Search:
Email:     Password:        
 





Shinta Deviaranti, Membangun Daerah Melalui Pendidikan

By Syulianita (Editor) - 27 May 2019 | telah dibaca 2666 kali

Naskah: Suci Yulianita, Foto: Sutanto

 

Memiliki mimpi mulia ingin membangun daerah, Shinta Deviaranti tergerak untuk merintis dan mengembangkan bisnis di bidang pendidikan. Ia memulai bisnis dari usia yang masih sangat muda. Meski dalam perjalanannya ia harus melalui banyak rintangan, jatuh bangun dirasakan, namun semangatnya yang terus membara tak pernah menyurutkan niat mulianya itu.

 


 

Dengan penuh semangat, Shinta bercerita banyak mengenai perjalanannya dalam merintis bisnis di usia yang masih sangat muda. Bisa dibayangkan, pada saat itu Shinta yang baru lulus kuliah Ilmu Hukum dari salah satu Perguruan Tinggi di Surabaya harus kembali ke tempat asalnya, Kalimantan untuk merintis bisnis yang semuanya diurus sendiri olehnya.

 

“Lulus kuliah sekitar tahun 2012, saya merintis benar-benar dari selembar kertas, mengurus sendiri bolak-balik ke Kemenristekdikti dan BAN PT untuk bisa mendapatkan izin dan akreditasi kampus yang saya bangun. Waktu itu saya masih muda sekali, jadi banyak yang meragukan kemampuan saya, saya dianggap anak kecil, tidak direspon. Saya pun sempat stres dan menangis tapi papa yang selalu mensupport bahwa semua pasti akan baik-baik saja. Dan akhirnya alhamdulillah saya bisa,” matanya menerawang mengenang masa-masa itu.

 

Berkat kerja keras dan ketekunannya, universitas yang dirintis Shinta pun akhirnya resmi beroperasi kembali setelah cukup lama vakum. Tepatnya di Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah, berdirilah sebuah universitas khusus ilmu Hukum, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH Kuala Kapuas). Apa yang mendasarinya mendirikan universitas ilmu hukum, adalah, selain karena latar belakang pendidikannya, ia memiliki tujuan mulia, ingin mengenalkan dan mensosialisasikan ilmu hukum kepada para warga Kalimantan Tengah, khususnya Kuala Kapuas.

Sebagai satu-satunya STIH di daerah itu, maka animo masyarakat untuk melanjutkan pendidikan di kampus tersebut cukup banyak. Terlebih biaya pendidikan yang sangat terjangkau, jadi siapapun bisa kuliah tanpa harus terbentur biaya yang tinggi. Itu memang salah satu tujuan Shinta, ia ingin setiap lapisan masyarakat di Kuala Kapuas dapat mengenyam pendidikan setinggi mungkin.

 


 

“Alhamdulillah banyak yang minat kuliah di situ, terutama untuk Polisi yang ingin melanjutkan kuliah Ilmu Hukum, jadi nggak usah jauh-jauh ke kota. Dan kami juga sangat membantu masyarakat menengah ke bawah karena SPP kita yang masih terjangkau, apalagi ada beasiswa juga untuk mereka yang berprestasi tapi tidak mampu,” ujar Shinta tanpa bermaksud promosi.

 

Setelah kampus sudah berjalan dengan baik, Shinta yang memang sangat aktif sejak kecil ini, terpikirkan untuk mengembangkan bisnis lain. Tepatnya 2015, ia mengembangkan beberapa bisnis baru, antara lain di bidang kontraktor dan trading batu bara. Kemudian dalam perjalanannya, kelahiran Palangkaraya, 28 Juli 1990 ini, aktif bergabung dalam beberapa organisasi, seperti HIPMI.

 

Mereguk sukses di usia yang masih sangat muda, namun Shinta sejatinya belumlah merasa sukses karena masih banyak impian dan obsesi yang ingin dicapainya. “Saya masih muda dan masih semangat, masih banyak mimpi dan ambisi yang ingin saya capai. Saya merasa belum bisa membahagiakan orangtua, anak saya masih kecil. Jadi PR saya masih banyak. Belum lagi untuk perusahaan yang kita nggak pernah tahu siklusnya, bisa saja naik turun. Jadi kita tidak bisa mengatakan kita benar-benar sukses,” ungkap Ibu dari Richard Arsyan Sampurna ini.

 

Ke depan ia pun masih memiliki rencana-rencana besar untuk pengembangan bisnisnya. Selain ingin mengembangkan kampus ke daerah-daerah lain, ia juga ingin mengembangkan bisnis ke bidang properti, masih di tanah kelahirannya, Pulau Borneo. “Saya sangat mencintai daerah saya, sangat mencintai Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Karena mereka masih membutuhkan kami, untuk kampus misalnya, mereka butuh, dan untuk perusahaan tentu mereka butuh untuk menambah lapangan pekerjaan. Jadi saya ingin memajukan daerah kita, saya sangat mencintai Kalimantan dan punya tekad untuk membangun Kalimantan,” tegasnya.  

 

 

Menomorsatukan Pendidikan

 

Hidup di lingkungan yang mengutamakan pendidikan dimana sang ayah adalah seorang akademisi, Shinta dituntut untuk menomorsatukan pendidikan. Saat itu, ketika masih sekolah, Shinta yang tak mau diam itu, bahkan sempat iseng mencoba mencari uang sambil kuliah. Namun dilarang keras karena harus menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu. Begitupun saat lulus kuliah, ia diminta untuk fokus merintis dan membangun bisnisnya di bidang pendidikan.

 

Kini Shinta mengerti bahwa apa yang diajarkan orangtuanya itu menjadi bekal hidupnya. Dengan demikian, hal itu pula yang nantinya akan ia terapkan pada buah hatinya. Sekolah setinggi mungkin. Karena menurutnya, ilmu yang didapatkan di bangku kuliah itu tidak hanya mengharuskan untuk menjadi pintar, namun yang lebih penting, adalah bagaimana kita bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman, mempengaruhi pola pikir serta bertambah luasnya wawasan.

 

“Selain itu, dalam mendidik anak, yang pertama saya terapkan adalah adab. Percuma dia pintar tapi tidak beradab. Dia harus tahu norma-norma dan adab itu sendiri dulu, serta sopan santun. Untuk bekal nanti di manapun dia berada. Itu juga yang diajarkan orangtua. Jadi adab itu yang paling utama,” Shinta menutup pembicaraan.

 


Add to Flipboard Magazine.

Tulis Komentar:


Anda harus login sebagai member untuk bisa memberikan komentar.

                           
   

Popular

Photo Gallery

Visitor


Jumlah Member Saat ini: 233250