Rintis Sejahtera dan BCA Perkuat Perlindungan Data Pribadi Nasabah

Editor Oleh: Redaktur - 04 September 2025

 

Perkembangan teknologi digital membawa kemudahan besar dalam transaksi keuangan, namun pada saat yang sama juga membuka ruang bagi meningkatnya risiko kejahatan siber. Mulai dari pencurian data pribadi, penipuan berbasis rekayasa sosial, hingga pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk membuat konten palsu, ancaman ini kian kompleks dan sulit dikendalikan sepenuhnya. Kondisi tersebut menuntut sektor jasa keuangan untuk membangun ketahanan siber yang kokoh sekaligus meningkatkan kesadaran publik.

Menanggapi tantangan ini, PT Rintis Sejahtera melalui Jaringan PRIMA menegaskan komitmennya dalam memperkuat keamanan transaksi digital. Lembaga switching nasional ini memperluas kolaborasi dengan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang selama ini konsisten mengedukasi masyarakat agar waspada terhadap berbagai modus penipuan digital.

Ancaman pencurian data pribadi menjadi perhatian utama karena dapat dimanfaatkan untuk mengakses sistem secara ilegal. Menurut laporan Ponemon Institute 2023 dan Forbes 2024, sebagian besar insiden kejahatan siber terjadi akibat faktor kelalaian individu. Rekayasa sosial dan phishing masih mendominasi, sementara ancaman dari orang dalam organisasi turut menjadi risiko yang nyata.

Sugianto Wono, Vice President BCA, menekankan bahwa keamanan siber berakar pada tiga aspek utama: people, process, dan technology. “Tantangan keamanan siber saat ini bukan hanya dalam hal teknologi, tapi juga pentingnya kesadaran. Perlindungan data pribadi adalah tanggung jawab bersama, antara institusi dan masyarakat,” ujarnya.

Di lapangan, modus baru semakin beragam. Kasus Fake Base Transceiver Station (Fake BTS) hingga penyalahgunaan AI untuk membuat deepfake menunjukkan bagaimana pelaku memanfaatkan teknologi untuk menipu korban. Serangan semacam ini menuntut perusahaan keuangan untuk beradaptasi lebih cepat dalam memperkuat sistem pertahanan digital.

 

 

BCA menjawab tantangan ini dengan mengembangkan fraud detection system berbasis AI dan machine learning yang dapat mendeteksi potensi ancaman secara real-time. Selain itu, prinsip zero trust, multi-layered authentication, serta audit keamanan berkala menjadi pilar penting dalam menjaga ketahanan sistem.

Meski begitu, teknologi bukan satu-satunya solusi. BCA aktif mendorong literasi digital melalui kampanye nasional “Don’t Know? Kasih No!”, sebuah gerakan edukasi yang mengajak masyarakat lebih kritis terhadap informasi mencurigakan. Edukasi ini dianggap krusial karena celah terbesar justru sering muncul dari sisi individu.

Di sisi lain, Jaringan PRIMA memperkuat langkah pengawasan transaksi bersama mitra perbankan. Fraud Detection System yang mereka jalankan memungkinkan deteksi dini atas anomali transaksi, sehingga pencegahan dapat dilakukan sebelum menimbulkan kerugian.

“Kami bekerja sama dan mendukung mitra kami untuk memantau serta mendeteksi anomali transaksi. Upaya ini penting agar mitra dapat segera menanggulangi jika terjadi penipuan dan memastikan nasabah tetap aman dalam bertransaksi,” kata Jeffrey Sukardi, SEVP Information Systems Security PT Rintis Sejahtera.

Strategi yang menggabungkan teknologi, literasi publik, dan kolaborasi lintas institusi, mendukung PT Rintis Sejahtera bersama Jaringan PRIMA dan BCA membangun ekosistem pembayaran yang lebih tangguh. Perlindungan data pribadi pun ditempatkan sebagai fondasi penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat di era digital. (Angie | Istimewa)