Prof. Ir. Bambang Pramujati, S.T., M.Sc.Eng., Ph.D: Menggerakkan Transformasi dengan Hati dan Inovasi

Oleh: Angie (Editor) - 07 June 2025

 Prof. Ir. Bambang Pramujati, S.T., M.Sc.Eng., Ph.D., IPU., ASEAN Eng., Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 

 

Di tengah percepatan arus teknologi yang tiada henti, ia berdiri keyakinannya bahwa teknologi sejati adalah yang berpihak pada manusia. Di tangannya, ITS bukan sekadar kampus teknologi terkemuka, melainkan pusat inovasi yang membumi dan menyentuh hati.

 

Beberapa waktu lalu, Men’s Obsession berkesempatan berbincang dengan Prof. Ir. Bambang Pramujati, S.T., M.Sc.Eng., Ph.D., IPU., ASEAN Eng. Dalam perbincangan hangat itu, ia membuka kisah hidupnya dengan sebuah pengakuan jujur, ia tak pernah menyangka takdir akan membawanya ke dunia pendidikan. Semasa SMA, impiannya adalah menjadi seorang dokter. Namun, hidup punya caranya sendiri dalam mengarahkan langkah. Alih-alih masuk dunia medis, ia justru memilih jurusan Teknik Mesin di ITS, mengikuti jejak sang kakak yang lebih dulu menapaki dunia teknik sebagai seorang engineer.

Lulusan S2 di University of Birmingham, Inggris, ini meraih gelar doktor di University of New Brunswick, Kanada. Ia sempat mengabdi sebagai peneliti dan dosen di negeri orang, sebelum akhirnya kembali ke Indonesia, mengabdi di almamaternya mulai dari koordinator proyek kerja sama dengan Bank Dunia, Ketua Departemen Teknik Mesin, hingga menjabat Wakil Rektor IV, kariernya terus menanjak. Puncaknya, sejak 2024 lalu, ia resmi diamanahi sebagai Rektor ITS.

Di bawah kepemimpinannya, ITS tak hanya melahirkan produk inovatif, tetapi juga membangun ekosistem berpikir dan bertindak yang relevan dengan kebutuhan zaman. “Kita perlu mengubah paradigma. Penelitian itu mengubah uang menjadi pengetahuan. Tapi inovasi itulah yang mengubah pengetahuan menjadi manfaat, bahkan nilai ekonomi,” tegas pria yang hobi bermain badminton tersebut.

ITS membuktikan diri lewat berbagai karya, seperti desain LRT Palembang dan Jakarta; motor listrik GESITS dan EVITS yang populer di Indonesia; serta teknologi air minum seperti HE2O di Surabaya dan Bliss di Badung, Bali. Semua itu lahir dari kolaborasi lintas sektor, dengan industri dalam negeri hingga kampus internasional. “Kami memiliki banyak program double degree dengan kampus luar dari Jerman, Korea, Taiwan, hingga Australia dan Prancis. Itu pintu masuk untuk kolaborasi riset dengan ilmuwan dunia,” tambahnya.

Menurut Prof. Bambang, pendidikan tinggi masa kini menuntut adaptasi dan kolaborasi. Kurikulum harus selalu relevan, dan kemitraan, baik dengan industri, pemerintah, maupun komunitas global menjadi budaya yang hidup. “Tidak mungkin kita bergerak sendiri. Ekosistem inovasi akan kuat jika dibangun bersama. Maka keterlibatan industri sejak awal proses penelitian menjadi sangat penting,” tuturnya.

Ia menggarisbawahi pentingnya dukungan pemerintah. Prinsipnya sederhana, yakni membangun bersama, bukan berjuang sendiri. “Kalau mau cepat, jalan sendiri. Tapi kalau ingin jauh, jalanlah bersama,” ia menambahkan. Dalam pemeringkatan QS World University Rankings (WUR) 2025 yang diumumkan pada 5 Juni lalu, ITS menunjukkan lompatan prestasi yang membanggakan naik 36 peringkat, dari posisi 621–630 menjadi peringkat 585 dunia. Tak hanya itu, ITS kini menempati posisi ke-6 dalam daftar perguruan tinggi terbaik di Indonesia. 

Capaian ini buah dari kerja keras berkelanjutan dalam meningkatkan kualitas akademik, riset, dan kolaborasi global. ITS terus mengokohkan komitmennya sebagai kampus inovatif yang siap bersaing di panggung internasional. Sesuai strategi jangka panjang ITS yakni RAISE, yang mencerminkan lima pilar utama pengembangan, yakni R (Relevant and Impactful Research), A (Academic Excellence), I (Innovation and Entrepreneurial Mindset), S (Sustainable Development), dan E (Excellence in Convergence). “Strategi ini adalah kelanjutan dari fondasi para pendahulu. Tanpa mereka, ITS tidak akan seperti sekarang,” ungkap Prof. Bambang.

Dalam visinya, ITS mengusung tiga pilar utama sebagai fondasi transformasi, yaitu Agility (kelincahan menghadapi perubahan), Collaboration (kemitraan strategis lintas sektor), dan Impact (dampak nyata bagi masyarakat). “Kalau kita tidak memberi dampak, untuk apa kita ada?” tukasnya.

ITS menargetkan masuk 300 besar dunia pada 2030. Namun Prof. Bambang menggarisbawahi, capaian hanyalah hasil. Fokus utamanya tetap, penguatan kolaborasi, inovasi, dan kebermanfaatan masyarakat. “Kalau ITS bisa menghasilkan alumni yang bermanfaat dan karya yang berguna, itu sudah sangat luar biasa.”

Menyongsong Indonesia Emas 2045, ITS menegaskan komitmennya untuk mengambil peran strategis melalui kurikulum yang adaptif, riset yang memberi dampak nyata, penguatan karakter, serta pemanfaatan teknologi yang berpihak pada empati sosial. ■ [Naskah: Gia Putri | Foto: Dok. Pribadi]

 

Baca Selengkapnya di Men's Obsession Edisi 266 Spesial Rektor Inspiratif 2025