Fadel Muhammad: Serangan Siber Bencana Nasional, Indonesia Harus Bangun Cyber Security Economy
Fadel Muhammad, Wakil Ketua MPR, menyampaikan keprihatinannya terhadap serangan siber yang semakin marak melanda Indonesia. Dalam acara ITSEC Cyber Security Summit di Ritz Carlton, Jakarta (21/08), Fadel mengungkapkan bahwa serangkaian serangan siber telah membuat pemerintah dan masyarakat panik, terlebih dengan adanya kebocoran data besar-besaran yang mencakup data paspor pemerintah.
Salah satu insiden paling serius yang terjadi adalah pada 5 Juli 2024 silam, ketika 34 juta data pemerintah bocor dan tersebar luas di internet. Serangan ini bahkan disertai tuntutan tebusan sebesar 8 juta dolar AS atau setara dengan 131 miliar rupiah.
"Kebocoran data akibat serangan ini merupakan bencana yang sangat serius dan menunjukkan betapa lemahnya sistem keamanan kita," ungkap Fadel. Ia menambahkan bahwa situasi ini sangat memprihatinkan dan berpotensi membuat Indonesia dipandang sebagai negara yang tidak mampu mengelola keamanan sibernya.
Dalam paparannya, Fadel membandingkan situasi ini dengan krisis serangan siber yang pernah dialami oleh Estonia pada tahun 2007. Negara kecil di Eropa tersebut juga pernah menghadapi serangan siber besar-besaran yang menyebabkan kerusuhan dan menimbulkan kerugian besar. "Estonia mengalami hal yang mirip dengan kita. Namun, mereka berhasil bangkit dan sekarang menjadi negara dengan keamanan siber terbaik di dunia," kata Fadel, menekankan pentingnya belajar dari pengalaman Estonia.
Fadel mengajak Indonesia untuk meniru langkah-langkah Estonia dalam memperkuat keamanan siber. Ia menyarankan agar pemerintah segera membentuk cyber security economy untuk menghadapi tantangan keamanan siber yang semakin kompleks. Ia juga menyoroti pentingnya memanfaatkan talenta-talenta muda Indonesia di bidang teknologi informasi. Menurutnya, Indonesia memiliki banyak tenaga ahli di bidang teknik dan IT yang bisa dilatih untuk memperkuat sektor keamanan siber nasional.
"Kita punya tenaga-tenaga engineer yang pintar-pintar, tinggal dilatih. Maka dari itu, saya sudah sampaikan kepada Bapak Presiden bahwa kita perlu membuat knowledge based economy dan cyber security economy, bagaimana kita bisa mempersiapkan diri untuk masa depan," ujarnya.
Tak hanya itu, ia juga menyampaikan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta sangat penting dalam membangun keamanan siber yang kuat. Fadel mengapresiasi peran perusahaan seperti ITSEC yang telah berpartisipasi dalam upaya ini.
"Saya berharap ITSEC dan BUMN bisa bekerja sama untuk membangun sistem keamanan siber yang tangguh di Indonesia," katanya.
Dalam bagian akhir sambutannya, Fadel menegaskan bahwa Indonesia harus segera bergerak untuk memperkuat sistem keamanan sibernya, terutama di tengah ancaman serangan yang terus meningkat. "Timing-nya tepat. Ini adalah waktu yang tepat bagi Indonesia untuk fokus pada keamanan siber," ujar Fadel. Ia juga menyampaikan optimisme bahwa Indonesia dapat mengikuti jejak Estonia dalam membangun keamanan siber yang kuat dan mampu menghadapi tantangan global.
Fadel menutup sambutannya dengan harapan besar bahwa pertemuan ITSEC kali ini dapat menjadi titik awal bagi Indonesia untuk mengarahkan perhatian penuh pada sektor keamanan siber dan mengembangkan industri berbasis pengetahuan yang kuat. "Saya percaya, bukan hanya Estonia yang bisa melakukan ini. Kita juga bisa. Dan kita harus mulai sekarang," pungkasnya.