Ketika Pilot Drone Berkumpul
Drone! Siapa yang tak kenal dengan perangkat ini? Keberadaan pesawat tanpa awak atau dikenal dengan Unnamed Aerial Vehicle (UAV) ini semakin banyak digandrungi. Banyak dari masyarakat yang memanfaatkan drone untuk berbagai kebutuhan, seperti pengambilan gambar, pemetaan, hingga hobi. Karena semakin hari kian populer, lahirlah sebuah Asosiasi Pilot Drone Indonesia


“Drone (Parrot) ini dilengkapi dengan kamera , GPS, dan bisa dikontrol melalui perangkat iOS,” ujar pria yang akrab disapa Awi itu.
Tak berselang lama muncullah beberapa produk drone yang juga tidak kalah keren baik dari segi fitur hingga performa. Oleh sebab itu komunitas ini dikembangkan lagi untuk pecinta drone DJI Phantom, dengan nama DJI Phantom Indonesia pada Desember 2013.
“DJI Phantom lebih baik dari AR Drone, jangkauannya lebih jauh dan kameranya lebih stabil. Pada AR Drone dalam pengambilan gambar masih kurang stabil,” jelas Awi.

Jika menilik sedikit kebelakang tentang sejarah, drone sebenarnya merupakan pembaharuan dari pesawat terbang tanpa awak yang telah diciptakan. Helikopter remote controle misalnya, secara sederhana adalah salah satu cikal bakal dari kemunculan drone saat ini. Perbedaannya terletak pada beberapa teknologi yang telah dikembangkan, diantaranya lebih stabil ketika diterbangkan.

"Makin banyak baling-balingnya maka drone tersebut memiliki kemampuan untuk mengangkat benda yang lebih berat seperti tipe S1000 Spreading Wing, biasanya drone jenis ini digunakan untuk mengangkat kamera cinema atau DSLR," jelas pria kelahiran Yogyakarta, 19 Juni 1974 ini.
Secara umum drone dibagi dalam dua kategori, yaitu kategori drone kelas berat dengan berat pesawat 150 kg ke atas, dan drone ringan dengan berat maksimal 150 kg. Pemakaian drone berat untuk tujuan sipil biasanya diatur oleh otoritas penerbangan sipil nasional, seperti dalam kesepakatan International Civil Aviation Organization (ICAO). Sementara untuk drone kelas ringan, sampai saat ini secara internasional masih belum jelas aturannya.
APDI rajin melakukan kopi darat di lapangan terbuka seperti di Buperta Cibubur, Kampus UI Depok, dan Sentul City. “Untuk keamanan dalam menerbangkan drone, sharing masalah teknis spare part dan lain-lain,” ungkap Awi. Tidak sekedar berkumpul, pada awal 2015 komunitas ini dipercaya untuk mendampingi liputan tiga menteri ke Taman Wisata Mandeh, Sumatera Barat. Selain itu, chit-chat menggunakan sosial media juga kerap dilakukan agar tetap menjaga silaturahmi mengingat member tak hanya di jakarta tetap di luar kota seperti Bandung dan Surabaya.
Pada 8 Maret 2015 lalu, APDI menggelar Annual Gahtering Komunitas Drone Indonesia, dalam acara tersebut tak hanya pengukuhan lembaga serta legitimasi komunitas namun juga merumuskan hal-hal yang perlu dilakukan di kemudian hari seperti administrasi membership dan lain sebagainya, pasalnya hingga akhir tahun 2014 lalu anggota ini telah memiliki 500 orang member yang terdaftar.

Saat ini APDI giat membahas Sertifikasi Pilot Drone. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya fly away, crash, dan terbakar jika drone dikendalikan oleh orang yang belum memiliki kemampuan yang cukup untuk menerbangkan drone.
Pasalnya, diawal 2015, geliat drone telah terlihat dan nampaknya akan menjadi sebuah hal yang semakin digemari berbagai kalangan, nah untuk itu perlunya sebuah wadah yang didalamnya berisikan edukasi hingga pelatihan pengemudi atau pilot drone. Dengan adanya hal itu setiap orang yang memiliki drone atau penerbang drone tak menggunakan alat tersebut untuk kepentingan individu bahkan hal yang negatif berujung kriminal.