UMK Ingin Tumbuh, Laporan Terbaru Mastercard Tekankan Pentingnya Dukungan Terarah dan Kolaborasi

Oleh: Angie (Editor) - 17 May 2025

 

Usaha mikro dan kecil memegang peran penting dalam roda ekonomi Indonesia. Meski menghadapi berbagai tantangan, hampir separuh dari mereka berambisi memperluas pasar dan menjaring lebih banyak pelanggan, sebagaimana tercatat dalam laporan Mastercard Small Business Barometer 2025.

Hampir separuh Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia memiliki ambisi untuk memperluas pasar dan menjangkau lebih banyak pelanggan. Namun, di tengah semangat ini, mereka masih menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal digitalisasi dan praktik bisnis berkelanjutan.

Temuan tersebut tertuang dalam Mastercard Small Business Barometer 2025, hasil kerja sama Mastercard Center for Inclusive Growth dengan Bappenas, Mercy Corps Indonesia, dan 60 Decibels. Laporan ini menyajikan gambaran menyeluruh tentang kondisi, harapan, serta hambatan yang dihadapi UMK, dengan fokus pada dukungan bisnis, peran pemerintah dan komunitas, serta hambatan dalam penerapan praktik berkelanjutan.

“Kami menyadari bahwa pengembangan UMKM tidak dapat dilakukan sendiri. Dibutuhkan pendekatan lintas sektor, lintas pelaku, dan kolaboratif,” kata Maliki, Ph.D., dari Kementerian PPN/Bappenas. Ia menambahkan bahwa laporan ini akan menjadi dasar penting untuk merumuskan kebijakan publik berbasis data, memperkuat sinergi pembangunan lintas program, dan mendorong desain intervensi yang lebih tepat sasaran.

Digitalisasi dan pendampingan usaha muncul sebagai kebutuhan mendesak. Sebanyak 81 persen pelaku UMK yang mendapat dukungan mencatat peningkatan kinerja, terutama dalam hal pendapatan. Sekitar 40 persen menginginkan pelatihan digital marketing dan pendampingan usaha, sedangkan seperlima lainnya membutuhkan pelatihan manajemen keuangan.

UMK yang dipimpin perempuan terlihat lebih adaptif terhadap teknologi. Mereka lebih banyak mengadopsi model hybrid (toko fisik dan online), yakni 29 persen dibandingkan 23 persen pada UMK yang dipimpin laki-laki.

Aileen Goh, Country Manager Mastercard Indonesia, menegaskan bahwa laporan ini mengungkap kesenjangan signifikan dalam akses dukungan antarwilayah. “Memberikan solusi yang tepat akan sangat membantu pelaku UMK mencapai tujuan bisnisnya. Inilah inti dari laporan ini: memberikan wawasan yang relevan agar program dan produk lebih berdampak,” ujarnya.

Direktur Eksekutif Mercy Corps Indonesia, Ade Soekadis, menambahkan bahwa UMK yang mendapatkan pendampingan lebih siap tumbuh dan berekspansi. Namun, mayoritas masih kekurangan akses ke sumber daya penting. Melalui inisiatif Strive, Mercy Corps berupaya menjembatani kesenjangan struktural ini melalui kerja sama dengan pemerintah dan tokoh masyarakat, khususnya di wilayah perdesaan.

Laporan tahun ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mendukung UMK yang ingin bertahan dan tumbuh. Dengan dukungan yang tepat, terutama dalam hal teknologi dan pembiayaan, UMK Indonesia berpotensi menjadi kekuatan ekonomi yang lebih tangguh dan merata di berbagai wilayah.