Kolaborasi Multi-Pihak Dorong EPR, PepsiCo Indonesia Mulai dari Tahun Pertama

Editor Oleh: Redaktur - 26 August 2025

 

Indonesia menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah plastik, khususnya kemasan berlapis yang sulit didaur ulang. Sejalan dengan kebijakan Extended Producer Responsibility (EPR) yang tengah digencarkan pemerintah, sejumlah produsen mulai mengambil langkah kolaboratif dengan berbagai pemangku kepentingan. Salah satunya adalah PepsiCo Indonesia yang di tahun pertama operasionalnya langsung bermitra dengan Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO) dan Bali Waste Cycle (BWC) dengan dukungan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).

PepsiCo Indonesia mulai menegaskan komitmennya terhadap pengelolaan lingkungan di tahun pertama operasionalnya. Produsen makanan ringan Lay’s, Cheetos, dan Doritos ini bekerja sama dengan Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO) dan Bali Waste Cycle (BWC), dengan dukungan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), untuk menerapkan Extended Producer Responsibility (EPR) dan memperluas kapasitas pengelolaan kemasan pascakonsumsi, terutama plastik berlapis (multi-layered plastics/MLP).

Kolaborasi tersebut diumumkan dalam talkshow “Towards Circularity” di Jakarta. Acara ini menjadi forum terbuka lintas sektor untuk memperkuat sinergi antara pemerintah, swasta, dan media dalam mendorong transisi menuju ekonomi sirkular. Kebijakan EPR sendiri telah diatur dalam UU No. 18 Tahun 2008 serta Permen LHK No. 75 Tahun 2019, dengan target pengurangan sampah oleh produsen sebesar 30% pada 2029.

Gabrielle Angriani Johny, Direktur Government Affairs and Corporate Communications PepsiCo Indonesia, menyebut keberlanjutan sudah menjadi bagian dari strategi global PepsiCo Positive (pep+). “Di tahun pertama, kami mulai melakukan pengumpulan dan daur ulang kemasan dari produk kami bersama IPRO dan BWC. Di pabrik pertama kami di Cikarang, praktik keberlanjutan juga diterapkan lewat penggunaan listrik terbarukan, daur ulang air, hingga pengelolaan sampah produksi,” ujar Gabrielle.

IPRO, yang berperan dalam penyediaan kerangka kerja EPR, mencatat telah mengumpulkan lebih dari 19 ribu ton sampah terpilah untuk daur ulang pada 2021–2024, termasuk hampir 2 ribu ton MLP. General Manager IPRO, Reza Andreanto, menjelaskan, “Kolaborasi dengan PepsiCo Indonesia menunjukkan bahwa sektor swasta dapat menjalankan kepatuhan regulasi sekaligus membangun sistem pengelolaan kemasan yang terintegrasi dan transparan.”

Sementara itu, KLH menilai kolaborasi ini sejalan dengan agenda nasional. Agus Rusly, Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular KLH, menegaskan, “Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Keterlibatan produsen sangat krusial untuk mewujudkan praktik ekonomi sirkular yang berkelanjutan. Inisiatif PepsiCo, IPRO, dan BWC bisa menjadi contoh bagi pelaku industri lain.”

Dari sisi pengelolaan di lapangan, BWC telah mengembangkan inovasi daur ulang MLP menjadi produk bernilai guna, mulai dari furnitur, perabot rumah tangga, hingga kaki palsu bagi penyandang disabilitas. “Solusi untuk plastik rendah nilai hanya mungkin dicapai lewat kolaborasi lintas sektor dan inovasi,” kata Olivia Anastasia Padang, Direktur BWC.

Inisiatif ini menandai langkah awal bagi PepsiCo Indonesia dalam membangun rantai nilai yang lebih bertanggung jawab. Perusahaan menegaskan bahwa keberlanjutan adalah perjalanan panjang yang memerlukan kerja sama erat antar pemangku kepentingan untuk menciptakan ekosistem pengelolaan sampah yang inklusif dan berdampak bagi masa depan Indonesia. (Angie)