IKA PRASMUL Perkuat Jejaring Alumni Lewat Nordic Walking di CFD Bersama KJNI, PPM, IPMI dan UI

Pagi itu, kawasan Sudirman-Thamrin terasa berbeda. Riuh Car Free Day (CFD) yang biasanya dipenuhi suara langkah kaki, deru sepeda, dan musik jalanan, mendapat tambahan warna baru: derap tongkat nordik yang berpadu ritme dengan langkah-langkah semangat. Di bawah langit biru yang mulai menghangat, ratusan peserta dari berbagai latar belakang alumni universitas ternama, komunitas olahraga, hingga profesional lintas industri bergerak bersama menuju satu arah: sehat, bugar, dan terhubung.
Di antara kerumunan, terlihat bendera-bendera komunitas alumni berkibar: Ikatan Alumni Universitas Prasetiya Mulya (IKA PRASMUL), Komunitas Jalan Nordik Indonesia (KJNI) Jakarta, Ikatan Alumni PPM (IKA PPM), Ikatan Alumni IPMI (IA IPMI), dan Alumni Universitas Indonesia (UI). Semua bersatu dalam sebuah acara bertajuk “Beda Aspal, Satu Tujuan”, yang digelar sebagai bagian dari perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80.
Acara ini bukan sekadar ajang olahraga. Ia adalah strategi membangun jejaring (networking) lintas generasi dan lintas industri, sekaligus memperkenalkan sebuah gaya hidup aktif yang inklusif. Nordic walking atau jalan nordik dipilih sebagai pusat kegiatan karena mampu menjembatani berbagai kelompok usia, dari mahasiswa muda hingga alumni senior, tanpa hambatan kemampuan fisik yang berarti.
Gagasan kegiatan ini lahir dari perbincangan santai para ketua alumni: Edy Sutrisman (Ketua Umum IKA PRASMUL), David Chandrawan (Ketua IKA PPM sekaligus Ketua KJNI Jakarta), dan Eka Sri Dana Afriza (Ketua IA IPMI). Mereka menyadari bahwa meski setiap komunitas alumni memiliki agenda sendiri, ada peluang besar untuk bersinergi.
Dengan konsep tersebut, kegiatan ini dirancang agar semua orang merasa nyaman, apakah mereka ingin berjalan nordik dengan tongkat, berlari ringan, bersepeda santai, atau sekadar jalan kaki. “Beda aspal”merujuk pada variasi gaya bergerak peserta, namun “satu tujuan”menegaskan visi bersama: membangun koneksi dan semangat kebersamaan.
Sejak pukul 07.00, sekitar 500 peserta mulai memadati titik kumpul di Ratu Plaza Senayan. Udara pagi Jakarta yang relatif bersahabat menjadi latar ideal bagi langkah-langkah awal menuju Bundaran HI, ikon kota yang setiap minggu menjadi magnet warga untuk berolahraga.
Pemandangan di sepanjang rute begitu dinamis. Ada kelompok alumni yang berjalan sambil bercerita tentang masa kuliah, ada pula yang membicarakan proyek bisnis, bahkan beberapa terlihat membentuk grup spontan untuk merencanakan kegiatan sosial. Nordic walking, dengan ritme yang konsisten dan gerakan yang sinkron, membuat interaksi ini terasa alami.
Bagi Edy Sutrisman, kegiatan seperti ini adalah bagian dari strategi membangun sense of belonging di kalangan alumni. “Kami ingin semua alumni, baik S1, S2, maupun mahasiswa aktif, bisa saling mengenal. Dari situ, kolaborasi lintas bidang dan industri bisa lahir dengan sendirinya,”ungkap Edy.
Pernyataan ini tidak berlebihan. Di era profesional modern, jejaring alumni bukan hanya sekadar nostalgia. Ia adalah sumber daya yang bisa menghubungkan talenta, modal, ide, dan peluang. CFD dan jalan nordik menjadi platform yang tidak kaku, di mana percakapan tentang peluang kerja, kolaborasi bisnis, hingga ide proyek sosial bisa muncul tanpa skenario formal.
Kehadiran tokoh-tokoh seperti Sona Maesana yang merupakan alumni S1 Bisnis Prasetiya Mulya dan S2 Coventry University UK, mantan Ketua Umum BPD HIPMI Jaya (2021-2024), dan kini Staf Khusus Menteri Investasi &Hilirisasi/Kepala BKPM menegaskan relevansi konsep ini. Olahraga, ternyata, bisa menjadi pintu masuk yang efektif menuju jejaring profesional yang strategis.
