dr. Bona Fernando (Hospital Director Mayapada Hospital Surabaya), Hadirkan Layanan Kesehatan Modern dengan Sentuhan Humanis

Naskah: Angie Diyya Foto: Dok. Pribadi
Ketika layanan kesehatan semakin berorientasi pada teknologi, tantangan terbesar adalah menjaga sentuhan manusiawi. Dr. Bona meyakini transformasi di dunia medis menunjukkan bahwa keduanya bisa saling melengkapi.
Walaupun belum genap berusia 40 tahun, dr. Bona Fernando telah mencetak prestasi, mencatatkan namanya di jajaran pemimpin rumah sakit berpengaruh di Asia Pasifik. Sebagai Direktur Mayapada Hospital Surabaya, ia masuk dalam Top 15 Hospital Leaders in Asia Pacific versi Healthcare Business Review, pengakuan atas kepemimpinannya dalam membangun sistem kesehatan berbasis teknologi, efisiensi operasional, dan kerja tim yang solid. Namun bagi dr. Bona, penghargaan hanyalah bonus dari perjalanan panjang atas dedikasinya terhadap ilmu kedokteran.
Dr. Bona Fernando sejak awal memiliki ketertarikan besar di dunia medis. “Saya memang sejak awal punya minat besar di dunia medis. Awalnya saya mengambil studi Biologi sebagai fondasi, lalu melanjutkan ke pendidikan kedokteran di luar negeri agar bisa memahami teknologi kesehatan secara global,” ujarnya. Setelah meraih gelar dokter, ia mendalami spesialisasi di bidang anestesiologi dan terapi intensif. Kariernya berkembang pesat hingga ia dipercaya memimpin Departemen Anestesiologi di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta. Pengalaman ini membuka wawasannya tentang pengelolaan rumah sakit serta pentingnya layanan kesehatan yang lebih modern dan efisien. Seiring waktu, ketertarikannya pada aspek manajerial semakin kuat, mendorongnya untuk mendalami kepemimpinan rumah sakit. Hal ini mengantarnya bergabung dengan Mayapada Hospital Group, kemudian berperan dalam mengembangkan layanan kesehatan di berbagai daerah.
Ketika bergabung dengan Mayapada Healthcare, dr. Bona memiliki visi menjadikan Mayapada Hospital Surabaya sebagai rumah sakit yang tak hanya modern, tetapi juga humanis. “Kami ingin menghadirkan layanan kesehatan berkualitas tinggi dengan pendekatan berbasis teknologi, sekaligus tetap mengutamakan empati dalam perawatan pasien,” jelasnya. Menurutnya, rumah sakit harus menjadi tempat yang memberikan rasa aman, bukan hanya dalam aspek medis tetapi juga secara emosional. Oleh karena itu, ia memastikan bahwa seluruh tenaga medis di MHSB mendapatkan pelatihan tidak hanya dalam keterampilan medis, tetapi juga dalam komunikasi dan empati terhadap pasien.
Strateginya mengakar ke berbagai aspek, mulai dari pengembangan layanan unggulan seperti onkologi, kardiovaskular, hingga gastrohepatologi, serta peningkatan fasilitas dengan standar internasional. Rumah sakit ini memiliki 200 tempat tidur, fasilitas rawat inap dari kelas eksekutif hingga kelas tiga, serta akan segera menghadirkan gedung Oncology Center dengan teknologi Digital PET CT dan Digital Spec CT. Untuk menjamin efisiensi, dr. Bona juga mendorong transformasi digital, termasuk sistem Hospital Information System (HIS) terbaru yang memungkinkan pasien melakukan registrasi mandiri dan integrasi data antar cabang Mayapada Hospital. “Kami ingin pasien mendapatkan pengalaman yang lebih nyaman, cepat, dan aman,” tambahnya.
Menjalankan rumah sakit di era digital tentu penuh tantangan. Dr. Bona mengakui bahwa menjaga keseimbangan antara teknologi dan pelayanan berkualitas adalah salah satu tantangan terbesar. “Kami harus selektif dalam mengadopsi teknologi. Tidak semua yang canggih itu relevan. Analisis biaya-manfaat menjadi kunci agar inovasi yang diterapkan benar-benar berdampak positif bagi pasien,” katanya.
Mayapada Hospital Surabaya juga terus beradaptasi dengan perkembangan medis global. Rumah sakit ini menjadi yang pertama di Jawa Timur yang melakukan ablasi dan CRT-D untuk aritmia jantung, serta tengah bersiap menghadirkan teknologi robotik dalam tindakan medis. “Kami ingin menjadikan Mayapada Hospital sebagai pelopor inovasi kesehatan di Indonesia Timur,” tegasnya yakin. Di luar kepemimpinannya di rumah sakit, dr. Bona juga aktif dalam program Corporate Social Responsibility (CSR), termasuk pemeriksaan kesehatan gratis dan edukasi masyarakat. Selain itu, ia juga aktif di LAM-KPRS (Lembaga Akreditasi Mutu & Keselamatan Pasien Rumah Sakit), sebuah organisasi yang berfokus pada peningkatan standar layanan medis dan keselamatan pasien di Indonesia. “Tentunya saya harap pelayanan kesehatan berkualitas bisa diakses oleh lebih banyak orang,” ujarnya.
Melalui berbagai terobosan yang ia dorong, Dr. Bona Fernando ingin menjadikan Mayapada Hospital Surabaya sebagai inspirasi bagi rumah sakit lain di Indonesia Timur. Ia meyakini bahwa mutu layanan kesehatan di Tanah Air harus terus berkembang agar mampu bersaing di kancah Asia. “Kita perlu bermimpi besar dan berani melangkah untuk mewujudkannya. Semoga kita bisa melihat lebih banyak rumah sakit di Indonesia yang tidak hanya bertaraf internasional, tetapi juga benar-benar memahami kebutuhan pasien,” ujarnya.
Berbekal kepemimpinan yang visioner, dr. Bona terus membawa Mayapada Hospital Surabaya melangkah lebih jauh. Di tengah persaingan industri kesehatan yang semakin dinamis, ia menunjukkan bahwa inovasi dan kepedulian terhadap pasien dapat berjalan selaras, demi menghadirkan layanan medis yang maju sekaligus berjiwa manusia.