Kiprah Kabinet Kerja Di 73 Tahun kemerdekaan Sebuah Pencapaian

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 31 October 2014

Naskah: Giattri F.P. Foto: Fikar Azmy

Rekam jejaknya sebagai bankir jempolan negeri ini tak perlu disanksikan, sosok humble ini berhasil membawa PT Bank Central Asia Tbk (BCA) kokoh mencetak kinerja cemerlang. Bank berkode emiten BBCA tersebut, tak hanya menguasai pangsa pasar perbankan Tanah Air, tapi juga reputasinya bergaung di kancah global.

 

Jahja, kini berusia 62 tahun, menghabiskan hampir tiga dasawarsa hidupnya untuk membesarkan BCA. Hal itu tentu tak terbantahkan, tilik saja pencapaian BCA pada Semester I-2018. Bank berusia 61 tahun tersebut membukukan laba bersih Rp11,4 triliun atau naik 8,4% dibanding periode yang sama tahun 2017 senilai Rp10,5 trilun. Pendapatan operasional BCA yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya, meningkat 7,6% menjadi Rp29,5 triliun pada semester pertama 2018 dibandingkan Rp27,4 triliun pada semester pertama 2017. Sebagai pucuk pimpinan, Jahja bersama timnya juga tak henti menawarkan kecanggihan layanan dan inovasi produk kepada nasabahnya, maka tak ayal beragam penghargaan pun ditorehkan BCA, teranyar untuk ketiga kalinya BCA diganjar dua penghargaan yakni ‘Bank Terbaik di Indonesia’ dan ‘Bank Terbaik di Asia’ dalam ajang Finance Asia Country Awards for Achievement 2018 di Hong Kong.

 

Jahja mampu mempertahankan reputasi gemilang tersebut di tengah persaingan ketat di dunia perbankan. Betapa tidak, dalam penilaian penghargaan tersebut di tahun 2018 ini misalnya, BCA mendapatkan apresiasi tertinggi dari finalis lain yang berasal dari 17 negara Asia. Kinerja terbaik pada setiap indikator adalah alasan utama BCA menjadi juaranya. Salah satunya Return on Equity (ROE) dan Earning per Share (EPS). Sebagai informasi, ROE BCA per semester I 2018 tercatat 17,3% dan EPS secara konsisten menghasilkan keuntungan yang tercermin dari tingkat pertumbuhan EPS dari tahun ke tahun. 

 

Tapi yang tak kalah penting, BCA cerdas dalam beradaptasi dengan tren teknologi yang sedang berkembang, contohnya dengan merangkul financial technology (fintech) untuk mendukung bisnis bank. Karenanya, sistem pembayaran yang canggih dan inovatif pun menjadi kunci kesuksesan BCA. “Yang didukung oleh peningkatan Current Account and Savings Account (CASA) yang solid sehingga kami dapat menghasilkan produk yang kompetitif dan mampu menawarkan suku bunga pinjaman rendah untuk jangka waktu yang relatif lama,” imbuh Jahja. Saat ini, sambung Jahja, BCA telah fokus pada perbankan digital.

 

“Karena kami percaya dalam lima hingga sepuluh tahun, generasi milenial akan mendominasi pasar. Sehingga kami terus mengembangkan inovasi produk yang menyasar mereka, antara lain Sakuku dan Vira,” ujar Jahja. Selain itu, BCA juga mendirikan Central Capital Ventura, perusahaan modal ventura yang sengaja dibentuk untuk berinvestasi dan berkolaborasi dengan perusahaan fintech yang nantinya diharapkan akan mendukung ekosistem layanan keuangan BCA dan anak usaha. “BCA menyadari hampir seluruh pemenuhan kebutuhan telah terjamah oleh teknologi. Oleh karena itu, kami juga mulai mengintensifkan ekspansi sistem digital yang kami yakini akan sangat mendukung bisnis pembayaran kami,” tambah Jahja.

 

Saat ini, jumlah transaksi BCA sudah didominasi oleh transaksi digital, hampir 98 persen transaksi nasabah bank berkode emiten BBCA ini dilakukan di luar kantor cabang. Jahja menambahkan, segala prestasi yang dipatri BCA juga ditopang oleh service excellence kepada nasabah. “Dulu, kami hanya memberikan jasa servis saja, tetapi lama-lama relationship dengan nasabah terus kami kembangkan sehingga mereka merasa sangat puas,” tukas pria murah senyum itu. Menutup pembicaraan, Jahja menegaskan sukses hadir sebagai bank swasta terbesar di Indonesia yang reputasinya diakui di kancah global, tak membuat BCA berpuas diri, namun membuat BCA semakin termotivasi untuk senantiasa menjadi bank andalan masyarakat.