Menakar Potensi Modest Fashion Indonesia di Ranah Global Lewat Koleksi Noir dari Kudung

Editor Oleh: Redaktur - 09 November 2025

 

Di ajang Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2025, Kudung, label modest fashion di bawah naungan Sroja Warna Indonesia (SWI), memperkenalkan koleksi terbaru bertajuk “Noir.” Koleksi ini menandai arah baru Kudung dalam memperkuat identitasnya sebagai brand yang menggabungkan estetika modern dengan prinsip keberlanjutan. Melalui “Noir,” Kudung menegaskan komitmen terhadap desain yang berkarakter sekaligus relevan dengan pasar global.

Inspirasi koleksi ini datang dari arsip botani klasik dan interior vintage yang diterjemahkan ke dalam visual bernuansa nostalgia. Bunga kering, ilustrasi floral antik, dan tekstur kayu tua menjadi elemen penting dalam konsep desainnya. Kudung mengangkat gagasan bahwa keindahan tumbuh dari waktu dan alam, dan keduanya bisa diolah menjadi bentuk modern tanpa kehilangan kedalaman makna.

“‘Noir’ bukan hanya koleksi busana, tapi refleksi tentang cara kami memandang waktu dan evolusi keanggunan,” ujar Farizky Putra, Brand Manager Sroja Warna Indonesia. Ia menjelaskan bahwa desain Kudung berangkat dari filosofi keseimbangan antara presisi teknis dan kepekaan estetik.

Secara visual, koleksi ini menampilkan siluet tegas dengan cutting bersih dan detail yang terukur. Garis-garis arsitektural berpadu dengan bentuk longgar khas modest wear, menciptakan tampilan yang ringan namun tetap berstruktur. Pendekatan ini menjadi strategi Kudung dalam merangkul konsumen urban yang menginginkan gaya fungsional dan berkarakter.

Warna-warna seperti hitam, abu gelap, ivory, dan cokelat kayu mendominasi palet “Noir.” Pemilihan tone ini merefleksikan keseimbangan antara kekuatan dan ketenangan, dua hal yang sering menjadi dasar bagi gaya hidup profesional modern. Aksen floral lembut disisipkan untuk menjaga harmoni antara kekuatan bentuk dan kelembutan karakter.

Dalam hal material, Kudung mengusung kombinasi antara kenyamanan dan keanggunan melalui bahan seperti poplin chinos, beaded tulle, crinkle taslan, dan semi wool. Tekstur-tekstur ini tidak hanya menawarkan tampilan yang mewah tetapi juga menghadirkan sensasi ringan dan praktis. Filosofi “comfort in elegance” menjadi inti dalam setiap detail produksinya.

“Pemilihan bahan bagi kami adalah bentuk tanggung jawab kreatif dan etis. Kami ingin menghadirkan produk yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga menghadirkan nilai keberlanjutan di setiap prosesnya,” kata Farizky. 

Menurut laporan State of the Global Islamic Economy Report 2024, konsumsi fashion muslim dunia diperkirakan mencapai US$313 miliar pada 2025, dengan Indonesia di posisi penting sebagai pasar dan produsen. Data ini memperlihatkan peluang besar bagi brand lokal seperti Kudung untuk bersaing di tingkat global, dengan mengandalkan inovasi dan pendekatan desain yang kuat.

Farizky menyebut bahwa “Noir” menjadi cara Kudung membaca peluang pasar sekaligus menjawab perubahan gaya hidup konsumen. “Kami ingin modest fashion tampil lebih kontekstual dengan kehidupan urban dan global,” ujarnya. “Koleksi ini tidak hanya dibuat untuk runway, tetapi juga untuk perempuan yang aktif dan berpikir progresif.”

Sebanyak 18 artikel utama ditampilkan di runway JMFW 2025, menampilkan konsep “timeless sophistication” yang menonjolkan desain arsitektural dan detail halus. Kudung berusaha memperkuat posisinya sebagai label modest fashion yang tidak hanya fokus pada estetika, tetapi juga strategi bisnis jangka panjang melalui konsistensi desain.

Farizky menutup dengan menegaskan arah merek yang ingin dibangun Kudung. “Kami melihat pertumbuhan tidak hanya dari sisi bisnis, tetapi juga dari nilai yang kami bawa,” ujarnya. Melalui “Noir,” Kudung menempatkan estetika dan etika sebagai strategi berkelanjutan untuk memperkuat daya saing dan relevansi di pasar modest fashion global. (Angie)