Search:
Email:     Password:        
 





Wet Traveler, Capture The Beauty of Maritime

By Giatri (Editor) - 18 May 2016 | telah dibaca 3321 kali

Naskah           : Giattri Fachbrilian, Foto                : Dok. Wet Traveler

Gemala hanafiah dan Muljadi Pinneng adalah duo traveler yang bermimpi untuk menjelajahi indahnya Indonesia. Menyelami kekayaan laut dan budaya nusantara dari ujung barat ke ujung paling timur. Di Wet Traveler, keduanya berkolaborasi membagikan pengalaman blusukan ke berbagai pelosok wilayah Nusantara.

Al sapaan akrab Gemala sudah dikenal luas sebagai peselancar profesional yang kerap menaklukkan ombak-ombak di Nusantara. Bukan hanya itu, Al sempat menjadi presenter acara traveling juga telah menerbitkan buku Ocean Melody, buah dari aktivitasnya nge-blog.

Sementara Pinneng, lebih dikenal sebagai fotografer bawah laut. Kejelian matanya di belakang lensa underwater camera dapat dengan jelas menangkap keindahan yang tak semua orang dapat melihatnya.

Kecintaan mereka pada alam Indonesia terutama di dunia martimnya membuat mereka ingin berbagi dengan membuat konten video dokumenter yang membahas serius dan mendalam dengan kualitas yang bagus terutama di bidang surfing dan diving.

Kenapa dalam bentuk webseries? Al menjawab karena saat ini kemudahan akses melalui data berbentuk digital sudah sangat luas dan terjangkau, sehingga webseries yang mempuyai platform di youtube juga menjadi sangat efektif dan dapat dinikmati kapan saja.

“Ketika kita telah mengetahui sesuatu, tentu akan lebih mudah bagi kita untuk mencintai dan memeliharanya, begitu juga kalau teman-teman yang telah menonton webseries Wet Traveler, harapannya akan timbul kecintaan pada alam Indonesia. Webseries Wet Traveler selain dapat ditonton di Youtube, juga sudah dapat disaksikan di Commuterline Jabodetabek dan juga Infligth Entertaiment Garuda Indonesia,” ungkap Al.

Lantas kegiatan apa saja yang sudah dilakukan Wet Traveler? Al mengungkapkan karena Pinneng adalah penyelam profesional, maka Wet Traveler beberapa kali mendapat undangan untuk melakukan riset mengenai potensi bawah laut di berbagai daerah.

Sedangkan Al yang tekun mengembangkan blognya sering dilibatkan dalam berbagai promosi potensi wisata. Profesi mereka membawa mereka ke berbagai perjalanan  yang unik ataupun lokasi yang belum dinikmati orang lain.

“Beberapa episode unik seperti eksplorasi bawah laut Lembata yang membawa kami ke gunung api aktif Batu Tara dengan erupsi setiap 20 menit, surfing dan diving di titik terselatan (Rote) dan terbarat (Aceh) Indonesia. Termasuk perjalanan istimewa berbagai lokasi di kabupaten Berau yang akan ditayangkan,” kata Al semangat.

Berbagai surga tersembunyi bahari di Indonesia telah dijelajahi oleh Wet Traveler, tentunya banyak kisah menarik yang Al dan Pinneng alami. Di antaranya, saat pertama kali memutuskan untuk membuat satu program traveling, Wet Traveler ke Rote dengan perlengkapan seadanya.

Suting dilakukan dengan  peralatan yang minim seperti smartphone  dan dslr serta konsep yang belum terbentuk. Hingga pada saatnya mereka harus kembali, badaipun tiba. Mereka terjebak dan tak dapat meninggalkan Rote sementara uang sudah habis. Singkat kata mereka akhirnya meminta bantuan pada penduduk lokal yang memiliki resort Anugerah agar diijinkan tinggal di resortnya dan membayar saat berhasil kembali ke Kupang.

“Untung ia percaya pada kami dan menjadi teman baik Wet Traveler sampai sekarang. Ataupun berita potensi tsunami di kepulauan Mentawai saat mereka berada di sana,” kenang Al.

Wet Traveler juga pernah go discover indahnya kehidupan bawah laut Sabang, sekalian menemai Pinneng melengkapi koleksi foto underwater dari titik penyelaman paling barat di Indonesia. Disana Wet Traveler melihat pemandangan menarik bawah laut dengan ribuan biota laut yang luar biasa.

Namun, di tengah segala keindahan kekayaannya, Sabang (dan Aceh) ternyata punya cerita lain. Provinsi di wilayah terbarat tanah air ini tercatat sebagai provinsi dengan jumlah Thalasemia terbanyak di Indonesia. Thalasemia adalah kelainan darah genetik yang disebabkan pembentukan hemoglobin yang abnormal, yang mengarah ke anemia.

Pinneng juga pernah mengajak untuk melihat cantiknya Sophie Rickmers, yakni sebuah wreckage alias bangkai kapal karam peninggalan zaman PD II. Selama berpuluh-puluh tahun “tinggal” di dasar laut Indonesia, Pulau Weh. Sophie yang semula merupakan kapal bermuatan perbekalan perang berubah fungsi menjadi habitat dari biota yang unik. Untuk mengungkap keeksotikan Sophie, Pinneng harus melalui sebuah penyelaman yang berbahaya.

Al pernah menyambangi tempat surfing yang benar-benar berbeda, yakni sebuah sungai bernama Kampar yang terletak di Kep. Riau. Disini Al berhasil ‘menunggangi ombak’ selama lebih dari 30 menit! Memecahkan rekor pribadinya yang biasanya sekitar 40 detik.

Tahun ini Wet Traveler mengembangkan diri dengan menambah interaksinya dengan komunitas yang ada dengan berbagi ilmu secara langsung dalam bentuk workshop, baik itu mengenai teknik foto bawah laut maupun belajar surfing. 

Sementara obsesi keduanya ke depan adalah Wet Traveler bisa menjadi program internasional sehingga bisa lebih efektif mempromosikan kekayaan Indonesia. Dengan latar belakang profesi mereka, Wet Traveler dapat menyajikan informasi yang benar dan efektif dengan kualitas gambar yang sangat baik.

Menutup pembicaraan keduanya menandaskan mengutip pepatah 'tak kenal maka tak sayang', maka kenalilah potensi daerah masing-masing agar dapat menyayangi dan memeliharanya. Sangat disayangkan kalau potensi yang ada dihancurkan karena ketidaktahuan atau ketamakan belaka.

Pemerintah berperan sebagai enabler sedangkan masyarakat dengan sadar menjaga, melestarikan, dan menjalakan praktek wisata alam dengan baik. Saat ini, untuk daerah-daerah baru masih banyak dimulai dan dijalankan oleh orang asing.

 

Web: www.webtraveler.com

Twitter: @WetTraveler

IG: @wettraveler


Add to Flipboard Magazine.

Tulis Komentar:


Anda harus login sebagai member untuk bisa memberikan komentar.

                         
   

Popular

Photo Gallery

Visitor


Jumlah Member Saat ini: 233250