Rosa Silvana: Jakarta With Love

Oleh: Syulianita (Editor) - 13 March 2014
Naskah :Suci Yulianita/Sahrudi Foto :Sutanto

Dari Jambi ke Jakarta, ia datang membawa cinta dan cita-cita.
Berbagi untuk sesama yang tak berpunya atau sekadar menebar cinta.Inilah jalan Rosa Silvana menemukan kesejatian cinta.


Tak begitu sulit bagi perempuan yang akrab disapa Caca ini untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang philanthropy.Sekawanan sosialita Ibu Kota, adalah teman-temannya yang siap disekutukan dalam sebuah wadah sosial bernama Jakarta With Love. “Yah, itu perkumpulan kami yang memiliki concern dan kepedulian yang serupa di kegiatan sosial, saya founder-nya,”ia memecah obrolan.

Menyantuni anak yatim, kaum fakir miskin, berkunjung ke panti jompo, operasi katarak, sunatan massal, dan bakti sosial, begitulahcara ia berbagi cinta.Biaya untuk itu semua, biasa ia dapat dengan menggelar garage saleyang hasilnya masuk dalam pundi-pundi amal.Pernah acaragarage sale di hardrock café, Jakartayang digelarnya beberapa waktu lalu berhasil mengumpulkan uang120 juta rupiahdalam sehari. “Hasilnya untuk sunatan masal gratis dan operasi katarak gratis,” ia tersenyum.

Empati dan rasa kemanusiaannya yang tinggi dalam diri Caca tumbuh dan berkembang dari sikap orangtua-nya juga.Ayahnya yang mantan pejabat di Jambi selalu memberi contoh dengan turun langsung ke bawah menemui rakyat.Terlebih ketika warganya tertimpa musibah. “Saya terlahir di sana melihat situasi lingkungan keluarga yang seperti itu, jadinya kebawa,” pandangannya menerawang jauh ke masa silam.

Bercerita tentang kiprah sosialnya, ternyata tak hanya di Jakarta With Love saja namaCaca eksis, tapi ia juga salah satu pengurus di lembaga Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT) yang hadir untuk memberikan visi misi wanita Indonesia untuk hidup sehat tanpa rokok. Di WITT ia rajin menyosialisasikan tentang jahatnya rokok kepada kaum ibu. “Karena paraibu juga bisa memberikan penyuluhan tentang bahayanya merokok kepada anak anaknya. Mensosialisasikan bahaya merokok itu penting banget.Karena yang kena itu perokok pasif,” ia serius.Buktinya, tak sedikit isteri yang meninggal karena kanker paru paru, padahal dia tidak merokok.“Banyak terdeteksi, mereka adalah perokok pasif,” imbuhnya.

Ya, seperti katanya, “hidup itu pilihan”, maka Caca pun memilih bergiat di bidang sosial ini.“Kita harus memilih yang betul betul membuat kita nyaman, dan bahagia, dan saya sangat merasa bahagia dengan kegiatan sosial ini,” tegasnya. Ia tak tertarik dengan pekerjaan lain meski sama-sama mengurus orang banyak. Semisal jadi wakil rakyat, meski tak sedikit partai politik yang menawarkannya untuk maju dicalonkan sebagai wakil rakyat, ia tetap bergeming. “Takutnya ada perdebatan batin. Saya belum merasakan itu tempat yang tepat buat saya saat ini untuk berbagi pada masyarakat.Banyak jalan menuju Roma, yang pentingniat kita tulus”.Jawaban yang tegas dan memiliki makna yang sangat dalam, tentunya.

**

Wanita pebisnis yang juga aktivis sosial, mungkin itu sebutan tepat untuk Caca. Karena di balik kesibukan sosialnya, ia juga mengelola sejumlah bisnis di bidang kuliner.

Caca awalnya seorang desainer dan memiliki butikserta usaha garment.Alumni jurusan desain grafis Universitas Trisakti, Jakarta ini sebenarnya juga cinta denga dunia fashion. Tapi karena satu dan lain hal, “saya harus tinggalkan,” ia berucap.

Usaha kuliner, itulah bidang bisnis yang kini ia tekuni. Mulai dari restoran dengan konsep back to naturedi bilangan Cilengsi, Cibubur, Jawa Barat hingga sistemhome cooking yang melayani pemesanan menu via telepon, telah ia rintis. “Tak ada kata terlambat,” begitu ia selalu berprinsip dalam bisnis.

Turun langsung menangani restorannya, mulai dari resep hingga proses awal memasaknya ditangani Caca. “Saya suka masak, menu-menu resep dan bagaimana cara masaknya itu semua dari saya, selagi bisa dilakukan ya saya lakukan,” ia buka rahasia.

***

Sarat dengan aktivitas, tak berarti ia lupa akan keluarga. Sekalipun single parent, dua putra kesayangan telah memberi kebanggaan pada dirinya. Dukungan sang buah hati jualah yang membuatnya tegar dan tangguh.

Jika ditanya siapa lagi yang merasa bangga dengan kiprah seorang Caca selama ini?Tak salah, mereka adalah Muhammad Axel Aprialdo dan Muhammad Dhaffa Rovaldo, dua ‘jagoan’ yang selalu setia menjaga ibunda tercintanya. “Mereka sudah tumbuh menjadi remaja yang membanggakan,” sebut perempuan yang mengaku usianya sudah berkepala empat ini.

Dari keduanyalah, Caca tak pernah merasa sepi kala di rumah. Karena keduanya pula, ia selalu melewatkan kebersamaan. “Mereka support saya, mereka menjaga saya. Karenanya, saya selalu ada untuk mereka.Misalnya, saya membatasi aktivitas di siang hari saja.Kalau malam, wajib menemani mereka. Kalaupun ada acara di malam hari saya jarang banget hadir, kalau hadir biasanya bawa mereka,” beber penyuka madu sebagai suplemen utamanya itu.

Dalam kebersamaan itulah, Caca selalu menumbuhkan sikap peduli sosial kepada mereka. “Saya juga sering cerita ke mereka kegiatan kegiatan sosial itu, harapan saya mereka bisa lebih empati dan nggak terlalu cuek,” lagi-lagi tawa perempuan bertinggi/berat 155 cm dan 45 kg itu lepas.Ia bermimpi dan berusaha agar anak-anaknya menjadi orang yang berhasil dan menjadi imam yang baik bagi keluarganya kelak.

Ya, bersyukur dan bersyukur, begitulah Caca mengawali hari-harinya sejak bangun tidur di pagi hari hingga tertidur lagi di malam hari. “Ketika bangun pagi, kita masih dikasih kesempatan bernafas, sehat, masih bisa ketemu keluarga, itu nikmat Allah yang harus kita syukuri,”ia menutup perbincangan.

Cacagrafi
Nama Rosa Silvana Lahir Jambi, 3 Januari Pendidikan S1 Desain Grafis, Universitas Trisakti Jakarta Pekerjaan Pengusaha dan Aktivis Sosial (founder Jakarta with Love) Tinggi/Berat 155cm/45kg Keluarga Muhammad Axel Aprialdo dan Muhammad Dhaffa Rovaldo

*artikel ini dimuat pada Majalah Men's Obsession edisi 124, Mei 2014