Nama Edy Sutrisman tidak asing di kalangan alumni Prasetiya Mulya. Dengan lebih dari 25 tahun pengalaman di bidang corporate governance, project management, dan rekayasa teknik, Edy kini menjabat sebagai President Commissioner PT Rekayasa Engineering. Alumni MMSM-47 Prasetiya Mulya ini terpilih memimpin IKA PRASMUL periode 2025-2029 dengan visi yang jelas: memperkuat ikatan antaralumni dan memanfaatkan potensi jejaring untuk dampak positif yang lebih luas.
IKA PRASMUL sendiri berdiri sejak 43 tahun lalu dan kini menaungi lebih dari 17.000 anggota lintas disiplin. Di bawah kepemimpinan Edy, ada target ambisius: meningkatkan keterlibatan alumni S1 hingga lebih dari 50% dalam kegiatan dan kepengurusan. Strateginya adalah jemput bola yang mana pengurus aktif turun ke kampus BSD, menyapa mahasiswa, dan memperkenalkan kegiatan alumni sejak mereka masih kuliah.
“Begitu lulus, mereka tidak perlu mencari-cari cara bergabung. Mereka sudah tahu ada Shared Interest Group (SIG) yang sesuai minatnya,”jelas Edy.
Bagi banyak orang Indonesia, nordic walking mungkin terdengar seperti tren baru. Padahal, olahraga ini sudah lama populer di negara-negara Skandinavia dan Eropa.
Menggunakan dua tongkat khusus, nordic walking memadukan gerakan berjalan dengan teknik mendorong tongkat untuk melibatkan otot tubuh bagian atas. Hasilnya, pembakaran kalori lebih tinggi dibanding berjalan biasa, postur tubuh membaik, dan sendi lebih terlindungi.
Namun, daya tarik terbesarnya di Indonesia justru ada pada inklusivitasnya. Olahraga ini dapat diikuti oleh berbagai kelompok usia dan tingkat kebugaran, sehingga cocok untuk kegiatan komunitas. Tidak heran jika KJNI gencar mempromosikan olahraga ini di berbagai kota.
Melihat potensinya, Edy berencana membentuk SIG Jalan Nordik di IKA PRASMUL. “Dengan adanya SIG, alumni yang tertarik bisa rutin berlatih bersama. Olahraga ini cocok untuk mempererat hubungan sekaligus menjaga kesehatan,”katanya.
Acara “Beda Aspal, Satu Tujuan”membuktikan bahwa sinergi antaralumni bisa dilakukan di ruang publik, tanpa perlu protokol formal yang kaku. Kegiatan ini memunculkan banyak ide lanjutan: pelatihan bersama, seminar lintas kampus, hingga program mentoring bagi mahasiswa.
Bagi para peserta, manfaatnya terasa langsung. Selain kesehatan fisik, mereka pulang dengan kontak baru di ponsel, ide proyek kolaboratif, bahkan undangan untuk pertemuan lanjutan.
“Acara seperti ini adalah low barrier networking. Semua orang datang dengan tujuan sehat, dan pulang dengan jejaring baru,”ujar Eka Sri Dana Afriza dari IA IPMI.
Edy Sutrisman berharap konsep “Beda Aspal, Satu Tujuan”tidak berhenti di CFD kali ini. Ia membayangkan format serupa bisa diadakan di kota-kota lain, menghubungkan lebih banyak alumni, komunitas olahraga, dan publik.
“Kita bisa gabungkan berbagai komunitas lari, sepeda, yoga, dan hiking dalam satu acara lintas kota. Intinya, kita satukan minat pribadi dengan potensi kolaborasi profesional,”tuturnya.
Di tengah tantangan zaman yang menuntut adaptasi cepat, jejaring alumni yang solid adalah aset berharga. Melalui kegiatan seperti ini, IKA PRASMUL menunjukkan bahwa olahraga bukan hanya soal kebugaran, tetapi juga sarana strategis membangun koneksi dan kolaborasi yang relevan
Car Free Day di Jakarta telah lama menjadi ruang pertemuan publik yang egaliter. Kali ini, ia juga menjadi saksi lahirnya model baru networking alumni: bergerak bersama di bawah semangat kemerdekaan, melintasi “beda aspal”untuk mencapai “satu tujuan”.
Dengan langkah-langkah mantap, tawa yang mengiringi, dan tongkat nordik yang berayun, para peserta bukan hanya menempuh rute CFD pagi itu, tetapi juga membuka jalan menuju jejaring yang lebih luas dan berkelanjutan.
IKA PRASMUL dan para mitranya membuktikan, untuk membangun koneksi yang bermakna, kadang kita hanya perlu melangkah bersama —satu langkah, satu tongkat, satu tujuan. (Ali | Foto Dok. Istimewa))