Laporan Khusus Jokowi-JK (Part 2): Wawancara Jokowi: Jangan Pikir Saya Lembek, Saya ini Petarung!

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 16 June 2014
Berikut adalah nukilan wawancara eksklusif Jokowi di berbagai media massa nasional, yang dirangkum sejak Jokowi masih menjabat Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, lalu mulai digadang-gadang sebagai bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, hingga penetapan dan pengundian nomor urut pasangan calon di Komisi Pemilihan Umum, 2 Juni 2014.


Program Mata Najwa, Metro TV, Mei 2011

Anda banyak disebut sebagai pemimpin masa kini. Risih tidak dengan sebutan itu?
Saya kira yang jauh lebih baik dari saya banyak. Kadang-kadang saya juga saya merasa terbeban. Saya merasa bekerja biasa-biasa saja.

Anda kan tidak punya pengalaman politik yang cukup, bahkan tidak ada sama sekali. Hanya berlatar belakang pengusaha, aktif di asosiasi pengusaha mebel. Dengan pengalaman politik yang sangat minim, kok Anda mau terjun menjadi walikota?
Yaaa, yang pertama dulu mungkin kecelakaan ya, kepleset, ha ha ha. Masyarakt mungkin sudah bosen sama (tokoh) yang terkenal-terkenal, dan ingin memilih saya yang tidak terkenal sama sekali, itu aja mungkin, ha ha ha!

Karena kejenuhan orang maka Anda dipilih?
Mungkin, mungkin itu. Tapi saya kira juga karena mesin partai juga berjalan dengan baik.

Anda merasa diri Anda politisi sekarang?
Sampai sekarang belum, ha ha ha!

Kenapa, apakah karena imej politisi kita tidak baik?

Nggak. Karena saya merasa memang belum apa-apa di bidang politik. Saya harus ngomong apa adanya, saya belum apa-apa.


Bicara wajah birokrasi saat ini, tak jauh-jauh dari inefisiensi dan korupsi. Apakah Anda juga menemui hal itu?
Saya kira salah besar. Tergantung yang memimpin. Kalau pandangan saya, PNS kita, birokrasi kita itu pinter-pinter. Hanya saja, mungkin cara menggerakkan organisasinya yang keliru, sistemnya yang perlu dibenahi. Saya beri contoh, di Solo dulu ngurus KTP bisa dua sampai tiga minggu. Sekarang satu jam bisa jadi. Artinya, kita bisa melakukan itu asal sistemnya disiapkan. Sistemnya perbaiki. Kalo yang nggak mau masuk sistem, kalau saya, ya saya tinggal. Izin juga sama, bisa empat, enam, delapan bulan, nggak jelas. Sekarang enam hari selesai. Dinas yang nggak mau masuk ke sistem itu, ya sudah hilang, kalau saya gitu.

Ada yang ada pecat karena menolak sistem itu?
Iya, dulu ada tiga lurah dan satu camat. Terus ada dua kepala dinas. Kelihatan kalo memang mereka tidak ada niat.

Ada pernah bilang jangan pernah coba suap saya. Memang ada yang pernah? Dalam bentuk apa? Bisa diceritakan?
Banyak, dalam bentuk macam-macam. Misalnya, ada yang minta izin mendirikan mal, hypermarket, berkali-kali datang tapi belum dikasih. Kelihatannya saya mempersulit, dan sepertinya saya dianggap minta sesuatu, maka mereka mencoba menyuap. Padahal, terus terang, saya tidak terlalu senang dengan mal atau hipermarket yang terlalu banyak di sebuah kota. Bukan anti ya, tapi tidak senang kalau terlalu banyak. Ya mungkin boleh lah kalau satu dua.

