Apa yang Perlu Anda Ketahui tentang Gangguan Kepribadian Narsistik

Oleh: Angie (Editor) - 24 April 2024

Belakangan ini Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau Gangguan Kepribadian Narsistik telah menjadi isu yang populer dan ramai diperbincangkan, terutama di media sosial.

“Gangguan Kepribadian Narsistik telah menjadi isu yang populer dan ramai di media sosial. Namun, tanda-tanda bahwa Anda sedang berhadapan dengan seorang yang memiliki NPD bisa jadi tidak langsung dikenali, terutama pada tahap awal interaksi,” jelas dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp. K. J, Spesialis Kedokteran Jiwa.

Secara garis besar, NPD adalah salah satu gangguan mental yang membuat pengidapnya merasa sangat penting dan harus dikagumi. Mereka juga hampir selalu merasa lebih baik daripada orang lain di sekitarnya. Orang dengan NPD juga biasanya memiliki tingkat empati sangat yang rendah kepada orang lain serta memiliki kecenderungan untuk mudah tersinggung dan bisa dengan mudah merasakan depresi saat mendapat kritikan.

Kartika Soeminar, seorang survivor yang telah menghabiskan 23 tahun bersama pasangannya yang memiliki NPD, mengungkapkan betapa beratnya hidup bersama seseorang yang memiliki gangguan tersebut. Dia menekankan bahwa individu dengan NPD cenderung manipulatif dan sering memainkan peran sebagai korban, yang secara negatif memengaruhi kesehatan mental pasangannya.

Dalam sebuah acara Intimate Session di Twin House M Bloc, Jakarta Selatan, beberapa waktu silam, Kartika berbagi pengalaman pribadinya dengan penuh emosi. "Saya baru menyadari bahwa selama 23 tahun saya hidup dengan seorang yang mengalami NPD,” ungkap Kartika dengan nada terbuka.

Kartika mengungkapkan bahwa selama masa hubungannya sebelum menikah, pasangannya menunjukkan ciri-ciri Love Bombing, termasuk idealisasi dan ketergantungan yang kuat. Love Bombing adalah strategi manipulatif yang sering digunakan oleh individu dengan NPD untuk menarik perhatian dan memanipulasi pasangannya.

 

"Mereka menunjukkan cinta yang luar biasa terhadap diri kita pada awalnya. Seolah dia tidak akan bisa hidup tanpa kita," papar Kartika menggambarkan pengalaman yang dialaminya. Namun, setelah menikah, Kartika mengungkapkan bahwa sikapnya mulai berubah dan berganti menjadi perilaku manipulatif seperti gaslighting dan playing victim hingga memunculkan rasa takut dan ketidakstabilan mental. Bahkan dia sampai terpikir untuk mengakhiri hidup.

Menyadari bahwa dirinya bukan satu-satunya korban dari NPD, Kartika juga bertekad untuk terus mengedukasi orang lain tentang pengalaman pribadinya, dengan harapan dapat membantu mereka yang mengalami situasi serupa.

Perlunya mengidentifikasi gejala NPD dapat memberikan kesiapan yang lebih baik dalam menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian, terutama saat hubungan masih aktif, seperti di lingkungan kerja, dalam pertemanan, atau di dalam keluarga. Di tengah lanskap gangguan kepribadian yang kompleks, NPD sering kali menimbulkan ambigu dalam pengenalan karena manifestasinya yang sulit untuk diidentifikasi secara langsung.

Menurut ahli, berikut ini adalah beberapa gejala “halus” seseorang memiliki NPD yang sering terabaikan:

 

Menjadi self-centered dan memiliki kepercayaan diri yang terlampau tinggi

Gejala “halus” dari narsistik adalah ketika kepercayaan diri seseorang melampaui batas di mana mereka secara konsisten menyiratkan bahwa mereka lebih unggul dari orang lain. Misalnya, saat mengerjakan satu proyek kelompok, seseorang mungkin secara “halus” meremehkan ide orang lain, memposisikan saran mereka sebagai sesuatu yang lebih berwawasan luas atau berharga.

Selain itu, seseorang dengan NPD biasanya akan memiliki kecenderungan untuk memusatkan topik perbincangan menjadi tentang dirinya sendiri. Mereka mungkin mendengarkan Anda dengan penuh perhatian saat Anda berbagi cerita, tetapi orang dengan NPD akan menemukan cara untuk menyisipkan diri mereka sendiri ke dalam percakapan dengan perspektif dan pengalaman mereka.

Kurang memiliki rasa empati

Seseorang dengan NPD biasanya mengalami kesulitan untuk terhubung atau bahkan menempatkan diri mereka di posisi orang lain. Ini adalah salah satu alasan mengapa mereka memiliki kecenderungan untuk menjadi kejam dan eksploitatif. Kurangnya rasa empati juga terlihat dari keegoisan, pengabaian, dan kurangnya belas kasih atas apa yang dialami atau dirasakan orang lain.

Haus pujian dan validasi

Orang dengan NPD memiliki keinginan untuk terus diberi pujian dan apresiasi. Mereka juga berharap untuk diakui sebagai orang yang lebih unggul dibandingkan orang lain meskipun jika dirinya tidak memiliki prestasi. Orang narsisis mungkin terlihat sangat percaya diri. Namun, kebanyakan penderita NPD justru kurang percaya diri dan membutuhkan perhatian berlebihan dan kekaguman.

Sulit meminta maaf

Orang yang mengalami NPD cenderung tidak merasa bersalah atau sadar akan dampak perilaku mereka pada orang lain. Hal ini menyebabkan mereka menghadapi kesulitan untuk meminta maaf atau mengakui kesalahan mereka. Individu dengan NPD sering dipandang sebagai orang yang sombong dan memiliki sikap yang angkuh. Oleh karena itu, berdebat dengan seseorang yang memiliki kepribadian narsistik seringkali terasa sangat sulit, bahkan terasa mustahil.

Tidak memiliki batasan (boundary)

Batasan adalah fondasi penting dalam menjaga kesehatan fisik dan mental individu. Namun, orang yang memiliki (NPD) seringkali mengalami kesulitan dalam menghormati batasan tersebut. Sebagai contoh, ketika seseorang memiliki teman atau anggota keluarga yang secara berulang meminta bantuan, namun mereka merasa bahwa permintaan tersebut adalah sesuatu yang wajar. Padahal, situasi kita mungkin tidak selalu memungkinkan untuk memberikan bantuan yang diminta tersebut.

Selalu ingin mendapatkan yang terbaik

Tanda utama bahwa seseorang mungkin memiliki NPD adalah keinginan untuk selalu mendapatkan yang terbaik, sekilas merupakan hal yang wajar. Namun, reaksi yang berlebihan seperti kemarahan setiap kali harapan tidak terpenuhi bisa menjadi tanda bahaya. Sebagai contoh, ketika seseorang dengan NPD diminta untuk menunggu di restoran meskipun sudah melakukan reservasi, atau ketika mereka merasa meja yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan ekspektasi mereka, ini bisa menjadi pemicu kemarahan karena mereka merasa tidak dihargai dan tidak diperlakukan sebagai individu yang istimewa.