Maylaffayza: More than Sexy Violin

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 13 March 2014
Naskah : Andi Nursaiful, Foto: Dok. MO

Sebuah siang yang senyap di sudut Gloria’s Jeans Coffee, EX Plaza. Kujelajahi tapak masa lalumu, yang kulihat hanya kala berwajah tunggal: biola. Kutelusuri relung jiwamu, yang kutemui hanya satu warna: putih. Kusapa kau dengan hati, kau sentuh aku dengan air mata empati. Ah, Fay…, begitu putih hatimu.

More than The Past
Dua dasawarsa hidupmu hanya berhias biola? Jujur saja Fay, aku tak mampu membayangkan rupa masa kecilmu. Ketika anak lain asyik menikmati dunia kecil, kau tenggelam dalam dawai dan not. Di saat remaja lain terbuai melodi cinta monyet, hari-harimu disesaki latihan penuh displin. Kala mahasiswi lain sibuk mereguk nikmat masa muda, kau tetap setia mengejar mimpimu: sukses di biola dan kuliah. “When I look back, my past and my childhood was all about violin,” katamu. Aku paham, tentu bukan biola sebagai benda, tapi betapa biola mempengaruhi semua nilai-nilai hidupmu: disiplin, integritas, komitmen!

Tapi kenapa aku merasa itu hidup yang tak normal, Fay? “Yah, kadang memang merasa nggak normal, karena sejak usia sembilan tahun sudah memikirkan masa depan. Tapi aku nggak pernah menyesalinya. Aku memang jatuh cinta pada biola. Justru masa 20 tahun itu yang membuat aku seperti sekarang ini! Dan aku makin percaya dengan prinsip: kalau aku mau aku pasti bisa!”

Yes, you made it, Fay! Kau buktikan bahwa dispilin bukan sekadar kata. Meski masa kecil itu hilang, meski asyik masyuk masa remaja itu tak membekas, meski kau terpaksa hanya punya satu kekasih yang akhirnya pun usai sesaat. Pengorbananmu tak sia-sia. Seorang bintang bernama Maylaffayza itu tak lahir dari siapa-siapa, tapi darimu sendiri. You deserve it, Fay! Maka jangan salahkan mereka yang iri dengan capaianmu. Tapi tolong katakan, apa yang membuatmu segigih itu? What triggered you, Fay! “Lucu sih. Waktu kecil aku seneng banget sama Michael Jackson. Salah satu lagunya, Man in the Mirror, memberiku inspirasi sampai sekarang. Dari lagu itulah aku selalu termotivasi mengejar impianku. Ada kata-katanya: If you want to make a better world, take a look at your self and make that change!” Tapi jujur saja Fay, tak peduli ada atau tidak lagu itu, bagiku kau tetaplah si tangguh. Sesungguhnya, kaulah inspirasi itu sendiri!

More than The Life
Maaf jika selama ini aku melihatmu sekadar pemain biola yang cantik nan seksi. Kini aku paham, kau laksana dua sisi mata uang yang sama. Di panggung, kau memukau penonton dengan pertunjukanmu yang atraktif dan seksi. Tapi kau jua yang mengurus segala ihwal manajemen. Kau urus dirimu sendiri. Kau musisi, entertainer dan bussiness woman sekaligus. Banggalah ayahmu yang tak lelah menempa kemampuan itu.

“Sebetulnya aku sempet dying to have a manager, karena aku udah pusing ngurus ini itu, aku ingin sekali bisa konsen belajar tari, vokal, teori musik, biola, dan segala macam. Tapi aku berpikir, daripada terjebak perjanjian bermasalah, biar deh aku urus sendiri. Kalaupun ada masalah, bukan karena orang lain tapi karena aku sendiri. Aku memang punya tim, tapi strategi marketing, hubungan dengan media, target ke depan, master plan-nya, semua itu dari aku,” tuturmu.

Untuk sesaat, yang kuhadapi adalah Maylaffayza sang pemain biola yang lembut, namun seketika kau berubah jadi sang manajer yang begitu fasih bicara manajemen sang bintang. “Aku produce sendiri. Semua investasiku untuk mendukung si Maylaffayza ini. Aku menananmkan inbvs untuk may untuk guru-gutu Selain recording, investasiku untuk belajar biola ‘dia’, untuk semua guru-gurunya, teori musik, vokal, tari, sampai akting. Sekarang aku lagi cari investor untuk recording.”