Kenapa Anda lebih memperhatikan pasar tradisional ketimbang hipermarket?
Ril yang ada di lapanagan adalah ekonomi rakyat kita. Coba kita lihat pasar tradisional, apa yang dijual di situ. Tempe, beras, sayur dari petani, ikan dari nelayan, itulah ril ekonomi rakyat kita. Kalau itu tidak diberi perhatian khusus, salah kita. PKL juga sama. Saya memandang mereka sebagai potensi. PKL itu jangan dipandang membuat kumuh kota saja. Harus melalui pendekatan kultural, intervensi sosial. Saya ingin menunjukkan bahwa ada cara lain tanpa harus represif dan langsung digebuki. Meskipun butuh waktu lama mendekati mereka, tapi pada akhirnya muncul trust. Saya sudah melakukan itu dan berhasil. Kami berhasil memindahkan 900-an PKL di Solo yang sudah 54 tahun berdagang di sana, dan itu memakan waktu tujuh bulan.

Katanya Walikota Solo Jokowi tidak pernah ambil gaji. Apa sudah kaya karena pengusaha mebel?
Ha ha ha, saya tidak pernah cerita soal itu ya. Tapi mungkin karena ada yang dengar. Sesungguhnya, keluarga saya juga butuh gaji saya, tapi ada yang lebih membutuhkan. Buat saya dan keluarga saya, untuk hidup dengan standar sangat sederhana, saya kira masih cukuplah (tanpa gaji Walikota).

Jadi setelah terima gaji langsung kembalikan? Padahal lumayan kan pak?

Aduh saya sebetulnya tidak suka cerita masalah ini.

Katanya juga mobil dinas Anda paling jelek, dan supir walikota sering diolok-olok supir pejabat lain?
Ha ha ha, ndak. Mobilnya masih sangat bagus, Camry, hanya memang sudah 10 tahun tidak ganti, dan itu peningalan walikota lama. Pernah mogok empat kali, tapi setelah diperbaiki, ya enak lagi saya pake. Nggak apa-apa kok. Saya tidak melihat itu sesuatu yang penting, buat saya asal tidak menghambat pekerjaan saya.

Anda punya resep bagi mereka yang ingin sukses sebagai pemimpin?
Jangan punya kepentingan, kecuali untuk rakyat.

Wawancara dengan ABC TV Australia, 8 Januari 2013

There’s several challenges that you want to tackle for this city. When do you feel, that you making some progress?

There must be a big chance here, and we must be active to promoting this chance.

There is a signigicant gap between the rich and the poor in this city. How important for you to close that gap?

The poor is my concern. Like I told you, there is more than 360 moslem areas. We have housing program for that areas. There is open green space, there is micro library. So I think if we give close attention to the poor people, they will also gvie something to the city.

So it is important for you to help the people with the housing programme, for instance?
Yes. I’ll give around 60 to 70 percent from our budget for the poor. For the healthy programme, for the education programme, for the housing programme. Because I want to make the gap between the have and the have not decreasing.

And why you think that they will give something back to the city?
Because maybe more than 30 years there is no attention to the poor. There were always 60 to 70 percent budget for the have. I want to make a different.

But there is something else Pak Joko. Jakarta is the centre of one of the world’s fast growing economy. Do you also see your job is making the city a place where is better to do business?
Offcourse. I want to make a regulation reform, such as business permit. I will make one stop service, so when you ask business permit, it is only take one week in maximum. Not six months, eight months, ten months.

And then you dealing with many different groups, many different relationship to manage. Are confident you can bring them on board to your vision?
It’s only about communications.

Pak Joko Widodo, what is your vision for the city of Jakarta?
They can do business here better than the other cities. People here happy because no traffic jams, no flood, no poor people. That’s my dream.

So you feel confident about that?
Yes, I’m very optimistic!

