Wisata Minat Khusus: Rock Climbing

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 06 May 2014
Naskah: Andi Nursaiful/berbagai sumber, Foto: Dok. MO/Istimewa

Seiring berkembangnya teknologi perlengkapan memanjat, olah raga unik panjat tebing semakin diminati oleh banyak kalangan.

Ketika lokasi-lokasi pemanjatan tebing dengan pemandangan eksotis semakin banyak ditemukan, Rock Climbing pun masuk dalam industri pariwisata. Indonesia tak ketinggalan memanfaatkan potensi besar ini.


Panjat tebing pada dasarnya merupakan jenis olah raga alam bebas yang menuntut keterampilan dan penguasaan tehnik tersendiri, serta membutuhkan perlengkapan khusus yang dirancang untuk menjamin keamanan dan keselamatan bagi para penggiatnya.

Tujuannya tak selalu harus mencapai puncak tebing, bukit, bahkan gunung. Sebuah pemanjatan tebing lebih memfokuskan pada penuntasan sebuah jalur pemanjatan dalam jarak dan durasi tertentu. Jalur-jalur ini bervariasi tingkat kesulitannya mulai dari level 5.5 hingga tingkatan tersulit 5.14d.

Penentuan tingkat kesulitan sebuah jalur, tidak semata didasarkan pada jarak atau ketinggian tebing, melainkan variasi dari sudut kemiringan, minimnya pegangan/pijakan, dan jarak.  Artinya, sebuah jalur pendek setinggi tiga meter, misalnya, bisa saja memiliki tingkat kesulitan 5.14d. Sebaliknya, jalur panjang setinggi ratusan meter mungkin saja ditetapkan hanya pada level 5.9a.

Yang terang, tebing-tebing alam yang dijadikan lokasi panjat tebing umumnya memiliki pemandangan indah nan eksotis. Dalam satu dekade terakhir, semakin banyak lokasi dan jalur panjat tebing yang bermunculan di berbagai belahan dunia. Olah raga ekstrem panjat tebing pun perlahan memasuki dunia industri pariwisata dan menjadi salah satu alternatif activity holidays.

Aktivitas alam bebas yang tadinya dianggap hanya untuk para pemberani, kini menjadi salah satu wisata minat khusus yang kian digemari. Tentu saja, jalur-jalur pemanjatan untuk bentuk wisata minat khusus ini tidak memiliki tingkat kesulitan tinggi.

Para penyelenggara wisata panjat tebing menyediakan jalur-jalur mudah untuk para pemula hingga tingkat menengah. Satu hal yang pasti, jalur-jalur ini umumnya berada di lokasi tebing alam dengan pemandangan indah dan mudah diakses.

Pantai Siung
Wilayah pesisir selatan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menyimpan sebuah pesona alam pantai nan indah, Pantai Siung.

Dalam beberapa tahun terakhir, pantai mulai dikenal sebagai obyek wisata minat khusus panjat tebing.

Pantai ini tidak hanya menawarkan keindahan panorama pantai dengan pasir putihnya yang menawan, melainkan memiliki tebing-tebing alam dengan sedikitnya 250 jalur pemanjatan.

Menyusul penyelenggaraan event Asian Climbing Gathering 2005 di kawasan itu, Pantai Siung kian diminati para wisatawan sebagai lokasi wisata panjat tebing. Tercatata, setiap tahun ada sekitar 600 wisatawan minat khusus mengunjungi kawasan pantai itu.

Dibanding lokasi panjat tebing lainnya di Indonesia, kawasan Pantai Siung memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki daerah lain. Selain bentang alam dan pemandangan yang indah, jalur panjat tebing di Pantai Siung bisa memuat 250 jalur, sehingga dalam setiap event peserta bisa melakukan pemanjatan tebing secara bersamaan.

Fasilitas lain yang mendukung kegiatan panjat tebing di kawasan ini adalah adanya ground camp yang di sebelah timur pantai. Di sini tenda-tenda bisa didirikan dan acara api unggun bisa digelar untuk melewatkan malam.

Tak jauh dari ground camp, terdapat sebuah rumah panggung kayu yang bisa dimanfaatkan sebagai base camp, pilihan lain selain mendirikan tenda.  Saat malam turun, biasanya sekelompok kera ekor panjang akan turun dari puncak tebing karang menuju pantai.

