Mochamad Wahyudi (Rektor Universitas Bina Sarana Informatika (Universitas BSI)), Transformasi Universitas BSI Menjadi Kampus Digital Kreatif

Oleh: Syulianita (Editor) - 14 June 2024

Naskah: Arfiah Ramadhanti Foto: Dok. Pribad

Universitas Bina Sarana Informatika, atau yang lebih dikenal dengan singkatannya Universitas BSI menjadi salah satu kampus swasta yang namanya sangat familiar di berbagai lapisan masyarakat Indonesia. Berawal dari sebuah tempat kursus komputer, dengan tangan dingin Prof. Dr. Ir. Mochamad Wahyudi, M.Kom, MM, M.Pd, IPU, ASEAN Eng sebagai sosok Rektor, Universitas BSI kini bertransformasi menjadi sebuah Universitas dengan segudang prestasi dan capaian-capaian besar di dunia pendidikan tinggi Tanah Air.

Sosok Rektor sekaligus Guru Besar di Bidang Ilmu Komputer ini memegang peranan penting bagi besarnya nama Universitas BSI saat ini, inovasi-inovasi yang diciptakannya sukses membawa kampus yang awalnya hanya tempat kursus komputer menjadi sebuah institusi pendidikan tinggi yang besar dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Rektor yang meraih profesor dalam usia muda, ini menyampaikan bahwa berinovasi sudah menjadi kewajiban yang harus dilakukan agar sebuah institusi tetap bertahan dan berkembang di tengah gempuran zaman yang bergerak dengan sangat cepat, seperti hari ini. “Kalau kita nggak berinovasi, di Indonesia sendiri jumlah perguruan tinggi ada 4.000an lebih. Kalau semua perguruan tinggi sama, memberikan hal yang sama, baik itu akademi, sekolah tinggi, politeknik, maupun universitas tentunya nggak akan ada yang beda, dan peminatnya pasti pilih yang lain,” ungkapnya.

Berkembangnya zaman, menuntut segala hal termasuk pendidikan ikut mengalami perubahan. Sebagai kampus yang dikenal dekat dengan teknologi, perubahan tersebut diakui oleh sang rektor dialami bahkan lebih cepat dari lembaga pendidikan tinggi lainnya.

Tak ingin dicap sebagai Universitas yang hanya bergerak di bidang informatika (komputer), untuk mendukung perubahan tersebut, inovasi-inovasi kembali harus dilakukan, mulai dari menghadirkan program studi baru, kurikulum atau bahan ajar yang kekinian, hingga fasilitas terkini yang disediakan.

Ia mengatakan atas usaha-usaha tersebut, tujuan Universitas BSI saat ini adalah menjadi kampus digital kreatif yang ada di Indonesia.”Kenapa kalau kita sebut dengan kampus digital kreatif, Karena memang kebutuhan saat ini kan memang arahnya ke dunia digital. Kami kan harus menyiapkan mahasiswa yang memiliki talenta digital, seperti scientist, cyber security, cloud computing, artificial intelligence, content creator, YouTuber, dan sebagainya, kita arahkan ke sana. Program studinya boleh apapun, tapi dia harus memiliki kemampuan digital,” bebernya.

Memiliki kurang lebih 36.000 mahasiswa aktif, Universitas BSI menyadari bahwa setiap tahun pihaknya bertanggung jawab atas nasib lulusannya. Oleh karena itu, sosok rektor kelahiran 25 Mei 1975 ini telah menyiapkan sejumlah strategi dan inovasi untuk menjamin para mahasiswanya unggul dan memiliki bekal menghadapi dunia kerja. Universitas BSI yang terbilang masih sangat muda, terus berupaya untuk memperbaiki mutu pendidikannya, mulai dari segi akreditasi, kurikulum, hingga bekal sertifikasi profesional yang harus dimiliki setiap mahasiswa yang akan lulus.

“Lulusan-lulusan dari Universitas BSI ini di samping nanti dia punya ijazah formal, transkrip akademik, dan surat keterangan pendamping ijazah, di Universitas BSI dipastikan juga bahwa mahasiswa yang lulus punya sertifikasi TOEFL, sertifikasi kompetensi yang dikeluarkan oleh BNSP dan sertifikasi dari vendor,” ujar sang rektor. “Kalau ijazah semua lulusan perguruan tinggi pasti punya, tapi untuk memastikan bahwa mahasiswa ini punya kompetensi dari program studi yang diambil, kami tambahkan dengan dia harus punya sertifikasi kompetensi dari BNSP dan vendor seperti Oracle, Microtik, Cisco, Zahir, PreNexus, serta beberapa mitra lainnya, itu berlaku untuk semua program studi yang ada di Universitas BSI,” tambahnya.

Di bawah kepemimpinannya, nama Universitas BSI masuk sebagai salah satu kampus yang memiliki Tim Tanggap Insiden Siber atau Computer Security Insident Respond Team (CSIRT). “Karena kami punya infrastruktur IT yang besar dengan jumlah mahasiswa yang banyak, dengan kampus yang berada di site-site yang berbeda tapi dia harus terhubung secara online jadi infrastruktur IT-nya harus diamankan,” kata Wahyudi.

Memiliki gaya kepemimpinan unik, Wahyudi mengaku dalam bertindak dirinya selalu berusaha bisa menjadi contoh atau “Role Model” bagi rekan sejawat sesama dosen. “Prinsipnya ketika saya mengajarkan, saya itu selalu sudah melakukan duluan. Jadi sebelum saya minta dosen-dosen saya bagus, sebelum saya minta dosen-dosen saya hebat, sebelum saya minta dosen-dosen saya untuk studi yang tinggi, sebelum saya minta dosen-dosen saya untuk punya jabatan akademik yang tinggi, dsb, saya dulu yang melakukan itu semua.”

Menjadi seorang rektor sekaligus satu-satunya guru besar di usia yang relatif masih muda di Unitersitas BSI, meski mengaku tak ngoyo sosok lelaki berusia 49 ini memiliki target bisa menjadikan kampus Unitersitas BSI sebagai salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia. “Saya itu termasuk orang yang nggak terlalu ambisi juga sih. Saya nggak terlalu, wah saya pokoknya harus gini gitu, nggak. Cuma memang saya punya target pingin menjadikan Universitas BSI itu masuk top 50 kampus di Indonesia dan mahasiswanya banyak. Itu sih pinginnya seperti itu. Ya mudah-mudahan nyampe lah,” pungkasnya.

Sementara itu, menjelang tahun ajaran baru, kampus yang dikenal dengan tagline, “Kuliah..? BSI Saja !!” saat ini sedang sibuk untuk menjaring para mahasiswa baru. Sejumlah strategi baru dilakukan, seperti pendekatan promosi di media sosial, atau melalui penyelenggaraan acara di sekolah-sekolah, seperti pertandingan olahraga antar Sekolah Menengah Atas (SMA) baik ditingkat kota atau kabupaten pada beberapa wilayah di Indonesia.