5 Dampak Tarif Trump terhadap Harga Barang dan Dunia Usaha di Indonesia

Oleh: Angie (Editor) - 06 April 2025

cr: BBC

cr: BBC

 

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Rabu, 2 April 2025, mengumumkan rencana penerapan tarif dasar sebesar 10 persen untuk seluruh produk impor dari berbagai negara. Kebijakan ini akan diberlakukan dalam beberapa hari ke depan dan berlaku secara menyeluruh tanpa terkecuali. Namun, puluhan negara disebut akan menerima tarif yang lebih tinggi karena dianggap memiliki hubungan dagang yang paling tidak adil dengan Amerika Serikat.

Berbagai tarif impor itu pun memicu ketegangan dagang berskala global.

Kebijakan ini tidak hanya berdampak pada negara-negara yang menjadi target tarif, tetapi juga menyeret negara lain, termasuk Indonesia, dalam pusaran efek domino. Akibatnya, dunia usaha di Tanah Air ikut merasakan dampaknya. Apa saja?

 

Apa Sebenarnya yang Dimaksud dengan Tarif Trump?

Kebijakan tarif impor tinggi yang diterapkan Amerika Serikat, terutama sejak masa pemerintahan Donald Trump ini sasaran utamanya adalah negara-negara dengan nilai ekspor yang jauh lebih besar dibanding impornya ke AS. Atau dengan kata lain, yang punya defisit perdagangan tinggi menurut versi Amerika.

Besarnya tarif bervariasi, tapi dimulai dari angka dasar sekitar 10 persen. Untuk negara seperti Indonesia, angkanya bisa melonjak hingga 32 persen, tergantung dari seberapa besar defisit perdagangannya terhadap AS. Tarif ini dihitung dengan rumus khusus, yakni rasio defisit perdagangan dibagi nilai impor, lalu dikalikan dan dipotong setengah. Negara-negara pengekspor pun terkena tekanan cukup berat, apalagi jika produknya selama ini banyak dipasarkan ke Amerika.

 

Dampak Utama bagi Dunia Usaha dan Konsumen di Indonesia

 

cr: GettyImages

 

1. Biaya Produksi Melonjak

Perusahaan Indonesia yang mengandalkan bahan baku atau komponen dari AS terpaksa mengeluarkan biaya lebih tinggi. Mulai dari mesin industri, bahan kimia, sampai teknologi, semua terancam ikut naik karena tarif impor yang membengkak.

Efek ini paling terasa di sektor makanan dan minuman, elektronik, hingga manufaktur. Untuk menutupi biaya yang membesar, produsen tak punya pilihan selain menaikkan harga jual.

 

2. Harga Barang di Pasar Lokal Ikut Terdongkrak

Kenaikan harga bukan cuma terjadi pada produk ekspor. Barang yang dijual di pasar domestik, seperti elektronik, pakaian jadi, atau produk konsumsi lain, berpotensi ikut terkerek karena komponen impornya terkena tarif tinggi.

Di sisi lain, pendapatan masyarakat cenderung stagnan. Artinya, mereka harus menyisihkan lebih banyak dana untuk kebutuhan harian, atau mungkin mulai menekan konsumsi agar tetap seimbang dengan penghasilan.

 

3. Ekspor ke Amerika Menyusut

Industri andalan seperti tekstil, alas kaki, dan elektronik bakalan kesulitan bersaing di pasar Amerika. Tarif tinggi bikin harga produk Indonesia jadi kurang menarik dibanding pesaing seperti Vietnam atau Bangladesh.

Akibatnya, volume ekspor berpotensi menurun, dan dampaknya langsung terasa pada neraca perdagangan serta pemasukan devisa nasional.

 

4. Risiko Inflasi dan PHK

Lonjakan harga barang bisa mendorong inflasi, apalagi jika tak dibarengi peningkatan produksi. Di sisi lain, perusahaan yang kehilangan pesanan dari AS nantinya mungkin mulai memangkas kapasitas produksi.

Tak sedikit perusahaan yang berpotensi akhirnya harus melakukan pemutusan hubungan kerja. Jika pengangguran meningkat, daya beli masyarakat turun, dan efek domino terhadap ekonomi nasional makin terasa.

 

5. Perusahaan Dipaksa Berstrategi Ulang

Untuk bertahan, pelaku usaha perlu cepat beradaptasi. Dalam jangka pendek, alternatif bahan baku dari negara seperti China atau Jepang bisa jadi solusi, apalagi jika harganya lebih bersaing.

Ke depan, efisiensi produksi perlu ditingkatkan. Selain itu, menjajaki pasar baru di Eropa, Timur Tengah, atau memperluas jangkauan di kawasan ASEAN jadi langkah penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS.

 

Langkah Strategis bagi Pengusaha Indonesia

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar usaha tetap berjalan di tengah tekanan tarif. Pengusaha perlu lebih jeli membaca peluang dan beradaptasi dengan perubahan situasi global agar tetap kompetitif di pasar internasional.

 

  • Menjajaki pasar baru

Mengurangi ketergantungan pada pasar Amerika dengan memperluas ekspor ke wilayah lain seperti Afrika, Asia Selatan, atau negara tetangga di ASEAN.

 

  • Meningkatkan nilai tambah produk

Produk yang punya kualitas tinggi atau keunikan tersendiri tetap punya peluang menembus pasar global, meski harganya naik.

 

  • Bekerja sama dengan pemerintah

Program bantuan atau insentif ekspor dari pemerintah bisa membantu meringankan beban biaya. Koordinasi yang baik juga membuka jalan untuk penguatan industri dalam negeri.

 

Tarif Trump tak dipungkiri menciptakan tantangan besar bagi Indonesia, baik dari sisi harga barang, pasar ekspor, maupun kondisi ketenagakerjaan. Tapi di balik tekanan, selalu ada celah untuk beradaptasi dan bergerak lebih cerdas.

Selama perusahaan mau membaca situasi dengan jeli dan bergerak cepat, jalan keluar tetap terbuka. Kondisi global mungkin berubah, tapi ketahanan usaha bisa diperkuat dengan strategi yang tepat dan langkah yang gesit.