Selain Pantai Siung, Gunungkidul masih memiliki lokasi wisata minat khusus panjat tebing lainnya, yaitu di Gunung Api Purba Desa Nglanggeran. mudah, sedang, dan tinggi. Tebing-tebing alam di sini memiliki banyak jalur pemanjatan dengan ragam tingkat kesulitan.

Tebing Sepikul
Desa Watu Agung di Kecamatan Watu Limo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur memiliki Tebing Sepikul yang juga kian populer sebagai lokasi wisata minat khusus panjat tebing. Sepikul merupakan tebing yang menjulang tinggi dengan tiga menara yang saling berhimpitan.

Dua  menara alam di sebelah timur dikenal dengan nama Gunung Sikambe, sementara satu di sebelah barat dikenal dengan Gunung Suwur. Di Gunung Sikambe sudah ada 3 jalur pemanjatan, sementara Gunung Suwur saat ini ada dua jalur.

Pada jalur pemanjatan utama setinggi sektar 300-an meter ini, pemanjatan bisa dilakukan dengan manajemen alpin, ataupun himalayan.

Teknik pertama menggunakan tali yang lebih sedikit, karena tali tidak terhubung dari pemanjatan sampai puncak. Dengan teknik ini, pemanjat harus beristirahat menghabiskan malam di tebing dengan membangun shelter khusus yang tergantung tebing.

Berbeda dengan cara pertama, manajemen pemanjatan ala himalayan membutuhkan tali yang banyak karena akan terhubung sejak awal pemanjatan hingga puncak. Untuk beristirahat di malam hari, pemanjat harus kembali ke camp ground untuk meneruskan pemanjatan keesokan harinya.

Setiap peringatan hari lahir bangsa Indonesia, ada pengibaran Sang Saka Merah Putih di tebing Sepikul yang diselenggarakan oleh Federasi Panjat Tebing Indonesia dan penggiat panjat tebing lainnya di sini. Jangan lupa mampir kesana saat anda tidak melakukan aktifitas ketika tanggal merah peringatan hari kemerdekaan Indonesia.

Seraya menikmati wisata panjat tebing di daerah ini, Anda dapat melakukan wisata petik buah durian yang berada di sekitar start point pemanjatan di jalur utama. Petik buah durian biasanya saat musim panen sekitar bulan Januari sampai Maret dan langsung bisa dinikmati karena sudah masak pohon,.

Warga Desa Watu Agung sekitar tebing Sepikul umumnya petani kebun. Selain buah durian, warga menanam cengkeh. Jadi penambang batu di sekitar tebing merupakan pekerjaan sambilan ketika warga menunggu musim panen.

Tebing Kilo Tiga
Tebing indah nan megah ini terletak di Desa Kilometer 3 (Km3), Kecamatan Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.

Batu Dinding Kilo Tiga terletak 5 Km sebelah Barat Daya kota Amurang, dan sekitar 60 Km sebelah Barat Daya dari Kota Manado.

Lokasi Batu Dinding bisa dicapai dari Kota Amurang ataupun Kota Manado, menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum.

Batu Dinding Kilo Tiga adalah sebuah tebing alami yang menjulang sekitar 90 meter. Batu Dinding Kilo Tiga dikenal sebagai Surga para pecinta olah raga ekstrem panjat tebing dari tingkatan menengah ke atas.

Batu Dinding Kilo Tiga adalah tebing alami yang sangat unik. Batu Dinding (sebutan masyarakat setempat) memiliki permukaan seperti jajaran balok yang bersusun bertingkat terbalik. Seperti balok atas menindih balok bawahnya, sehingga semakin ke atas semakin menonjol permukaan tebingnya.

Kemegahan Batu Dinding akan muncul bila Anda melihatnya dari kejauhan. Akan tetapi, Anda akan merasakan kekaguman yang lebih ketika melihat permukaannya dari dekat. Bagaimana susunan balok tersebut bisa menyatu dan tersusun sedemikian rupa.