*****

Wawancara live pasca pencapresan oleh PDI Perjuangan, Indosiar, 14 Maret 2014

Ada yang mengatakan bahwa Anda ini adalah antitesa dari pemimpin sekarang. Bapak egaliter, ceplas-ceplos. Tanggapan bapak?
Menurut saya, pemimpin memang harus selalu hadir di tengah-tengah masyarakat. Sehingga rakyat merasakan kehadiran pemerintah. Bagaimana kita bisa tahu persoalan rakyat kalao salaman saja nggak pernah, bersentuhan kulit saja setahun sekali atau menjelang pemilu saja. Menurut saya, harusnya harian, agar aspirasi, keluhan, keinginan rakyat, betul-betul getarannya bisa kita dengar.

Ada pandangan bahwa populer saja tidak cukup, tapi harus memiliki kapabilitas. Menurut Bapak?
Biasa lah. Ada yang mencemooh karena badan saya kurus. Ada yang menjelekkan karena wajah saja ndeso. Tapi yang jelas, saya dua kali jadi walikota, dan saya juga tidak akan komentar dianggap sukses atau tidak, ditanyakan saja ke rakyat Solo. Di jakarta juga, saya tidakbisa mengatakanb saya baik atau tidak, karena yang menilai adalah orang lain. Dicemooh, dijelek-jelekkan, sudah biasa buat saya.

*****

Wawancara Live dari Kampung Deret Petogogan, Jakarta, Berita Satu, 5 April 2014

Pak Jokowi, Anda selalu menerima kami di tempat-tempat terbuka seperti ini. Maksudnya apa sebetulnya?
Ya, biar masyarakat juga tau, biar mereka ngerti juga.

Pada pertemuan-pertemuan sebelumnya Anda belum dicalonkan sebagai capres. Sekarang sudah resmi capres PDIP. Apa yang berbeda?
Sama saja. Bajunya sama, sepatunya masih sama, ha ha ha!

Mencalonkan seorang presiden tentu tidak bisa tanpa persiapan. Bisa diceritakan bagaimana PDI Perjuangan mencalonkan seorang Joko Widodo?
Ya terus terang saya sampaikan, saya dan Bu Mega selalu bertemu, bertemu, dan bertemu, termasuk waktu rakernas di Jakarta saya diminta membacakan Dedication of Life Bung Karno (Suara hati Bung Karno di akhir masa pemerintahannya), perasaan saya tidak ada apa-apa waktu itu. Kemudian saya diajak makan siang, makan malam, diajak juga ke kampus-kampus untuk menyampaikan gagasan-gagasan sebagai pembicara. Iya memang ada proses, dan tidak banyak tahu sampai mendekati hari deklarasi. Bahkan saat diumumkan, saya sendiri masih bekerja, waktu itu sedang mengunjungi Rumah SI Pitung di Marunda.

Saat awal diberitahu akan dicapreskan,apakah Ada nada keberatan kepada Bu Mega, misalnya, permintaan Pak Jokowi bahwa saya masih harus begini dan begitu?
Biar saya dan Bu Mega saja yang tahu, ha ha ha!

Soalnya kan setiap kali ditanya wartawan, Anda selalu menghindar soal capres?
Saya mau ngomong apa? Karena memang belum jelas dan belum diumumkan. Saya nggak mau dibilang gege mongso mendahuyli hal-hal yang belum jelas, untuk apa?

Petinggi PDI Perjuangan pernah menyatakan bahwa serangan terhadap Anda akan dilancarkan sejak diumumkan sebagai capres. Pernahkah Anda memikirkan kemungkinan serangan ini?
Sudah kita perkirakan. Kita kan pernah ikut pilkada kota dua kali, pilgub juga dua kali karena dua putaran. Jadi serangan seperti itu yaa sudah kita perkirakan, bahkan kita akan dijelek-jelekkan, akan dicemooh. Bagi saya biasa-biasa saja.

