Proteksionisme AS Buka Peluang Emas Ekspor Halal RI ke Pasar OKI
Kebijakan tarif proteksionis AS yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump justru dapat menjadi peluang bagi ekspor Indonesia, terutama di sektor industri halal yang menjanjikan. Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) melihat negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sebagai pasar alternatif utama yang sangat potensial.
"Salah satu kunci untuk terus memacu pertumbuhan ekspor kita adalah dengan cerdik mencari potensi-potensi baru. Dan salah satu potensi yang sangat menjanjikan adalah negara-negara OKI, yang mayoritas penduduknya adalah Muslim," ungkap Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah KNEKS Sutan Emir Hidayat dilansir dari Republika.
Emir memaparkan besarnya pasar halal global yang diproyeksikan mencapai $3,5 triliun AS pada 2026-2027. Negara-negara OKI, dengan mayoritas penduduk Muslim, menjadi target utama. Meski Indonesia baru di posisi ke-8 eksportir ke negara OKI, potensi pertumbuhannya sangat besar, terlebih industri halal sejalan dengan tren ekonomi hijau.
“Prinsip mendasar ekonomi syariah adalah tidak boleh merusak lingkungan. Setiap aktivitas ekonomi syariah harus memberikan dampak positif, baik dari sisi sosial maupun ekonomi," terangnya yang selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang ingin dicapai dunia pada tahun 2030.
Untuk memperluas jangkauan pasar, pemerintah Indonesia tak tinggal diam. Beberapa perjanjian dagang komprehensif (CEPA) telah berhasil ditandatangani. Saat ini, negosiasi CEPA juga tengah berlangsung dengan negara-negara anggota Gulf Cooperation Council (GCC), yakni Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia, dan United Arab Emirates (UAE).
Ia melihat CEPA sebagai instrumen vital untuk memuluskan jalan ekspor produk halal Indonesia, khususnya ke wilayah Timur Tengah. "CEPA atau Comprehensive Economic Partnership Agreement ini memiliki bab khusus yang berkaitan dengan ekonomi syariah. Salah satu tujuan utama kita adalah bagaimana mempermudah ekspor produk halal melalui perjanjian ini," jelas Emir.
Ekspor halal Indonesia sendiri, sambung Emir, tumbuh 11% dalam 5-6 tahun terakhir, mencapai lebih dari $50 miliar AS, didukung sistem pencatatan yang lebih baik. Dengan modal 15 perusahaan produsen halal terbesar dunia, ia optimistis, Indonesia dapat meningkatkan ekspor produk halal di berbagai sektor, mulai dari makanan, obat-obatan, hingga kosmetik.
Ekonomi Syariah Cahaya Harapan Indonesia
Di tengah tantangan ekonomi yang menghadang, Indonesia punya "kartu as", yakni ekonomi syariah. Alih-alih terpuruk, momen sulit ini justru jadi panggilan untuk mengoptimalkan potensi dahsyat ini sebagai motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi bangsa.
"Di saat situasi serba sulit seperti sekarang, saran saya jelas: mari kita implementasikan secara sungguh-sungguh apa yang telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) terkait ekonomi syariah. Jika kita benar-benar mengimplementasikannya, contohnya dalam pengentasan kemiskinan, sudah terbukti dalam RPJPN bahwa dana sosial syariah memiliki peran signifikan dalam mewujudkan hal tersebut," tegas Emir.
Bahkan, Presiden Prabowo Subianto sendiri mengakui potensi besar dana zakat yang terkumpul melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAS). Dengan angka mencapai lebih dari Rp40 triliun, dana ini diyakini sudah cukup untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem, apalagi jika pengumpulannya dioptimalkan lebih jauh lagi. Belum lagi potensi wakaf yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, termasuk pembangunan infrastruktur dan sektor-sektor strategis lainnya.
Namun, potensi ekonomi syariah tak hanya terbatas pada dana sosial. Industri halal, dengan potensi ekspornya yang luar biasa besar, justru dapat menjadi pengungkit utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Industri halal dan peningkatan ekspor adalah komponen penting dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Kita tahu bahwa PDB adalah penjumlahan dari Konsumsi (C), Investasi (I), Pengeluaran Pemerintah (G), Ekspor (X), dikurangi Impor (M). Jika Pengeluaran Pemerintah (G) saat ini cenderung dikurangi demi efisiensi, maka kita harus cerdik mencari sumber pertumbuhan lain, salah satunya melalui ekspor (X) yang didorong oleh industri halal,” ia menerangkan.
Lebih lanjut, pengentasan kemiskinan melalui pemanfaatan dana zakat juga akan berdampak positif pada peningkatan Konsumsi (C) masyarakat. "Jika kemiskinan teratasi, daya beli masyarakat akan meningkat, yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," tambahnya.
Selain itu, memperkuat iklim investasi, terutama di sektor industri halal yang sejalan dengan prinsip green economy, diyakini akan menarik arus modal masuk ke Indonesia. "Saat ini, semakin banyak investor yang mendasarkan keputusannya pada nilai-nilai etis dan berkelanjutan," ungkapnya.
Nilai-nilai ini, sambungnya, bisa bersifat universal, seperti green, blue, dan sustainability, namun juga mencakup aspek keagamaan yang sebenarnya juga bersifat universal, seperti kehalalan dan kesesuaian dengan prinsip syariah.
Dengan memastikan unsur-unsur tersebut terpenuhi, Indonesia berpotensi besar menarik investor berbasis nilai keagamaan, tidak hanya dari Timur Tengah, tetapi juga dari negara-negara muslim lainnya yang memiliki visi yang sama terkait ekonomi hijau.
Lebih lanjut Emir menekankan untuk kita harus selalu ber-husnudzon. "Coba tanyakan kepada orang-orang sukses di dunia ini," tantangnya. "Apakah mereka terus-menerus berpikiran negatif dan pesimis, atau justru sebaliknya? Di setiap masalah pasti ada kesempatan. Di setiap keadaan yang rumit pasti tersimpan peluang. Tinggal bagaimana kita menyikapinya."
Ia mencontohkan bagaimana banyak orang yang justru mampu memanfaatkan peluang di tengah kesulitan dan bangkit menjadi sukses. "Saya tentu mengapresiasi setiap upaya untuk mengidentifikasi kekurangan di Indonesia, namun saya ingin menekankan bahwa masa depan Indonesia, apakah akan suram atau cerah, sangat bergantung pada mindset kita semua. Tantangan memang berat, tetapi jika kita memiliki mentalitas untuk selalu mencari solusi dan peluang di tengah kesulitan, dan kita melakukannya bersama-sama, saya yakin Allah SWT tidak akan meninggalkan kita. Kita melakukannya sesuai dengan ajaran agama kita, Islam, yang bersifat rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam semesta, yang artinya bersifat universal,” tutupnya dengan optimistis.
Foto: Dok. Pribadi