Ozempic Mahal dan Perlu Seumur Hidup, Diet Nabati Tawarkan Solusi Lebih Aman dan Murah

Oleh: Prof. Dr. dr. Dasaad Mulijono, Kepala Bagian Jantung plus Pendiri Program Gaya Hidup Sehat, Rumah Sakit Bethsaida, Tangerang, Kepala Bagian Pendidikan Indonesian College of Lifestyle Medicine
Obat Semaglutide (Ozempic) kini banyak digunakan untuk menurunkan berat badan, mengontrol diabetes, menurunkan kolesterol, dan melindungi pasien dengan gangguan jantung. Hasil jangka pendeknya memang terlihat positif. Namun, ada kelemahan besar: harganya sangat mahal, sering menimbulkan mual dan muntah, dan harus digunakan terus-menerus seumur hidup. Belum lagi, efek jangka panjangnya belum banyak diteliti secara menyeluruh.
Sebagai alternatif, pola makan berbasis nabati utuh atau Whole Food Plant-Based Diet (WFPBD) justru menunjukkan hasil klinis yang tidak kalah baik, bahkan lebih unggul dalam beberapa kasus. Diet ini terdiri dari bahan segar seperti sayuran, buah, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan. Tanpa efek samping, biaya jauh lebih rendah, dan mampu mengatasi penyebab utama penyakit kronis seperti pola makan buruk dan gaya hidup pasif.
Di pusat jantung RS Bethsaida, WFPBD sudah diterapkan sebagai bagian dari terapi utama. Hasilnya:
- Pasien penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan hipertensi mengalami penurunan berat badan yang stabil
- Banyak yang bisa berhenti minum obat, termasuk insulin dan obat kolesterol.
- Beberapa penyakit kronis tidak hanya dikendalikan, tapi kondisinya membaik secara nyata.
Secara ekonomi, pendekatan ini jauh lebih hemat. Pengeluaran bulanan untuk obat dapat ditekan drastis, bahkan ditiadakan dalam beberapa kasus. Biaya makan sehari-hari pun lebih murah karena berbasis bahan lokal tanpa olahan industri. Ini memberi dampak besar, terutama bagi pasien dengan penghasilan terbatas.
Efek sosialnya pun signifikan. Pasien yang pulih secara alami cenderung kembali produktif, baik di rumah maupun tempat kerja. Mereka tidak lagi bergantung pada kontrol rutin atau pengobatan jangka panjang. Ini bukan hanya meringankan beban keluarga, tapi juga memberi rasa percaya diri dan kualitas hidup yang lebih baik.
Di sisi pelayanan medis, data RS Bethsaida menunjukkan angka restenosis (penyempitan ulang pembuluh darah koroner) hanya 2%—jauh lebih rendah dibandingkan rerata nasional yang bisa mencapai 20%. Ini menunjukkan bahwa perubahan pola makan dapat memengaruhi hasil medis secara nyata, tanpa intervensi invasif atau biaya tinggi.
Teknologi kecerdasan buatan (AI) kini juga turut mendukung perubahan gaya hidup sehat. Dengan bantuan AI, pasien dapat memperoleh menu makanan nabati yang disesuaikan kebutuhan, memonitor perkembangan kesehatan secara berkala, meningkatkan kepatuhan pada pola makan sehat, dan mendapatkan informasi yang tepat tentang nutrisi. Pendukung teknologi ini memperkuat komitmen pasien untuk terus menjalani pola makan sehat secara konsisten.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah budaya medis yang masih sangat bergantung pada obat-obatan. Dokter dan pasien seringkali lebih mengutamakan resep dan tindakan medis daripada perubahan gaya hidup. Oleh karena itu, penting bagi dunia medis untuk bertransformasi dari sekadar mengobati gejala menjadi mendorong penyembuhan penyakit, membantu pasien menjadi lebih sehat, kuat, produktif, dan menjalani hidup lebih panjang.
Dari sisi ekonomi dan sosial, penerapan diet berbasis nabati berpotensi memangkas biaya kesehatan secara signifikan. Pemerintah dan masyarakat bisa menghemat banyak jika pola makan sehat ini diterapkan secara luas. Selain itu, pola makan nabati mendukung produktivitas kerja yang lebih baik, meningkatkan kualitas dan harapan hidup, serta menurunkan angka absensi akibat sakit atau kematian dini.
Dengan risiko rendah, biaya rendah, dan manfaat kesehatan yang luas, pola makan nabati utuh memberi harapan baru di tengah tren pengobatan modern yang kerap bersandar pada obat. Pendekatan alami ini bukan hanya sehat, tapi juga lebih adil secara ekonomi dan memberdayakan secara sosial.
Indonesia punya kekayaan alam nabati yang luar biasa—sayuran, buah, biji, dan kacang tersedia melimpah. Ini saatnya kita manfaatkan itu untuk hidup lebih sehat. Dengan dukungan teknologi seperti AI, perjalanan menuju hidup sehat jadi lebih mudah dan bisa dinikmati semua orang sehingga Impian menuju Indonesia Emas di tahun 2045 dapat terwujud.