Tapi serangan itu bagi kami kadarnya luar biasa. Ini baru mau pileg, tapi yang dijadikan sasaran adalah Anda yang mau maju pilpres?
Serangan memang biasa kita hadapi. Tapi yang sekarang ini memang lain, ya. Semua mengarah ke muka saya langsung. Semuanya, semua partai, semua calon. Nggak tau. Tapi saya kira masyarakat juga sudah pinter dan mampu melihat mana serangan yang nggak benar. Itu biasa dalam demokrasi, ada yang suka dan tidak suka. Mestinya demokrasi itu memberikan pendidikan politik kepada rakyat, nggak usahlah menjelek-jelekkan yang lain. Menurut saya lebih baik adu program, adu gagasan, adu ide-ide besar.

Ada iklan anonim di TV yang menagih janji Anda untuk memimpin DKI selama lima tahun. Tanggapan Anda?
Saya menerima pencalonan ini karena secara aturan, secara UU, secara konstitusi memperbolehkan. Apabila Allah SWT mengizinkan saya jadi presiden, saya kira akan lebih mudah membenahi Jakarta. Artinya, janji itu akan tetap diteruskan dalam sebuah dimensi yang lebih luas. Contohnya, 13 sungai besar yang menyebabkan banjir Jakarta, itu wewenang pusat, bukan wewenang Pemda DKI. Jalan-jalan besar menuju Jakarta, itu juga wewenang pusat. Hal-hal yang berkaitan misalnya dengan otoritas transportasi Jabodetabek, atau membuat waduk di Ciawi untuk mengatasi banjir Jakarta, nggak mungkin Pemda DKI masuk ke sana.

Artinya, seperti dikatakan Pak Ahok juga, justru lebih mudah mengurus Jakarta dari Istana, benar?
Ya, faktanya seperti itu.

Anda dituduh sebagai pemimpin boneka. Tanggapan Bapak?
Memang benar. Saya senang dibilang pemimpin boneka, tapi bonekanya rakyat!

Bu Mega sendiri sudah menjawab bahwa Anda itu punya prinsip, nggak mungkin jadi boneka saya?
Kalau nggak punya prinsip, kaalu nggak punya ideolegi, kalau nggak punya keyakinan, untuk apa jadi pemimpin? Bagi saya, prinsip itu tama. Kalau tidak, ya tidak!

Anda dikritik begitu keras, tapi jawabannya kerap cuma aku ora opo-opo?
Lha memang aku rapopo, ha ha ha. Nggak pernah saya pikir berat-berat.

Kalau Jokowi bukan “seseorang” pasti serangannya tidak sekeras ini. Menurut Anda?
Saya nggak tau, biasa saja. Diserang-serang juga biasa saja. Dan saya tidak perlu menonjol-nonjolkan diri saya. Ini kan demokrasi, yang menilai nanti juga masyarakat.

Anda ingin dicitrakan seperti apa sih?
Waduh saya nggak pernah membentuk-bentuk citra. Adanya ya kayak gini ini, pakaian juga kayak gini, wajah kayak gini. Diterima syukur, nggak diterima silakan. Mau senang silakan, tidak senang juga silakan, enak kan?

Kabarnya banyak pengusaha yang sudah merapat ke PDIP dan juga Anda?
Baguslah kalo memang begitu. Partai kan juga butuh dukungan. Asal dengan syarat mengikuti aturan UU, dan terpenting jangan sekali-sekali menyumbang lalu menitip sesuatu, atau menyendera kita dengan kepentingan tertentu. Saya bilang dari sekarang, tidak!

Kalau Jokowi jadi presiden, apakah PDIP akan mempunyai matahari kembar?
Ibu Mega itu tidak seperti yang dibayangkan orang, tidak. Artinya apa, yang jadi presiden ya tugasnya sebagai presiden, yang jadi ketua umum ya tugasnya di partai. Saya kira pemilah seperti itulah yang benar, tidak campur aduk.

Jadi jika Anda jadi presiden, tidak akan jadi Ketua Umum PDIP?
Tidak mungkin, dan sebaiknya tidak begitu. Gagasan seorang presiden tidak menjadi Ketua Umum partai sudah benar. Jadi tidak campur aduk mana kepentingan negara, mana kepentingan partai.