Hmmm, lantas dari mana energi untuk semua itu, Fay? Semudah itukah menjalani hidup? Maka ajarkan aku bagaimana hidup harus disikapi. “Life is about building and living it eaech and every moment to make it better. That’s it! Aku sih nggak mau membuatnya complicated,” katamu. Tapi, Fay, bukankah hidup memang rumit? Bukankah kita tak hanya menjalani hidup, tapi juga memikirkan jalan apa yang menghadang di depan? Katamu lagi, kenapa hanya berpikir tentang masa depan kalau tak bisa berbuat yang terbaik untuk hari ini dulu? “The point is, aku harus menjalani setiap detik hidupku dengan berbuat yang terbaik, dan to be fulfilled and content! I love my life, even though I have to work hard for it, to struggle, sampai-sampai proyek-proyek aku terbawa ke mimpi…”

More than The Body
Rasanya aku mulai mengenalmu. Tapi, benarkah kata orang, kau wanita keras hati dan kaku? “Maylaffayza looks very tough outside, but she’s actually very gentle, soft and sensitive inside. Those are the layer not many people know. Banyak orang bilang aku very tough, tapi, that’s because I have to! Kelihatan seperti itu semata-mata karena biola. Karena biola adalah disiplin!” Aku coba percaya, Fay! “Kalau orang yang sudah kenal dekat akan menyadari bahwa aku juga bisa konyol, bercanda, doing stupid things.”

Berarti kau pun mampu menangis? Lalu apa yang mampu membuatmu menangis? “Lucu memang, Di luar aku kelihatan tangguh, tapi sejujurnya aku gampang menangis. Nonton film sedih aja aku suka nangis.” Maka kupaksa kau mengungkap sisi sosialmu. Seorang kakek penjual kacang di pom bensin membuatmu iba, seiba kala menemui perempuan renta di sebuah gedung parkir. “Pakainya tetap bersih meski kusam. Tidak dibuat kotor. Dia duduk di lantai dan mengharap belas namun tidak dengan wajah memelas. Menurut aku dia cantik banget. She looked like an angel. Setiap lewat sana…, aku pasti menemuinya…” Ahh, Fay, kau benar-benar menangis! Kini aku percaya, hatimu memang putih. “Oh my God I start to cry… Lets talk about anything else.I Aku nggak mau menjual hal-hal begini. Actually, I’m not suppose to tell this to anyone!”

Baiklah, mari bicara tentang keindahan tubuhmu. Sadarkah kau tubuh itu tak kalah seksi dari biolamu? Bicaralah, Fay! “Hmm, mungkin iya. Tapi meski orang bilang aku seksi kalau pakai baju tertentu, atau kalau sedang play violin, dance, tapi defenisi aku sendiri, aku seksi karena I know what I want! That is sexy!“

Kau sebut dirimu cat person, apa pula itu, Fay? Katamu, sangat mencintai kucing lantaran sifat dan karakternya mirip denganmu. Bisa bermain menikmati imajinasinya sendiri. Kadang-kadang bertindak bodoh, tapi bisa smart dan sangat independen. “Kucing tahu disayang dan dimanja tapi nggak tergantung siapa-siapa. Ditinggal pergi kapan aja, dia tetap seneng saat kita pulang. Cat is very loveable, but it’s very independent. I’m a cat person and I love cats!”

More than The Performance
Rasanya aku kian mengenalmu, Fay. Kini ceritakan kesukaanmu selain biola dan biola. Ceritakan dirimu yang tak terungkap. “Aku enjoy, suka banget sama musik yang dimainkan orang-orang kulit hitam. Karena mereka tuh menyanyikannya sangat soulfull.” Katamu lagi, soal fashion kau lebih suka yang nyaman dan seksi. “Sexy and comfortable is my fashion, ha ha ha!” Karena itukah kau sebut model tank top, body suit atau tiny/T dari Mango is the best? Lalu apa yang membalut tubuhmu di balik busana luar itu? “Underwear? Nothing spesific about it, all kind of style, tergantung kebutuhan aku aja. Intinya, I’m not a fashion freak. My body is my fashion! Ha ha ha!” Katamu pula, paling suka mengunjungi kafe WWWOKK di Kemang yang tenang dan damai. “Di sana aku bisa santai, main bilyar, ngeteh, bahkan sampai meeting bisnis di sana. Udah kayak rumah banget. Aku bisa datang sendirian untuk makan, atau suntuk mau bilyar sendiri.”

Lantas kenapa pula kau bilang sudah capek nonton film? Lantaran setiap hari minggu kakakmu ‘memaksa’ mengajak nonton sampai tiga film? “Sekarang aku hanya mau nonton yang menghibur aja, yang benar-benar membuat aku entertained. Udah capek nonton!” Maka itu, di rumah kau lebih menikmati membunuh waktu dengan shower, temaram lilin, aroma terapi, teh hangat, musik lembut, dan baca buku sampai tertidur. “Bisa santai di rumah seperti itu tanpa mikir apa-apa udah nyaman banget, udah surga banget! Aku merasa nggak perlu lagi clubbing untuk seneng-seneng. Bukan berarti nggak suka, cuma udah capek. Apalagi, aku nggak minum alkohol, nggak ngerokok, nggak ngopi, jadi buat apa harus clubbing? Aku ingin hidupku tenang aja.”

