Rektor Inspiratif 2019, Mendidik dan Menginspirasi

Oleh: Syulianita (Editor) - 15 May 2019

Naskah: Suci Yulianita Foto: Sutanto/Dok. Humas

 

Memimpin sebuah Perguruan Tinggi Negeri berskala internasional seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) bukanlah hal yang mudah. Namun, Kadarsah Suryadi mampu membuktikan kinerjanya sebagai pucuk pimpinan tertinggi dengan baik. Di bawah kepemimpinannya, prestasi dan pencapaian membanggakan berhasil diraih, antara lain jumlah prodi terakreditasi internasional dan publikasi internasional yang terus meningkat tiap tahunnya. Belum lagi kebijakan strategis yang digulirkan dalam rangka menuju Entrepreneurial University serta menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0.

 

Ada yang menarik dari kunjungan tim Men’s Obsession ke ITB kali ini. Sang rektor mengajak kami berkeliling mengitari kampus ITB Ganesha seluas 24 hektar, sambil sesekali menunjukkan hal-hal menarik yang ada di sekitar ITB, seperti landscape Gunung Tangkuban Perahu hingga batubatu fosil besar hasil temuan dosen Geologi yang terpajang di pojok taman salah satu gedung. Yang juga menarik perhatian adalah keramahannya yang tak sungkan menyapa para mahasiswa dan satpam yang kami temui dalam perjalanan berkeliling kampus.

 

Kadarsah menjabat rektor ITB pada 2015 lalu. Sejak itu, ia memiliki tugas besar untuk membawa ITB bertransformasi dari Research University menjadi Entrepreneurial University. Dengan demikian, Kadarsah mempersiapkannya dengan tiga kebijakan utama, yakni excellent in teaching and learning, excellent in research, dan excellent in innovation & entrepreneurship.

 

“Nah, ketiganya itu kita jalankan untuk mengawal tiga jenis lulusan. Lulusan pertama adalah mereka yang menjadi employee atau profesional, mereka yang siap mengisi lapangan kerja yang ada. Itu dikawal dengan excellent in teaching and learning. Yang kedua untuk lulusan yang memiliki kompetensi sebagai peneliti atau researcher, yaitu mereka yang siap untuk mengembangkan ilmunya, dan ketiga mengawal lulusan sebagai inovator dan entrepreneur,” terang ayah tiga putri ini. 

 

Sejumlah prestasi membanggakan juga berhasil diraih ITB di bawah kepemimpinan Kadarsah, antara lain program studi (prodi) yang sudah terakreditasi internasional terus meningkat setiap tahunnya, dari 18 prodi (S1 dan S2) pada 2015 lalu kini sudah mencapai 39 prodi (34 prodi S1 dan 5 prodi S2) yang telah terakreditasi internasional. Sementara, 8 prodi S1 masih dalam tahap proses. Kadarsah optimis akan mencapai 100% prodi S1 terakreditasi internasional pada akhir tahun ini (di luar prodi baru). Kemudian untuk akreditasi BAN PT, sudah ada 92% yang sudah terakreditasi A, dari total 128 prodi.

 

Jumlah publikasi internasional juga mengalami peningkatan pesat, dari sejumlah 1400 pada tahun 2015 kini sudah melebihi 2000. “Untuk entrepreneur dan inovasi, dari yang sebelumnya berjumlah di bawah 80, kini sudah mencapai 106 startup dan 25 di antaranya sudah spin off, sudah mandiri. Ini adalah target-target kinerja yang berdasarkan Entrepreneurial University dengan tiga kebijakan dasar itu,” ungkap kelahiran Kuningan, 22 Februari 1962 ini.

 

Beragam inovasi pun terus bermunculan dari para peneliti dan dosen ITB. Setelah sukses dengan inovasi katalis kimia, yang terbaru adalah Base Transceiver Station (BTS) yang baru diluncurkan oleh Menristekdikti pada akhir tahun 2018 lalu. Sungguh sangat membanggakan jika melihat produk ini menjadi BTS pertama buatan anak bangsa. “Lalu kita punya radar cuaca, ini juga luar biasa, bisa digunakan untuk BMKG. Nah itu beberapa inovasi terbaru. Alhamdulillah, teman-teman semangat dan ini sejalan dengan semangat Entrepreneurial University,” ujarnya menambahkan.

 

 Kadarsah menyadari untuk bisa mewujudkan ITB menjadi Entrepreneurial University bukanlah hal yang mudah, tidak bisa dicapai hanya dengan waktu singkat. Namun, dalam lima tahun masa baktinya sebagai rektor (2015 – 2020), ia telah berhasil menciptakan atmosfer entrepreneurial. Lulusan S3 Universite de Droit, d’Economie et des Sciences d’Aix Marseille, Perancis ini memaparkan, seluruh mahasiswa, dosen dan para tenaga kependidikan di ITB telah berkomitmen dengan semangat entrepreneurial university. Termasuk di dalamnya semangat mengikuti lomba-lomba inovasi dan entrepreneur bagi para mahasiswa, baik skala nasional, maupun skala internasional.

 

“Dan Alhamdulillah banyak yang menjadi pemenang. Bahkan, jika kita melihat mapping saat wisuda itu, jumlah penerima penghargaan internasional mencapai lebih dari 100 mahasiswa tiap wisuda. Sedangkan, dalam setahun itu ada tiga kali wisuda. Ini sangat membanggakan karena semua unit, semua pihak yang ada dalam institusi ini sudah ikut ambil bagian ke arah sana, kami sudah bergerak bersama-sama menuju ke sana,” ucap Kadarsah penuh rasa syukur.

 

Melihat eksistensi dan pencapaian ITB hingga tingkat internasional, rasanya tak sulit bagi Kadarsah untuk beradaptasi dalam mempersiapkan Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0. Apalagi, ia sudah mempersiapkan kebijakan dan langkah-langkah untuk menjawab tantangan tersebut. Pertama, tentu penguasaan computing dan programing serta penguasaan big data analytic bagi seluruh mahasiswa ITB. Kemudian, harus menguasai artificial intelligence untuk prodi dan tingkat pendidikan tertentu. Yang juga tak kalah penting adalah para mahasiswa harus memiliki soft skill yang sifatnya sustainable dan adaptif terhadap perubahan. Strategi selanjutnya adalah kemampuan kerja sama lintas disiplin. “Kemudian terakhir ada satu yang sangat penting, yaitu perkuat bidang ilmu masing-masing. Memang era digital penting. Namun, digital juga bukanlah segala-galanya karena setiap orang pasti perlu pangan, perlu energi, perlu kesehatan, dan perlu air. Maka ilmu kesehatan, ilmu energi, ilmu pangan termasuk ilmu-ilmu lainnya yang ada harus diperkuat. Digital merupakan suatu media, banyak layanan digital yang berkontribusi untuk masyarakat, tapi siapa yang memperbaiki quality, itu adalah para pemilik keilmuan masing masing. Oleh karena itu, perkuat bidang ilmu masing masing,” Kadarsah menegaskan.

 

Untuk mendukung tujuan ITB menuju Entrepreneurial University, ITB menyediakan Lembaga Pengembangan Inovasi Kewirausahaan (LPIK ITB), sebagai tempat mempertemukan para peneliti dan para inovator dengan dunia industri yang bertujuan menghasilkan entrepreneur baru. Kemudian, ITB juga dipercaya Kemenristekdikti menjadi Pusat Unggulan IPTEK Nasional melalui ‘Center of Excellence’ yang bekerja sama dengan pihak internasional, seperti dari Berkeley, Amerika Serikat dan Kyoto University.