BBM Naik, Saatnya Cerdas Memilih Mobil

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 30 November 2014
Naskah: Andi Nursaiful/berbagai sumber, Foto: Istimewa
Artikel ini dimuat di majalah Men's Obsession edisi Desember 2014


Kenaikan harga BBM bersubsidi tak terelakkan. Pemerintah pun sudah mengeluarkan larangan produksi mobil pribadi yang bisa mengonsumsi BBM bersubsidi. Kalangan APM sudah siap dengan ragam produk mobil irit tapi tetap andal. Konsumen sebaiknya mulai lebih cerdas dan selektif dalam memilih mobil.
 
Pemerintahan Presiden Joko Widodo memastikan kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Sementara itu, untuk menekan konsumsi BBM bersubsidi,
Kementerian Perindustrian mengeluarkan kebijakan melarang produksi mobil pribadi yang bisa menggunakan BBM bersubsidi.

Larangan itu dituangkan dalam Permenperin Nomor 80 Tahun 2014 tentang Industri Kendaraan Bermotor. Dalam pasal 10 ayat 2 disebutkan, kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang diproduksi di dalam negeri atau diimpor dan dipergunakan di jalan umum di dalam wilayah Indonesia, harus dirancang untuk menggunakan bahan bakar dengan minimal octane number 92 bagi kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api. Sedangkan untuk kendaraan dengan menggunakan diesel harus menggunakan cetane number 51.

Bagaimana jika pemilik kendaraan pribadi tetap bandel menggunakan BBM dengan octane di bawah 92, meski akan memperpendek usia kendaraannya?

Untuk soal ini, mulai berkembang wacana aturan yang melarang pemilik mobil-mobil pribadi untuk menggunakan BBM bersubsidi. Adalah BPH Migas yang pertama mengusulkan larangan mobil pribadi menggunakan BBM bersubsidi.

Meski baru usulan, aturan semacam itu sepertinya kelak akan dikeluarkan juga. Pasalnya, sebagian pemilik mobil di Indonesia tak memedulikan kesehatan kendaraannya, tetap memilih BBM bersubsidi meski tak sesuai dengan spesifikasi kebutuhan bahan bakar mobilnya.

Contohnya, mobil-mobil LCGC (Low Cost Green Car, mobil murah dan ramah lingkungan) yang menjadi favorit konsumen dalam beberapa tahun terakhir, sesungguhnya dirancang untuk BBM beroktan tinggi (minimal 91), sementara BBM bersubsidi berkadar oktan hanya 88.

Faktanya, para pemilik mobil LCGC justru memilih BBM bersubsidi sehingga kian membebani subsidi BBM. Pemerintah pun mulai mewacanakan untuk mengevaluasi program LCGC yang niat awalnya sesungguhnya untuk menekan konsumsi BBM bersubsidi dan mendorong penggunaan biofuel yang ramah lingkungan.

Tak kurang Presiden Jokowi sendiri yang melontarkan usulan agar program LCGC yang lahir di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu dihentikan saja. Kementerian Perindustrian saat ini dikabarkan sedang mengevaluasi program tersebut. Ada sejumlah faktor yang harus menjadi pertimbangan. Antara lain, investasi dari produsen yang sudah terlanjur masuk, hingga ancaman serbuan impor mobil dari Thailand jika LCGC dihentikan.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sendiri sangat berharap pemerintah meneruskan program LCGC. Ketua Gaikindo Sudirman M. Rusdi, mengingatkan, LCGC telah menopang penjualan kendaraan bermotor secara nasional. Jika program ini dihapuskan, maka penjualan kendaraan bermotor dipastikan menurun tajam. Sekadar info, penjualan kendaraan roda empat tahun ini mencapai 1,2 juta unit, di mana 13,7 persen di antaranya adalah LCGC. 

