Rumah Windwood Tina

Oleh: Giatri (Editor) - 08 December 2014
Naskah : Giattri Foto : Dok. Pribadi

Kecintaannya pada sang suami, membuat Tina Vallentina kerap menghadiahkan alat musik yang digandrungi suaminya, saxophone. Lantaran bentuknya yang eksostis dan suara yang dihasilkan begitu seksi, wanita berambut ikal tersebut akhirnya jatuh hati pada alat musik tiup itu. Beberapa saxophone merk ternama menjadi koleksinya seperti Buffet Crampon (Paris), Yanagisawa (Jepang), Yulius Keilweth (Jerman), hingga Selmer (Paris).

Tina mengaku, ia sempat bertengkar hebat dengan Anton, suaminya karena membeli saxophone. “Tahun 1989, harga saxophone sangat mahal. Kala itu harga tanah disini Rp 5 juta sedangkan saxophone Rp 1,25 juta. Akhirnya di jual, ternyata untungnya Rp 250 ribu setara dengan gaji kita sebulan,” bebernya.

Berangkat darisanalah keduanya terpikir untuk berburu saxophone kemudian di jual “Dari keuntungannya saya belikan saxophone, lambat laun jumlahnya kian banyak. Ada beberapa yang kita jual, namun yang bernilai collectable kita simpan,” terangnya.

Mereka pun berburu ke berbagai daerah di Indonesia seperti Yogyakarta, Medan, Surabaya, Jawa Tengah, Bandung, hingga Bontang.

“Kita kan pernah dijajah Belanda yang notabene negara kaya, waktu dia meninggalkan tanah air, barangnya ditinggal salah satunya adalah saxophone. Oleh karena itu saya dan suami begitu giat menggali dimanapun berada,” ungkap Tina semangat.

Hingga saat ini jumlah koleksi Tina lebih dari 250 buah. Salah satunya adalah merk Selmer lansiran Perancis yang merupakan saxophone profesional dan dianggap sebagai saxophone terbaik yang pernah dibuat didunia, desainnnya juga dianggap sebagai model terbagus yang dibuat oleh pabrikan. “Saya beli di Semarang harganya sekitar Rp 35 juta, tapi kalau sekarang sudah laku hingga Rp 100 juta,” Tina berujar.

Tak hanya mengoleksi Tina juga bisa merestorasi saxophone yang rusak seperti buatan Amerika yang baru saja dibelinya dari Kalimantan.

“Jadi buka satu-satu. Kita bersihkan dan coba hidupkan.”
Soal perawatan terbilang mudah cukup rutin dibersihkan menggunakan lap seminggu sekali. Tapi kalau saxhopone-nya usang dan warnanya sudah kehijauan, untuk mengembalikan warnanya seperti sedia kala harus dibersihkan menggunakan cairan nitrat. Saya sendiri yang turun tangan karena kalau orang lain belum tentu bisa caranya, resikonya besar kalau kena kulit bisa melepuh,” jelasnya.

Kecintaannya pada saxophone pada 1998, membuat Tina dan sang suami membidani Rumah Tiup di Jl. H. Thaiman Barat I No 71 RT 2/RW2 Gedong, Pasar rebo, Jakarta Timur ( Belakang Rumah Sakit Pasar Rebo ). Tak hanya saxophone, Rumah Tiup juga mewadahi para pecinta woodwind lainnya, seperti klarinet, flute, hingga sousaphone.

Selain di Pasar Rebo, komunitas Rumah Tiup juga terbentuk di Cibubur dan Yogyakarta.Di Cabang Cibubur dikelola oleh anak sulung dari pasangan Tina dan Anton, Didit. Sedangkan cabang Jogja ditangani oleh si bungsu, Ardaseta Risma Yuda. Sungguh merupakan sebuah usaha yang turun temurun digeluti oleh keluarga ini.

Hingga 2014 ini, setidaknya tercatat ada sekitar 2.400 anggota komunitas Rumah Tiup yang belajar dari Tina dan Anton. Mereka berasal dari berbagai kalangan: mahasiswa, tentara, polisi, pengusaha, dan karyawan. ”Bagi anggota komunitas yang berada di luar Jakarta, kami distribusikan materi lagu melalui internet,” ujar Tina.

Komunitas Rumah Tiup memiliki agenda rutin berkumpul pada Jumat, Sabtu, dan Minggu. Selain belajar, mereka juga berbagi kesulitan atau lagu baru. Rumah Tiup juga menjual alat musik woodwind, diantaranya saxophone, klarinet, flute dan beberapa jenis lainnya. Harga yang ditawarkan untuk alat musik ini juga sangat menarik. Saxophone yang dulu terhitung mahal, di Rumah Tiup Anda bisa mendapatkan saxophone mulai dari sopranino, soprano atau baby sax, alto, tenor, baritone sama bas saxophone seharga Rp 2,5 juta untuk bekas dan Rp 5 – 8 juta untuk yang baru.

“Tadinya kita jual yang seken, tapi lambat laun yang seken itu berkurang. Kita cari produk lain yang murah meriah, kualitas dan suara bagus. Saya dapat produk merek Maxtone. Kemudian dua tahun ini saya dapet pinjaman dari Bank sehingga saya bisa beli atau import sendiri dari Taiwan dengan nama saya Valentine dan suami saya Antonio,” jabarnya.

Tak hanya itu, bila membeli disini dapat garansi setahun dan diajari gratis sampai bisa! Tina menjamin dalam sebulan bisa menguasai lagu.