Aku Diponegoro: Sang Pangeran dalam Ingatan Bangsa

Oleh: Giatri (Editor) - 17 March 2015
Naskah : Giattri FP Foto : Sutanto
Pameran Aku Diponegoro: Sang Pangeran dalam Ingatan Bangsa, dari Raden Saleh hingga Kini mengunjungi kembali kisah luar biasa Diponegoro (1785-1855), sebagaimana dihadirkan melalui sudut pandang pelukis klasik, seniman kontemporer serta publik umum.

 
Dikurasi oleh Dr.Werner Kraus, im Supangkat, dan Dr. Peter Carey, pameran ini berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan sekarang. Hal ini bertujuan untuk mendorong pemahaman yang lebih dalam akan ingatan budaya dan komeratif, memungkinkan masyarakat Indonesia membangun sebuah gambar naratif akan masa lalu dan kemudian mengembangkan citra dan identitasnya sendiri.

Pameran ini juga kelanjutan dari pameran seni Raden Saleh dan Awal Seni Lukis Modern Indonesia yang sangat sukses. Diprakasai oleh Goethe Institute Indonesien, bersama dengan Galeri Nasional Indonesia, Sekretariat Negara Republik Indonesia dan Kedutaan Besar Jerman,yang diselenggarakan pada Juni 2012 lalu dan mampu menarik perhatian pengunjung hingga mencapai 20.000 pengunjung selama masa pameran berlangsung, lebih kurang dua minggu lamanya.

Pameran ini merupakan monografi pertama dari karya sang pelukis di tanah airnya, dengan menghadirkan lukisan dan drawing dari koleksi pribadi dan publik. Salah satu lukisan yang dihadirkan Penangkapan Pangeran Diponegoro, direstorasi- dengan dukungan dermawan dari Yayasan Arsari Djoohadikusumo-setelah pameran tersebut dan menjadi pusat pameran ini.
Aku Diponegoro terbagi menjadi tiga bagian, masing-masing mewakili pendekatan yang berbeda terhadap Diponegoro.

Bagian pertama, Diponegoro di Mulut Sejarah Seni Indonesia: Pembentukan seorang pahlawan, memusatkan perhatian pada karya seni Indonesia yang memiliki topik Diponegoro. Sorotan utama adalah lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857) karya Raden Salen yang baru saja direstorasi.

Lukisan ini dilengkapi dengan sejumlah potret (semu) Diponegoro, karya seniman Indonesia seperti Soedjono Abdulllah, Basuki Abdullah, Harijadi Sumodidjojo dan banyak lainnya.
Di samping karya-karya ini, akan hadir pula sebuah dokumentasi foto dan video yang menjelaskan proses restorasi yang sangat teliti. Restorasi ini dikerjakan oleh GRUPPE köln (Cologne, Jerman), dipimpin oleh Susanne Erhards.