Sejumlah jalur pemanjatan sudah dibuat di Batu Dinding. Beberapa dari jalur pemanjatan di beri nama unik oleh perintis jalurnya. Ada jalur Ofu yang dalam bahasa lokal berarti “lebah.” Dinamai demikian karena jalur ini melewati beberapa sarang lebah. Ada pula jalur Spider yang tergolong panjang dengan beberapa jalur yang terputus-putus. Dinamai jalur laba-laba karena untuk menyelesaikan jalur ini, pemanjat harus melompat dari jalur satu ke jalur yang lain.
  
Selain kemegahan tebing alam, pemandangan yang mengelilingi lokasi ini sangat asri dan sejuk. Tak jauh dari lokasi Batu Dinding, Anda bisa menemui kejernihan dan kesegaran aliran Sungai Ranoyapo. Sungai ini juga sering dipakai untuk olahraga air Arung Jeram.

Fasilitas penginapan dan rumah makan hanya ada di kota yang terdekat dengan Batu Dinding, yaitu Kota Amurang dan Manado. Beberapa hotel dekat Batu Dinding Kilo Tiga yang direkomendasikan, antara lain, Minahasa Lagoon Hotel dan Manguni Terrace Resort.

Cadas Gantung
Tebing Cadas Gantung di Desa Cilame, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, adalah rekomendasi kami berikutnya untuk wisata minat khusus panjat tebing.  Lokasi ini tergolong relatif baru di Jawa Barat, dan masih kalah populer dengan Tebing Citatah di kawasan gunung kapur di daerah Padalarang.

Lokasi Cadas Gantung relatif mudah diakses karena cukup dekat dari Jalan Raya Soreang – Ciwidey, dan terlihat jelas dari jalan raya. Dari jauh Anda dengan mudah melihat ciri khas batu berwarna perpaduan kuning dan putih.

Tebing alam dari batuan andesit ini menjulang dengan ketinggian bervariasi antara 15 hingga 30 meter.  Saat ini sudah terdapat beberapa jalur pemanjatan. Tebing dengan lebar sekitar 60 meter ini memiliki bentukan yang tegak (face), dengan overhang (miring) di bagian atasnya, sehingga seolah memiliki kanopi.

Pemandangan di sekitar Cadas Gantung tergolong indah. Ciri khas alam pedesaan Jawa Barat terlihat kental dengan bukit-bukit dan sawah sengkedan di sekitarnya.

Sekitar lima puluh meter di depan tebing, terdapat sungai kecil yang dimanfaatkan oleh warga untuk mengairi sawah. Suara  gemercik air sungai memberikan suasana pedesaan alami yang tenang dan teduh. Tepat di sebelah sungai ini, terdapat punggung bukit yang mengapit lembah tempat Tebing Cadas Gantung berada.

Beberapa ratus meter ke arah jalan raya, terdapat Sungai Ciwidey yang mengalir deras. Ke arah Selatan di atas Sungai Ciwidey, terdapat sebuah jembatan tua sisa kejayaan angkutan Kereta Api di masa lalu yang kini beralih fungsi menjadi sarana penyeberangan warga. Lengkungan jembatan kereta api dan sisa-sisa komponen penunjangnya menjadi obyek fotografi yang menarik.

Lembah Harau
Di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, ada lokasi wisata minat khusus panjat tebing yang sudah kondang di mancanegara, Lembah Harau.

Selain air terjun yang mempesona, terdapat tebing cadas yang curam dan lurus berwarna kemerah-merahan tegak seolah pagar yang mengelilingi lembah. Di sini setidaknya ada 300 jalur pemanjatan, dari level pemula hingga profesional.

Kecuraman tebing yang mencapai 90 derajat dengan ketinggian yang mencapai 150 hingga 200 meter, mejadikan Lembah Harau tergolong menantang bagi para peggiat olah raga panjat tebing. Para pemanjat menjuluki lembah ini sebagai Yosemite-nya Indonesia.

Lembah Harau dapat dicapai dengan perjalanan menggunakan kendaraan selama 2 jam dari Kota Padang. Proses alam yang tidak sebentar telah menciptakan motif unik pada tebing Lembah Harau. Bagaikan tumpahan cat mengguyur dinding batu cadas.

Menikmati canyon Lembah Harau bisa juga dengan menapaki beberapa anak tangga untuk mencapai titik pandang. Dari titik ini, Lembah Harau bagai lukisan yang memesona, lengkap dengan awan yang berarakan.