Teddy Patrick, Life Begin at Forty!

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 06 October 2014
Naskah: Suci Yulianita, Foto: Fikar Azmy
Ia adalah sosok pekerja keras yang merelakan masa mudanya habis untuk didedikasikan pada karier. Tapi ‘buah’ yang didapatnya memang terasa ‘manis’. Belum genap 40 tahun, Teddy Patrick sudah dipercaya menjadi General Manager sebuah hotel berbintang jaringan Swiss-Belhotel International.


Setamat sekolah menengah, Teddy terbiasa bekerja keras. Ketika remaja seusianya sedang asyik bermain atau memadu kasih, Teddy justru sibuk bekerja demi membiayai hidupnya di ibukota tercinta, Jakarta. Ia menyadari bahwa dirinya bukanlah putra mahkota yang terlahir dari keluarga kaya raya. Untuk itu, ia bertekad mencapai sebuah kesuksesan yang tentunya harus diraih dengan kerja keras dan ketekunan.

Selain itu, sebagai sulung dari empat bersaudara, Teddy juga ingin menjadi role model bagi adik-adiknya.
Ketika kuliah, Teddy pun harus pintar membagi waktunya antara kuliah dan bekerja. Nah, dari sinilah awal mulanya ia terjun di bidang perhotelan, meski bukan dari latar belakang perhotelan. “Kenapa saya ambil kerja di hotel? Karena hotel itu kan tiga shift jadi saya bisa mengatur jadwal kuliah saya dan jam kerja. Jadi kalau kuliahnya pagi, kerjanya ambil jam sore, kalau kuliahnya siang, saya ambil kerja jam malam. Dari situlah awal ceritanya saya di perhotelan. Dan awalnya saya masuk room division kemudian pindah ke bagian sales. Dari situlah kariernya pelan-pelan meningkat,” ceritanya mengawali pembicaraan.

Teddy mengawali kariernya dari hotel ke hotel yang dimulai sejak 1997. Sebelum akhirnya berlabuh pada jaringan Swiss-Belhotel International, 2013 lalu, ia telah melanglang buana. Perjalanan kariernya tercatat mulai dari posisi Sales & Marketing di Sanno Airport Hotel Jakarta, Sales Manager di Dusit Mangga Dua Hotel, Account Manager di Sheraton Media, Assistant Director of Sales di Sol Elite Marbella Hotel, Director of Sales Hotel The Acacia Jakarta, Asst. Director of Sales Grand Aston Soho, Director of Sales & Marketing Aston Primera Pasteur Bandung, dan Executive Assistant Manager Hotel Aston Primera Pasteur Bandung.

Kemudian ia mendapat kesempatan bergabung dengan jaringan hotel international, Swiss-Belhotel International, dengan menjabat General Manager Swiss-Belinn Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada April 2013 lalu. Tak butuh waktu lama bagi Teddy untuk memimpin hotel itu, hanya dalam waktu lebih kurang satu setengah tahun, Teddy berhasil meningkatkan performa kinerja hotel.

Hingga pada akhirnya ia dipercaya memimpin hotel lain di kota besar, Jakarta. Ya, sejak Agustus 2014, Teddy dimutasi ke Jakarta, ia menjabat General Manager Arion Swiss-Belhotel Kemang, Jakarta. “Thanks God saya pertama kali jadi GM di Pangkalan Bun dan nggak lama dimutasi ke Jakarta. Dan jarang dari daerah ada yang dimutasi langsung ke kota besar, biasanya masih di daerah dulu,” katanya, penuh rasa syukur.

Apa yang dicapainya selama memimpin Swiss Belinn Pangkalan Bun itu, tak lain karena ia tak pernah berhenti mengedukasi seluruh staff dan karyawan Hotel untuk bekerja secara professional yang mengutamakan pelayanan terbaik. Ya, di matanya, karyawan adalah sebuah asset yang sangat berharga. “Bekerja di hotel tidak bisa one man show tetapi harus team work. Dari pertama tamu check in sampai dia stay, lalu guest experience hingga dia check out. Itu kan satu siklus yang tidak bisa diputuskan,” ujar pria berdarah Sunda – Manado ini.

Selain itu, pria yang hobi bermain bilyard dan traveling ini, juga tak pernah bosan melakukan pendekatan ke perusahaan-perusahaan, pemerintah daerah, dan instansi lainnya yang berada di kawasan itu. “Semua kita rangkul dan lama-lama performa meningkat,” imbuhnya.