Harus kuakui juga, kau pun wanita cerdas berwawasan luas. Tak percuma bacaanmu begitu lengkap, mulai dari musik, sastra, manajemen, bisnis, kesehatan, hingga buku agama, yang semuanya berbahasa Inggris. Kau bahkan sangat menikmati membaca Alquran berbahasa Inggris. “Lebih indah dari Shakespeare!” katamu. Latar belakang keluarga besarmu yang lintas kultural memang membuatmu terbiasa berbahasa global. “Yang juga aku nggak cerita ke orang, aku sangat peduli kesehatan. Terutama sejak sering sakit tahun lalu sampai pernah dirawat.” Sejak itu, kau belajar meditasi menyelaraskan tubuh dan pikiran, menekuni art of living dari seorang guru dari India, hingga mencoba tehnik natural healing. “Alhamdulilllah, sejak awal 2005 sampai sekarang, aku nggak pernah ada sakit berat.”

More than Sex
Aku benar-benar telah mengenalmu, kecuali satu hal: seks! Cinta dan seks kata orang tak terpisahkan? “I think so. Tapi buat aku, harus ada legal status. Memang sih, itu pilihan masing-masing orang. Kalau bisa mempertanggungjawabkan semuanya, go ahead!” Sebagai wanita matang, kau tentu menyimpan hasrat itu. Pernahkah kau berpikir segera mengakhiri kesendirianmu? “I have thousands of wonderful things in life, kenapa aku harus tersiksa dengan hasrat itu. Memang aku nggak punya pacar, tapi itu hanya 0,1 persen dari 99,99 persen kehidupanku. Why should I concentrate on something that I don’t have?”

Tentu, Fay, tentu! Tapi pasti kau punya kriteria laki-laki pujaan kan? “Aku ingin hidup dengan seseorang yang pikirannya terbuka, pemimpin yang bijak dan bisa jadi equal partner, bisa bikin perasaanku damai, aman, jadi ayah yang komunikatif untuk anak-anakku.” Katamu, apalah artinya laki-laki gagah, ganteng, pintar, kaya, tapi tak mampu membuatmu damai dan bersama-sama membangun keluarga harmonis. “Buatku, laki-laki harus berhati lembut. Karena dari kecil aku biasa hidup dengan disiplin keras, maka aku nggak perlu lagi seseorang yang ngomong keras ke aku. Aku butuh yang bisa bicara lembut, tukar pikiran dengan terbuka, 50% liberal 50% conservative!” Kamu yakin, tanpa kau cari pun dia akan hadir sendiri selama kau tidak menutup diri. “Bukan berarti aku tidak butuh cowok, tapi aku hanya menjalani hidup dan percaya Tuhan akan mengirim seseorang selama aku tidak menutup diri terhadap kemungkinan.”

More than a Dream
Mengenalmu lebih dalam rasanya bagai berkah, Fay. Kamu kisahkan sebuah mimpi yang membuatku iri. Sebuah mimpi luar biasa religius, sebuah petunjuk akan kebesaran dan zat-NYA. Karena itukah kau rajin membaca Alquran. “Dari kecil Mama memang menuntut aku bisa baca Alquran. Aku juga merasa harus mempelajarinya. Aku mau menjalankan agama karena mengahayatinya, bukan karena diharuskan.”

Rasanya siapa pun iri melihat suksesmu. Tapi bagimu, sukses itu tak diukur dengan pencapaian. “Success for me is about happiness!” Katamu, percuma banyak show, banyak uang, publikasi bagus, tapi tak membuatmu bahagia. Sukses kamu artikan saat merasa bahagia dengan apa yang kau punya. “Tapi kalau ditanya apa tujuanku, banyak sekali. Sampai mati aku ingin kerja di musik. Aku ingin jadi produser, jurnalis musik, dirigen, jadi law and bisnis consultant di bidang entertainmen, guru, dosen musik, ingin bikin soundtrack musik, jingle iklan, ingin punya perusahaan rekaman sendiri, ingin go international. Ingin jadi menteri kebudayaan…!”

Wow! Hanya itu yang kumampu katakan, Fay. “Don’t you think that’s too much?” tanyamu. ”Buat aku, just give it a shot! Kenapa harus membatasi diri! Impossible is nothing! Intinya itu! Why should we create the word Impossible? Sementara Tuhan memberi kita kemampuan lebih. Just do your best!”

