?” Jadi pesan orangtua saya, saya mau jadi apapun silahkan yang penting tetap menjadi dokter. Jadi saya masih praktik.

 

Hidup Sehat dari Alam

Di sela-sela kesibukannya yang padat, Dokter Hasto tahu betul bagaimana harus menjaga kesehatannya agar tetap prima. Kepada Men’s Obsession, ia membocorkan rahasia kesehatannya selama ini yang ternyata sangat sederhana. Semuanya kembali ke alam dan kembali kepada anjuran dan perintah Allah SWT yaitu puasa. Ia percaya dan mengakui bahwa puasa memiliki manfaat bagi kesehatan yang luar biasa. “Ini satu hal yang selalu saya syukuri bahwa saya diberi kesehatan di tengah kesibukan saya yang cukup padat,” ucapnya seraya tersenyum.

Dokter Hasto memaparkan resep awet muda dan hidup sehat yang dijalaninya selama ini dimulai dari menjaga pola makan, antara lain, ia tak lagi mengonsumsi nasi sejak 11 tahun lalu. Tips sehat lainnya yaitu berpuasa. Menurutnya puasa ini sangat penting, tak hanya untuk kesehatan batiniah, namun juga penting dan sangat baik untuk kesehatan tubuh.

Kemudian yang juga tak kalah penting adalah olahraga, apapun itu jenis olahraganya yang terpenting tubuh bergerak. “Sampai hari ini saya masih olahraga kerakyatan, bulu tangkis. Jangan dilihat bulu tangkisnya yah, yang penting kita harus olahraga. Nadi itu naik paling tidak seminggu dua kali. Sehingga olahraga menjadi penting, apa saja olahraganya,” katanya dengan penuh semangat.

Kemudian mandi malam. Dokter Hasto menjabarkan, ada teori yang mengatakan bahwa mandi selepas jam lingsir wengi, yaitu di atas jam 12 malam hingga jam 03.00 dini hari merupakan waktu terbaik. Hal itu lantaran waktu tersebut dimana air mengandung ozon atau O3 yang ternyata memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. “Sehingga kalau mandi di antara jam tersebut, kandungan ozon cukup tinggi, ozon itu baik untuk kulit untuk kesehatan, jadi manfaatnya banyak, dan gratis pula dari alam. Jadi sebetulnya sehat itu natural, mengembalikan kita pada alam,” tukasnya.

Selain itu, Dokter Hasto menekankan bahwa kualitas tidur juga harus dijaga, tidak kurang dari 6 jam setiap harinya. Ia pun bersyukur karena termasuk orang yang mudah tertidur di dalam kondisi apapun. Bahkan di mobil dalam perjalanan pun ia bisa tertidur pulas.

“Mungkin karena kita nggak pernah membawa masalah ke tempat lain yah. Ketika saya praktik ada masalah pasien, waktu saya di kantor masalah sudah hilang. Ketika di kantor ada masalah, nggak saya bawa pulang. Kemudian tidak stres, jangan bersedih, itu juga penting! Ya semua kalau disedihkan banyak tapi ya untuk apa bersedih. Kita hidup ini kan hanya menjalankan tugas. Kalau kita menjadi khalifah ya menjalankan tugas menjadi pemimpin, hasilnya kan kita berserah kepada Tuhan,” ia berkata bijak.