Last Season, Sebuah Persembahan Terakhir

Oleh: Giatri (Editor) - 23 April 2015
Naskah : Gia, Foto : Anto
Mahasiswa Seni Rupa, angkatan 2009, Universitas Negeri Jakarta menggelar pameran bertajuk “Last Season” sebagai sampul akhir dari intensitas berkesenirupaan selama perkuliahan. Selain itu, pameran yang diadakan di Gallery Cipta II pada pertengahan Januari lalu adalah ajang sosialisasi karya terbaik mereka kepada khalayak luas.

Pelbagai pengalaman manusia baik internal maupun eksternal dan apapun yang kerap mereka alami di kesehariannya diangkat dan diperagakan lagi lewat karya-karya dalam Last Season. Penikmat diajak membaca apa saja; moral, ekonomi, politik, budaya, propaganda, estetik, dan lainnya.

Menurut pengamat seni dan budaya St. Sunardi bahwa dalam perkembangannya seni rupa ternyata mempunyai fungsi yang lebih luas daripada berurusan dengan keindahan. Konten dan ide yang dibalut oleh praktik memeragakan teknik sehingga mereka berusaha menampilkan keindahan tersebut, ternyata menjadi modal dan eksplorasi akan pengamatan, kritik, identifikasi dan berbagai ekspektasi akan situasi.

Seperti karya yang dibuat oleh Umar Anas “kasih Ibu” dan Iin Novitasari “Like Mother Like Hero”, keduanya yang memiliki teknik dan garapan yang berbeda, tetapi keduanya menampilkan kekaguman pada sosok ibu dan seakan-akan meninggalkan pesan “sayangilah ibumu!”.

Tema-tema sosial dan kemanusiaan juga diekplorasi, misalnya pada karya “Shopping Time” milik Maryo Pratama, karyanya berbicara tentang saat ini pertarungan untuk mendapatkan kedudukan sosial didominasi dengan memenuhi hasrat secara brutal dalam hal konsumerisme atau “Alter Ego” milik Eskandar Syach dalam simbol visualnya ia berbicara tentang dua corak pemikiran manusia yang ekstrem, pemikiran yang secara tidak langsung saling bertarung, tetapi halus bertukar sapa.

Ada juga karya yang mengakrabkan kita pada fenomena seharihari “Metroseksual” karya Afriliana dan “#OOTD” karya Festi Zuhrivasari, keduanya menghadirkan fenomena tentang perilaku manusia yang ringan, tetapi dramatis dan membudaya.

Dalam penciptaan karya seni, salah satu yang menjadiu sumber proses kreatif adalah modal kultural. Sebagaimana yang menjadi salah satu kebutuhan manusia ialah ilmu selain agama dan seni, manusia mencari pengetahuan-pengetahuan baru atau merenovasi pengetahuan yang sudah diketahui.

Ada seniman yang bekerja dengan cara seperti itu, salah satunya Byba Dolby Sakula, “Because Youre Young” dengan visual ideologisnya menjadi judul yang mewakili inspirasinya ketika mengetahui dan menyukai salah satu lirik lagu dari grup musik asal Inggris tentang semangat kaum muda untuk terus bangkit. Byba tidak menolak kenyataan fluktuasi gejolak semangat kaum muda yang mungkin dapat cenderung terjun ke hal negatif, lalu ia bekerja dalam kreasi untuk kekhawatiran ini, untuk membangun semangat liar jiwa muda.