Komunitas si Banyak Lidah

Oleh: Giatri (Editor) - 12 January 2015
Naskah: Gia, Foto: Dok. Polygloth


Masih ingat Gayatri Wailissa? Ya, perempuan berusia 17 tahun asal Ambon yang meninggal dunia belum lama ini, adalah seorang gadis polyglot yang memiliki kemampuan menguasai banyak bahasa antara lain, Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Perancis, Korea, Jepang, India, Rusia, Thailand dan Tagalok. Wafatnya gadis periang itu mencuatkan rasa penasaran dan rasa ingin tahu bagi sebagian orang tentang apa dan bagaimana polyglot itu.

Istilah 'polyglot' digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang memiliki kemampuan berbicara dengan berbagai macam bahasa. Istilah ini diambil dari bahasa Yunani yaitu polýglōttos yang artinya 'banyak-lidah'.

Di Indonesia, para polyglot berkumpul dalam sebuah komunitas tersendiri. Lahirnya komunitas ini terinspirasi dari komunitas Polyglot club di Paris. Berawal dari Jogjakarta, sejumlah anak muda termotivasi untuk membidani Polyglot Jogjakarta pada Agustus 2010 lalu.

Adalah Arradi Nur Rizal, polyglot Indonesia yang berdomisili di Stockholm, Swedia, yang mencoba memperkuat komunitas ini dengan mengajak sejumlah polyglot di Indonesia temannya di beberapa negara seperti Krisna yang tinggal di Korea dan beberapa lainnya untuk menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan Polyglot, bukan hanya di Jogjakarta, namun di seluruh kota di Indonesia. Maka, terbentuklah Komunitas Polyglot Indonesia di tahun 2012.

“Kegiatan utama komunitas ini adalah praktek bahasa yang sedang dipelajari dan tukar info dan pengalaman dalam mempelajari bahasa. Pertemuan Polyglot dikemas santai dan fun supaya menjadi media yang nyaman untuk praktek berbahasa,” ujar Rizal.

Dalam waktu setahun, Polyglot Indonesia telah menginisiasikan Meet up di enam kota di Indonesia, yaitu Jakarta, Jogjakarta, Bandung, Surabaya, Banda Aceh, Semarang.

“Pada 17 Agustus 2013 kami mendeklarasikan Polyglot Indonesia sebagai organisasi non-profit terdaftar, agar dapat mengoptimalkan kegiatan kami dan mefasilitasi kerjasama dengan pihak ketiga,” ujar Rizal.

Anggota Polyglot Indonesia memiliki latar belakang, profesi dan usia yang beragam. Hingga saat ini, peserta kegiatan antara lain dari kalangan mahasiswa, alumni Indonesia dari perguruan tinggi luar negeri, siswa SMP dan SMA, wirausahawan, peneliti, karyawan swasta dan organisasi internasional, serta PNS, dengan range usia 10 tahun hingga diatas 70 tahun.

“Rata-rata mereka mempelajari dan menggunakan 5 bahasa. Yang paling banyak saya temui dan kami juga mempunyai videonya adalah teman kami dari Yogyakarta bernama Vremita Desectia yang mempelajari dan menggunakan 11 bahasa,” ujar Rizal.

Tak hanya belajar bahasa, dalam perkembangannya, komunitas ini juga tempat bertukar informasi positif, seperti info beasiswa serta kegiatan-kegiatan kultural dan akademis lainnya. Rizal menuturkan, selain rutin mengadakan Polyglot meeting setiap minggu, komunitas ini juga mengadakan kolaborasi kegiatan dengan komunitas maupun institusi-institusi lain.