*****

Program Interupsi, Indosiar, 6 April 2014

Bapak diketahui senang bersepeda, bahkan berangkat kerja ke Balaikota DKI aja naik sepeda. Adakah persamaan antara politik dan olah raga?
Saya kira ada. Lari misalnya, kalo larinya cepat dan kalo kita tidak siap, maka terjadi kelelahan. Di politik juga sama. Kalao kita tidak mempunyai persiapan jasmani dan rohani lalu kita ngebut, cepet, cepet, cepet, ya bisa kelalahan dan pingsan.

Masalah krusial apa yang dihadapi Indonesia saat ini?
Ketimpangan. Kemiskinan. Bagaimana antara si kaya dan si miskin jurangnya bisa diperkecil.

Pemimpin seperti apa yang dibutuhkan Indonesia saat ini?
Pemimpin yang mau bekerja untuk rakyatnya, untuk bangsanya, ikhlas, gak ada kepentingan, nggak ada pikiran yang lain selain untuk kepentingan bangsa dan negaranya, untuk rakyatnya. Saya kira itu aja. Kita nggak usah cari pemimpin yang muluk-muluk.

Dan orang itu adalah Joko Widodo?
Saya tidak bisa mengatakan itu, ha ha ha! Saya kira rakyat yang akan memberikan penilaian, rakyat yang nanti akan menentukan.

Jika Anda jadi Presiden RI, perubahan mendasar apa yang segera dilakukan?
Saya kira mengubah mindset penting sekali, menciptakan optimisme, memiliki rasa kebanggaan terhadap negaranya. Selain itu, saya kira yang tak kalah penting adalah kemandirian pangan, dan saya kira kita mampu melakukan itu.

*****

Mata Najwa, Metro TV, 10 April 2014

Hasil pemilu legislatif versi quick count menunjukkan PDI Perjuangan meraih suara terbesar, meskipun masih jauh dari target. Senang atau tidak terlalu senang?
Alhamdulillah kita bersyukur bahwa rakyat memberikan kepercayaan kepada PDI Perjuangan untuk berada di posisi tertinggi. Itu jelas harus disyukuri. Kamim memberikan penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat, khususnya yang memilih PDI Perjuangan, termasuk kader dan relawan.

Dari prosentase itu, kira-kira berapa persen Jokowi Effectnya?
Kalau saya melihat ini kan pertarungan antar caleg, pertarungan sangat keras di akar rumput. Saya kira dalam pilpres akan berbeda.

Bedanya?
Di pilpres nantikan yang akan bertarung tokohnya, dan pasti calonnya bisa dua, bisa tiga, dan maksimal empat. Tentu akan berbeda.

Melihat hasil quick count, bagaimana peta koalisi yang akan terbentuk menurut Anda?
Kita tidak akan berbicara koalisi. Kita berbicara kerja sama dalam menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa yang besar. Koalisi itu selalu konotasinya bagi-bagi kursi, bagi-bagi menteri, itu yang kita nggak suka. Kerjasama boleh dengan siapapun, dengan partai apapun, kita terbuka untuk itu, asal memiliki platform sama.

Partai mana saja yang platformnya mendekati?
Nantilah kalau sudah ketemu. Kalau sudah berbicara mengenai penyelesaian bangsa ini, platform penyelesaiannya juga sama, ya kenapa tidak bekerja sama.

*****

Berita Satu, Pasca Pileg, 10 April 2014

Hasil pileg menunjukkan target suara PDIP 27% tidak tercapai, tanggapan Anda?
Bagaimana pun juga kita harus menghargai dan berterima kasih kepada rakyat. Itulah demokrasi, dan itulah pilihan rakyat. Kalau target memang harus tinggi, semua partai juga begitu, biar kerjanya semangat. PDI Perjuangan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, PDIP masih yang teratas, ini harus disyukuri.

