DR. IR. Eddy Soeryanto Soegoto (Rektor Unikom) Best Human Capital Builder

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 09 May 2016

Naskah: Reza Indrayana, Foto: Sutanto & Dok. Pribadi

Deretan robot karya para mahasiswa terpajang rapi dalam lemari kaca di ruang kerja Eddy Soeryanto Soegoto, pendiri sekaligus Rektor Universitas Komputer (UNIKOM) Bandung, Jawa Barat. Ada juga beberapa foto Eddy Soeryanto tengah bersalaman dengan Susilo Bambang Yudhoyono saat masih menjabat sebagai Presiden RI. Tampak rapi tertata. Seperti juga sang pemiliknya, yang juga selalu tampil rapi dan tenang dalam bertutur. Begitulah Eddy Soeryanto atau akrab disapa Pak Eddy. Dengan penampilan penuh wibawa, ia mempersilakan Men’s Obsession untuk mewawancarainya. 

 

Sebagai seorang pendiri, Eddy merasa sangat bangga dengan hasil yang dicapai UNIKOM saat ini. Meski tidak berlokasi di Ibu Kota Negara, tapi kampus modern bervisi masa depan ini sudah sangat dikenal di beberapa kota dunia. Dikenal karena kehebatan para mahasiswanya di bidang informasi teknologi (IT) khususnya rancang bangun robot dengan teknologi tinggi. Sejumlah karya mahasiswanya selalu menyabet gelar juara dunia di kompetisi teknologi tinggi pada beberapa negara. Di sisi lain, karya-karya penelitian yang lahir dari kampus ini sudah dipatenkan.


Jadi, wajar kalau kemudian kampus ini dilirik oleh sejumlah perusahaan untuk diajak bekerja sama. “Alhamdulillah, sejak awal institusi pendidikan ini berdiri,  sudah kita jadikan acuan dan panduan bagi civitas akademi kita untuk membangun satu kerja sama yang baik dengan dunia industri. Sejumlah perusahaan, baik itu di lingkungan swasta maupun pemerintah pusat dan daerah. Di samping itu, hasil-hasil penelitian sudah dipatenkan oleh dosen-dosen kita. Karena itu memang merupakan satu kebutuhan,” ujarnya membuka percakapan.


UNIKOM saat ini memiliki 7 Fakultas dengan 29 Program Studi termasuk Pasca Sarjana, selalu mendorong para dosen dan mahasiswanya agar bisa berprestasi dari sisi keilmuan mereka.


Sejak UNIKOM berdiri pada 8 Agustus 2000, kampus ini mewajibkan bagi semua program studi selama 7 semester wajib belajar software juga wajib belajar hard ware dan Entrepreneurship. Semua program studi, baik itu mahasiswa ilmu teknik maupun ilmu sosial, seperti sastra Jepang, sastra Inggris, hukum, komunikasi. “Dan ini menjadi keunikan kita karena tidak ada di tempat lain,” katanya. Eddy memahami bahwa pada bidang apapun, teknologi IT tidak bisa dihindarkan. Hal itu bukan hanya monopoli orang teknik saja, tapi juga sosial, ekonomi, hukum, sastra, dan desain juga sangat dituntut untuk memahami hal ini.


“Saya beri contoh, salah satu alumni kita dari sastra Jepang, mereka bisa membuat animasi yang di dalamnya mereka bisa menerapkan aplikasi bahasa Jepang. Jadi, bahasa Jepang dibuat dalam bentuk karikatur maupun dalam bentuk animasi,” ujarnya dengan mata berbinar-binar sembari menambahkan bahwa sertifikasi nasional dan uji kompetensi di bidang IT oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi RI sudah dimiliki oleh UNIKOM. Sehingga mampu mendorong elemen penggerak bisnis ini, seperti industri kreatif maupun aplikasi e-commerce. Untuk industri kreatif, Indonesia mempunyai potensi besar, walau saat ini industri game Tanah Air masih didominasi oleh game dari luar negeri. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara bahwa  pemerintah mendorong lebih banyak lagi industri kreatif seperti game di Indonesia.


Soal kerjasama internasional, juga sudah lama dilakoni UNIKOM, misalnya dengan dunia industri di Korea Selatan maupun dengan industri televisi di tanah air. Ada perusahaan di Korea Selatan yang tiap tahun meminta UNIKOM memilih mahasiswa terbaiknya untuk dilatih di sana. Setelah lulus, langsung dikontrak kerja di perusahaan Korea Selatan yang ada di Jawa Barat, misalnya di kawasan industri di Jababeka, Cikarang, maupun di Purwakarta atau Subang.


Selain itu juga ada program dual degree  atau gelar ganda (double degree)  antara UNIKOM dengan kampus di beberapa negara. Mahasiswa selama dua tahun belajar di UNIKOM dan sisanya dua tahun di negara tersebut.  Kedua kampus secara bersama serta saling mengakui lulusannya. Sehingga lulusan dari program ini akan memperoleh gelar ganda dan memiliki kemampuan plus dari program regular lainnya.


Implementasi program double degree pada suatu program studi merupakan tahap awal dan langkah strategis dari suatu universitas untuk mencapai World Class University (WCU). Di samping itu, program ini merupakan salah satu strategi untuk memperbaiki mutu pendidikan perguruan tinggi di Indonesia.


Eddy sangat paham bahwa apa yang dilakukannya dengan UNIKOM adalah sebuah jawaban untuk menghadapi era globalisasi dan khususnya menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)  yang membuat semua pihak langsung tancap gas meningkatkan kualitas sumber daya manusia.  Dan, Indonesia sebagai bagian dari komunitas ASEAN harus siap meningkatkan kualitas diri dan memanfaatkan peluang MEA 2015. Sehingga ketakutan akan kalah saing di negeri sendiri akibat terimplementasinya MEA 2015 tidak terjadi.