Memimpin sebuah hotel berbintang di Jakarta merupakan tantangan baru baginya. Terlebih, Arion Swiss-Belhotel Kemang, Jakarta terletak di lokasi yang terkenal sebagai pusatnya kuliner dan hiburan malam di Selatan Jakarta. Namun ia tidak melihat hal itu sebagai sebuah beban, justru sebaliknya, Teddy melihatnya sebagai sebuah peluang dan nilai plus bagi Arion Swiss-Belhotel Kemang. “Akan semakin banyak tamu-tamu ekspatriat yang stay di kita, ke mana-mana tinggal jalan kok. Itu added value buat kita,” ia menerangkan dengan penuh semangat.

Dikatakan Teddy, tahun ini merupakan tahun ketiga Arion Swiss-Belhotel Kemang yang telah melewati masa transisi dari brand sebelumnya. Untuk itu, banyak sekali hal-hal yang mulai harus dibenahi sesuai dengan standar jaringan Swiss-Belhotel International. Yang pertama dan yang paling penting adalah bagaimana membentuk sebuah image bahwa Swiss-Belhotel International memiliki sebuah hotel di kawasan Kemang. Dan itu telah dilakukan. Setelah itu, kini Arion Swiss-Belhotel Kemang, juga tengah merenovasi beberapa fasilitas hotel sesuai standar Swiss-Belhotel International. Seperti Ballroom misalnya, direnovasi dari vintage menjadi minimalis modern. Kemudian lobby lounge juga sedang direnovasi menjadi lebih hidup, “Lobby Lounge ini nanti akan lebih hidup, terutama di malam hari akan dilengkapi hiburan musik, piano dan saxofon plus penyanyinya. Ini tentunya akan melengkapi hiburan musik yang ditawarkan, tak hanya di Basement Café, tapi juga akan hadir di Lobby Lounge,” katanya sedikit berpromosi.

Selain itu, melihat persaingan hotel yang semakin banyak, Teddy terus menekankan pada jasa service yang harus selalu dioptimalkan. Dalam hal ini, ia memiliki resep sederhana, yakni ‘bekerja dengan hati’. Menurutnya, jika kita sudah bekerja dengan hati, maka tamu akan dilayani dengan baik. Hal itu pula yang selalu ditanamkan kepada seluruh karyawan hotel selama ia bekerja.

Menurutnya, bekerja di hotel tidak hanya memikirkan bagaimana membuat tamu merasa nyaman seperti di rumah sendiri. Tapi yang terpenting adalah bagaimana melayani tamu benar-benar dari hati. “Apalagi sekarang persaingan hotel semakin berat, produknya juga semakin beragam. Jadi bagaimana kita mempertahankan yang sudah eksis, ya itu, salah satunya dengan personal touch. Jadi tamu benar-benar kita layani dan kita hargai,” bebernya.

Begitupun dalam kehidupan sehari-hari, Teddy selalu menerapkan apa yang telah menjadi prinsip hidupnya itu. Baginya, hidup adalah bagaimana bisa bermanfaat bagi orang lain. “Hidup itu bukan untuk diri sendiri.

Hidup juga harus bermanfaat bagi orang lain. Kalau hanya memikirkan diri sendiri, mau mengumpulkan harta, sampai mana sih? Kita meninggal juga nggak bawa apa-apa. Tapi kalau kita berbuat baik pada sesama, hidup bermanfaat buat orang lain, itu sama saja kita menabung kebaikan. Dan semakin kita punya arti buat orang lain, maka hidup kita juga akan semakin berarti. Dengan begitu, kita juga akan mendapat kemudahan dalam hidup,” ia berkata bijak.

Teddy bisa dibilang telah berhasil meraih impian banyak anak muda, menggapai kesuksesan pada usia yang belum genap 40. Ya, life begin at forty! Itulah yang dialami dalam perjalanan hidupnya. Tepat di usianya yang ke – 40 tahun pada 2015 mendatang, Teddy telah mencapai apa yang menjadi impiannya selama belasan tahun menapaki karier. Meski begitu, Teddy sejatinya masih memiliki impian dan cita-cita mulia, yakni kelak, jika pensiun nanti, ia ingin mengabdikan dirinya pada dunia kampus dengan menjadi seorang dosen.