Terlepas dari hal itu, Anda para pemilik kendaraan pribadi memang sudah selayaknya berpikir lebih cerdas dan lebih selektif dalam memilih kendaraan. Apakah itu LCGC atau non-LCGC, sebaiknya pilihlah kendaraan yang irit bahan bakar sekaligus ramah lingkungan.

Tren global, khususnya di negara-negara maju, menunjukkan bahwa para produsen otomotif terus berlomba menghadirkan mesin-mesin berteknologi tinggi ramah lingkungan yang semakin hemat bahan bakar namun tanpa mengorbankan sisi performa.

Di bawah ini adalah beberapa contoh kendaraan di berbagai kelas yang terbukti irit bahan bakar namun tetap menunjukkan performa andal, baik yang masuk kategori LCGC maupun non-LCGC.

Perlu dicatat bahwa kondisi irit bahan bakar itu semua dicapai dengan menggunakan bahan bakar sesuai spesifikasinya, yaitu beroktan di atas 90. Selain itu, tak boleh dilupakan bahwa efisiensi bahan bakar juga akan sangat tergantung dari cara pengendaraan pengemudinya.

Volkswagen Golf Mk.7
Generasi ke-7 dari VW Golf ini lebih besar dari pendahulunya namun justru lebih irit, antara lain berkat platform baru MQB atau Modular Transverse Matrix dan fitur-fitur pengendaraan canggih lainnya.  

Pada tipe mesin paling bawah, 1.2 liter turbocharged dengan 85 PS, konsumsi bensin mencapai 20,4 km/l. Untuk mesin 1.4 liter turbo bertenaga 140 PS mencapai 20,9 km/l. Pada versi mesin diesel 1.6 liter bisa 26.3 km/l, sementara versi Bluemotion bahkan mampu mencapai konsumsi 31,2 km/l.

Ford Focus 1.0 Eco Boost
Mengusung Mesin 1.0 cc  3-silinder, efisiensi new Focus diklaim mencapai 23,26 km/l. Itu tercapai berkat mesin revolusioner EcoBoost yang memadukan turbo-charging dan direct injection.

Mesin diklaim mampu menghasilkan tenaga layaknya mesin 1.6 cc reguler, namun dengan konsumsi bahan bakar 20% lebih irit. Ford juga membenamkan fitur EcoMode yang memberi tips kepada pengemudi tentang cara cerdas berkendara hemat bahan bakar seraya mengemudi.


Honda Mobilio E CVT
Mobil low MPV ini mengusung mesin I-Vitec SOHC 1500cc yang mampu menghasilkan tenaga 118 PS. Hebatnya, hasil pengujian di Indonesia menunjukkan tingkat efisiensinya yang tergolong tinggi.

Melalui kontes adu irit serentak di empat kota besar,  diperoleh catatan terbaik 22,5 km/l untuk pengendaraan kombinasi.







Suzuki Karimun Wagon R GS (LCGC)
Hadir dengan teknologi mesin baru K10B 998 cc yang efisien, varian terbaru ini menggunakan plastic intake manifold dan sistem multi-point fuel injection yang mobil lebih hemat bahan bakar.

Pada rute dalam kota dengan kecepatan rata-rata 24,1 km/jam, dituntaskan dengan catatan 15,4 km/l. Sedangkan di rute tol ia mencapai efisiensi 21,4 km/l.




BMW 320d
Tak disangka bahwa salah satu mobil paling irit BBM di Indonesia justru dipegang oleh mobil mewah BMW, tepatnya BMW 320d. Sedan ini mengusung teknologi Twin-Power Turbo, yang membuat konsumsi bahan bakarnya irit tanpa mengurangi performa.

Mobil ini dibangun dengan mesin diesel sebesar 1.997cc 4 silinder, bertransmisi 8-speed dan menggunakan Auto Start/Stop. Konsumsi BBM dalam kota mencapai 14,5 km/l, sedangkan untuk jalan tol atau luar kota mencapai 24,5 km/l.