Sebelumnya pengamat memperkirakan jokowi effect akan meningkatkan suara PDIP hingga 30%. Faktanya, tidak seperti itu. Tanggapan Anda?
Harus disadari bahwa kondisi lapangan memang sangat dinamis. Ada kampanye hitam, dan semua menuju ke Jokowi semua, padahal pilpresnya belum dimulai. Mestinya kan dalam pemilu ya adu program, adu gagasan. Tapi yang kita lihat, kampanye hitam yang betul-betul sangat menohok dari semua penjuru larinya ke Jokowi semua. Biasanya dalam pemilu, yang dikritik adalah incumbent, tapi ini semua larinya ke Jokowi, ha ha ha. Sepertinya Jokowi ini adalah musuh bersama, ha ha ha!

Soal bus Trans Jakarta, kabarnya putra Anda ikut terima duit?
Anak saya itu gak pernah ke Jakarta. Di Solo itu usahanya juga kecil-kecilan, usaha catering. Anak saya kalau denger ini mesti marah besar, karena dia sudah kerja keras dari pagi sampai tengah malam, dan saya tidak pernah mendidik anak saya untuk melakukan hal-hal seperti itu.

*****

Wawancara Live, Metro TV, 24 April 2014

Apa sih visi misi Bapak untuk bangsa ini ke depan?
Satu yang sangat penting menurut saya adalah revolusi mental dari negativisme kepada positivisme. Kita ini selalu berpikir pesimis, dan tidak percaya diri untuk berpikir optimis. Revolusi mental ini penting sekali untuk mengubah seluruh mindset, pola pikir kita semua, agar bangsa ini ke depan ada harapan besar. Bangsa ini adalah bangsa besar, bangsa besar!

Bagaimana cara mengubah mental itu? Bangsa ini terdiri dari 240 juta orang?
Itu nanti. Itu nanti akan saya sampaikan secara detail. Revolusi mental itu seperti apa di bidang pendidikan, di bidang kesehatan, pertanian, dan sebagainya, akan saya jelaskan pada waktunya. Saya tidak mau semua serba tergesa-gesa. Sekali lagi, ini adalah urusan bangsa, negara, dan 240 juta rakyat Indonesia ke depan. Jangan dianggap hal yang mudah.

Harapan besar apa yang dimiliki bangsa ini?
Kita ini memiliki semua potensi. SDM kita punya, Sumber daya alam, kita juga punya. Sepuluh tahun yang akan datang kita punya keuntungan demografi. Tetapi semua harus disiapkan dengan baik. Harus didesain dengan sebuah kebijakan besar untuk mengantar bangsa ini menuju sebuah kejayaan. Kita harus optimis, jangan terus-terusan terjebak pada negativisme.

*****

Wawancara pasca pengundian nomor urut pasangan capres/cawapres, Metro TV, 2 Juni 2014

Bapak mendapat nomor urut dua, apa artinya?
Semua nomor baik, sebab pada hakekatnya, yang memberi Allah SWT. Tapi sebenarnya nomor dua ini adalah nomor yang sangat spesial. Coba tanya penggemarnya slank, simbol piss (peace) itu selalu dua jari. Nomor dua itu artinya kesimbangan, ada telinga kanan dan kiri, dua mata, dua tangan, dua kaki, ada siang malam, ada laki perempuan, semuanya dua. Ini adalah sebuah harmoni, keseimbangan, jadi dua itu sangat spesial.

Tapi pemimpin kan harus satu, tidak boleh dua?
Oh iya, kalau pemimpin, baik di sebuah negara, provinsi, baik itu nakhoda, kapten, harus tetap satu. Yang mengarahkan harus tetap satu.