Sekeliling kita mulai bising, Fay. Maka aku sudahi saja kontemplasi ini, perenungan kita. Kujabat jemari halus namun penuh berkah itu. Dengan hati, kudekap sosok teguh itu. Kulepas tubuh indah itu dengan tatap. Terbanglah, Fay, terbanglah setinggi kau mau. Kan kuantar kau dengan doa…

Fayzagrafi
Nama Lengkap Maylaffayza Permata Fitri Wiguna Lahir Jakarta, 10 Juli 1976, anak kedua dari dua bersaudara pasangan Taufik Wiguna-Tuty Rochyati Tinggi/Berat 168/49 Pendidikan Formal Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti Pendidikan Non formal Sekolah musik Bina Musika, privat biola pada Idris Sardi dan Sharon Eng, International Music Institute, AS, sekolah vokal pada Elfa Secioria, Bertha, dan Caterina Leimena. Pekerjaan/Profesi Pemain biola profesional sekaligus memimpin manajemen Maylaffayza Prestasi Murid terbaik sekolah vokal Elfa Secioria tahun 1997, Finalis Fun Fearless Female Majalah Cosmopolitan 2000, Finalis Kandidat MTV Faces of Millenium 199, MTV Asia Aktivitas Aktivitas Selain tampil di berbagai ajang terkemuka, merampungkan album pertama berisi permainan biola dan vokal, juga sibuk latihan drama musikal (berperan sebagai kucing), tari, vokal dan akting, mengisi soundtrack film. Tokoh yang Dikagumi Bung Karno Penulis Favorit Deepak Chopra Parfum Favorit Kenzo, Issey Miyaki, Escada Makanan Favorit Italia, Jepang, masakan mama.


Artikel ini dimuat pada majalah Men's Obsession Edisi April 2005

Update

Selain dikenal sebagai violist andal, Fay kini juga dikenal sebagai seorang penggiat lari. Sejak 2009, pendiri komunitas lari Indo Runners itu terbiasa dengan gaya hidup sehat.

Ia tak khawatir kulit cantiknya jadi lebih gelap dengan aktivitas lari. Ia mengaku sama sekali tak berkecil hati melihat wanita-wanita lain yang kulitnya jauh lebih putih. "Keringat itu hasil dari disiplin dan pencapaianku. Enggak perlu takut untuk lebih gelap, kita orang Indonesia yang punya banyak matahari. Jangan takut warna kulit gelap. Asal makan sehat, kulit dijaga, wanita Indonesia punya kecantikannya sendiri," tegasnya.
 
Meski cenderung dipengaruhi musik-musik Barat, Fay tetap menyisipkan budaya Indonesia. Lagu daerah Aceh, Bungong Jeumpa misalnya, dia beri sentuhan modern dengan nuansa African-American rhytm seperti hip hop yang kental dengan bassline, drums, dan handclap yang khas.

Selain bermusik, Fay juga memiliki bakat menulis. Tapi, tulisannya tidak dituangkan dalam bentuk buku, melainkan di blog. Di blog pribadinya, wanita kelahiran Jakarta itu bebas mengutarakan segala hal yang menurutnya dapat memberikan manfaat kepada siapa pun yang membacanya. Tak sebatas mengenai musik yang selama ini memang merupakan bidang keahliannya, di blog pribadinya itu Fay juga memberikan motivasi dan inspirasi tentang kehidupan.

Selain masih tampil menunjukkan kepiawaiannya menggesek biola, Fay juga disibukkan dengan kegiatan seni lain seperti drama musikal, tari, vokal dan akting, juga mengisi soundtrack film. Di samping itu, Fay juga terus meningkatkan pendidikannya. Setelah meraih S1, ia melanjutkan studinya ke jenjang S2 di bidang Creative Media Enterprise di IKJ (Institut Kesenian Jakarta) dan IDS (International Design School).

Pada 2007, ia meluncurkan album perdana yang diproduksi secara independen. Ia berperan sebagai eksektif produser (bersama Yahya Chata), produser dan music director, penulis vocal song dan lirik, bahkan menggarap sendiri art work concept album itu. Ia menyebut albumnya adalah sebuah liberatti. Semangat dari sebuah kebebasan dalam berkarya. Aplikasinya adalah ia membebaskan pemikirannya saat menulis lagu dengan tidak terikat dalam sekat-sekat kultur, genre, kepercayaan, dan norma.

Pada 19 Desember 2010 silam, istri Yasha Chatab ini mendapat tawaran untuk menggelar pertunjukkan di Tokyo, Jepang. Di saat yang sama, Fay juga menjadi juri tamu dalam Indonsia Pop Band Competition 2010 di negara bunga sakura itu.