Mitsubishi Mirage Exceed
Model city car besutan Mitsubishi ini menggendong mesin bensin berkapasitas 1.193cc tiga silinder, yang mampu menyembukan tenaga sebesar 75 hp. Dari sisi konsumsi BBM, hatchback ini hanya meminum 1 liter untukm berkendara di dalam kota sejauh 13,5 km. Untuk luar kota, konsumsi BBM-nya 21,4 km/l.

Duo Toyota Agya – Daihatsu Ayla Terbaru (LCGC)
Si kembar yang masuk program LCGC ini memang dirancang harus irit BBM. Mengandalkan mesin baru berkapasitas 1.000cc 3 silinder, berbahan resin yang lebih ringan dari alumunium, Toyota Agya terbaru diklaim lebih efisien. Mesin berteknologi DOHC fuel injection, 12 Valves, ini, mengonsumsi 1 liter untuk 16,0 km.

Sementara itu, hasil pengujian pada bulan Mei 2014 lalu, difasilitasi Daihatsu Sales Operation, menunjukkan Daihatsu Ayla matic berkapasitas 998 cc mampu menempuh 31,667 km/liter. Untuk versi manual, konsumsinya 21,33 km/liter.

Chevrolet Spin
Mengususng mesin 1.248cc empat silinder, Spin menggunakan teknologi common rail direct injection dengan turbocharger berjenis fixed geometry. Alhasil, tenaganya mencapai 75 hp dan torsi maksimal 190 Nm pada putaran 1.750 rpm.

Konsumsi BBM-nya 13,85 km/l untuk penggunaan dalam kota dan 21 km/l untuk penggunaan jalan bebas hambatan.




Honda Brio Satya (LCGC)
Yang satu ini adalah mobil kategori LCGC, dan dirancang untuk memenuhi standar konsumsi BBM efisien.

Honda Brio Satya dikemas dengan mesin 1.198cc empat silinder, dengan transmisi manual. Mobil ini mengonsumsi bahan bakar 14,2 km/l di dalam kota, dan bisa dipergunakan sejauh 20,1 km di luar kota.



Nissan March
City car paling laris dari Nissan ini dilengkapi mesin 1.200cc tiga silinder. Konsumsi bahan bakarnya mencapai 15,4 km/l untuk pengendaraan di dalam kota, dan tercatat 19,8 km/l untuk penggunaan di jalan bebas hambatan.










Peugeot 107
Mobil Eropa ini ternyata juga irit bahan bakr. Dirancang dengan mesin 998cc, tenaga yang dihasilkan lumayan besar yaitu menyentuh angka 68 hp dengan torsi 93 Nm pada rotasi 3.600 rpm. Konsumsi bahan bakarnya sebesar 15,3 km/l dalam kota, dan 19,72 untuk luar kota.









Toyota Camry Hybrid
Bagi Anda yang menginginkan sedan mewah yang irit, maka Toyota Camry Hybrid adalah pilkihan terbaik. Mobil ini bermesin 2.494cc dengan tenaga 143 hp dan torsi 270 NM. Tenaga hibridanya memungkinkan konsumsi BBM 16 km/l dalam kota dan 19 km/l luar kota.








Ford Fiesta 1.0 Eco Boost
Meski mengusung mesin berkapasitas kecil 998 cc 3-silinder dengan transmisi kopling ganda 6-speed, teknologi Eco Boost berhasil menciptakan tenaga besar yang mampu menyelesaikan sprint 0-100 km/jam dalam tempo 10,67 detik.

Dalam hal konsumsi BBM, US Environmental Protection Agency menyebutkan konsumsi 13,6 km/liter dalam kota, 19,1 km/liter di jalan tol, dan 15,7 km/liter kombinasi keduanya.