Jadi tidak benar nanti kalo Jokowi Presiden ada yang membisiki dari atas, ada bos-bosnya lagi?
Ha ha ha. Yang namanya pemimpin, pertama harus punya integritas, itu penting sekali. Kedua, harus punya kemampuan, kompetensi untuk mengelola apa yang ada di depannya, mengatasi masalah yang muncul. Kemudian harus punya komitmen untuk rakyatnya, untuk bangsanya. Dan bisa memberikan solusi, jalan keluar bagi setiap problem. Tidak kalah penting, pemimpin itu harus berani mengambil risiko. Artinya apa, harus tegas. Tegas itu artinya berani mengambil keputusan dan berani mengambil risiko. Tegas itu jangan diartikan harus ngomong keras atau kencang.

Setelah ditetapkan sebagai capres, Anda kan mendapatkan pengawalan yang lebih ketat, kabarnya sampai 93 personil TNI dan polisi. Bagaimana rasanya?
Sebetulnya yang sekarang saja sudah cukup. Kalau terlalu banyak, nanti saya sulit untuk bersalaman atau bersentuhan kulit dengan rakyat. Penting bagi seorang pemimpin untuk bersalaman dengan rakyat setiap hari. Jangan hanya berbicara dari kantor dan tidak pernah bertemu rakyat.

Karena anda sudah berbicara soal pemimpin, apa program yang paling diutamakan nanti untuk menghadapi persoalan-persoalan bangsa dan rakyat?
Ke depan ini kompetisi itu tidak lagi antar orang dengan orang, kota dengan kota, tapi antar negara dengan negara. Apa yang harus kita lakukan? Ke depan kita ingin ada pembangunan manusia Indonesia. Lewat apa? Pertama, tentu lewat pendidikan. Kalau kita mampu mencetak manusia-manusia Indonesia yang produktif, maka kita punya daya saing yang tinggi. Bersaing dengan negara mana pun kita berani. Percuma kita punya sumber daya alam yang besar, tapi pembangunan manusianya tidak dinomorsatukan, tetap daya saing kita akan menjadi rendah. Untuk itu perlu ada revolusi mental, ini penting sekali, mulai dari pendidikan dasar hingga level tinggi. Pengangguran, misalnya, hanya bis adihilangkan jika pembangunan manusianya benar. Negara-negara yang maju. Bisa meloncat jauh dalam kemajuan, kita lihat semua karena menomorsatukan pembangunan manusia, dan pembangunan manusia itu hanya bisa terjadi kalau pendidikan juga dinomorsatukan.

Dalam bidang pendidikan, apa konkretnya program yang ingin dijalankan
Pertama harus ada evaluasi terhadap kurikulum. Di tingkat dasar, mestinya pendidikan budi pekerti, pendidikan karakter, harus diperhatikan. Menurut saya, di tingkat dasar pendidikan harus 70-80% harus diarahkan pada pendidikan karakter, budi pekerti, perilaku, sikap mental, dan etika, sisa 20-30% baru muatannya pengetahuan. Jangan kayak sekarang, anak-anak kelas satu SD tasnya sudah dibebani dengan begitu banyak buku, sampai jalannya terbungkuk-bungkuk. Kemudian di tingkat lanjutan, bidang-bidang yang berkaitan dengan politeknik harus diperkuat, karena yang dibutuhkan pasar itu. Hasilnya nanti adalah pengurangan pengangguran secara besar-besaran.

*****

MetroTVnews.com, Pasca Pengundian Nomor Urut Capres, 2 Juni 2014

“Saya dari dulu tidak pernah lobi-lobi minta jabatan, apalagi jadi capres. Minta-minta, apalagi ngemis-ngemis, sama sekali ndak! Tau-tau saya ditetapkan jadi capres. Tapi sekali lagi, hakekatnya semua karena Allah SWT, ya saya jalani tugas yang diberikan. Saya itu petarung! Kalau sudah ditetapkan, sudah ditugaskan, saya akan kerjakan. Saya itu petarung, jangan ada yang mikir saya itu lembek, saya itu petarung! Apalagi didukung nadhliyin, apalagi didukung NU, apalagi ada Ansor, apalagia ada Banser. “