Datsun Go + Panca (LCGC)
Besutan Nissan yang memilih ikut program LCGC namun dalam model hatchback 5+2 seater ini menggendong mesin 1200 cc tiga silinder dengan 5 sistem percepatan manual.

Dalam hal konsumsi BBM terbilang unggul, khususnya model T Option. Pengendaraan dalam kota hanya mengonsumsi 1 liter untuk 13,3 km. Sementara untuk luar kota mencapai 19,8 km/l.



Kia Morning 1.0
Mengusung mesin Dual CVVT berkapasitas 1.000 cc DOHC, city car murah non-LCGC ini sukses mengefisienkan konsumsi bahan bakar. Kia mengklaim konsumsi bahan bakar Morning mencapai 18,57 km/l untuk pengendaraan kombinasi dalam kota dan luar kota.

Nissan Grand Livina X-Gear
Salah satu produk terlaris dari Nissan ini tergolong hemat lantaran penggunaan CVT atau Continuous Variable Transmission. Mobil ini dibekali jantung pacu sebesar 1.498cc 4 silinder dengan tenaga 109 hp. Konsumsi BBM-nya sebesar 12,8 km/l dalam kota dan 18,4 km/l untuk luar kota.

Toyota All New Yaris
Mobil laris di segmen subkompak hatchback B ini kembali mengalami perbaikan, meskipun masih mengandalkan mesin empat silinder dengan kapasitas 1.5 liter.

Perubahan desain terbukti meningkatkan efisiensi BBM. Toyota Yaris manual terbaru mengkonsumsi BBM 12,73 km/liter di dalam kota dan 16,15 km/liter di luar kota. Konsumsi kombinasi kedua jalur tersebut mencapai 14,03 km/liter.





Mercedes Benz B200 BlueEfficiency
Teknologi BlueEfficiency beserta Auto Start/Stop membuat Mercy yang satu ini tetap hemat meskipun kemampuannya juga impresif, karena mampu berakselerasi sampai 100km/jam hanya dalam 9 detik.

Mobil ini dibekal mesin 1.595cc dengan tenaga mencapai 154 hp. Konsumsi bahan bakarnya pun cukup impresif, di luar kota mobil ini menghabiskan 1 liter BBM untuk menempuh jarak 15,87 km.






Hyundai Grand i10
City car andalan terbaru pabrikan asal Korea ini dibekali bermesin Kappa 1.25 MPI D-CVVT 4-silinder, dilengkapi teknologi shiftronic mode yang menunjang performa mesin dalam hal akselerasi dan efisiensi bahan bakar. Hasilnya, konsumsi BBM dalam kota mencapai 12,5 km/l, dan 15 km/l untuk luar kota.








Mazda 6
Pabrikan Mazda yang memperbaharui semua produknya menggunakan SKYACTIV, termasuk pada Mazda 6. Mobil berkapasitas mesin 2.488cc 4 silinder ini mampu menghasilkan tenaga cukup besar, 192 hp, namun dengan konsumsi BBM 10,75 km/l untuk dalam kota, dan 15,5 km/l untuk luar kota.







Hyundai Santa Fe CRDi
Dalam Diesel Mega Test Drive 2014, SUV bongsor berkapasitas 2.199 cc 4-silinder turbocharged ini ternyata mampu mencapai efisiensi BBM. Torsi mesin dan fitur ECO Mode mampu membuat konsumsi BBM Santa Fe dengan bobot 1,7 ton ini menjadi lebih hemat. Di rute tol, mobil ini mampu mencapai 15,51 km/liter.









All new Honda Jazz CVT
Meski di sektor dapur pacu tak ada perubahan berarti, yaitu masih mengusung mesin 1,5 liter, penyempurnaan desain mampu meningkatkan efisiensi BBM.

Honda Jazz CVT mencatatkan konsumsi BBM 11,48 km/liter untuk jalur di dalam kota, 14,03 km/liter untuk jalur tol, dan 12,75 km/liter untuk kombinasi kedua jalur.