Ada Ancaman di Balik Vision Pro?

Oleh: Sahrudi Rais (Editor) - 16 April 2024

Belakangan ini viral video di media sosial yang memperlihatkan sekelompok manusia yang sibuk sendiri dengan kacamata canggih Vision Pro. Mereka melakukan aktivitas aneh di tengah banyak orang yang lalu lalang. Tak hanya di taman kota tapi juga di restoran bahkan saat berkendara.

 

Memang, kemajuan teknologi komunikasi (digital) banyak memberikan dampak positif dalam kehidupan sosial dan komunitas, salah satunya mempermudah komunikasi serta membantu menyebarkan informasi kebaikan kepada siapa pun dan di mana pun. Namun kondisi tersebut kadang membuat kita lupa dengan orang-orang terdekat. Padahal interaksi sosial (social human interaction dan face to face communication) adalah nilai budaya yang sebenarnya tidak dapat digantikan dengan teknologi di zaman modern ini.

Salah satunya yaitu dengan kehadiran piranti canggih bernama Vision Pro. Ya, sejak Apple resmi merilis kacamata augmented/virtual reality (AR/VR) Apple Vision Pro dengan harga $3,500 atau setara dengan Rp55 juta pada Jumat (2/2/2024), gawai ini disebutsebut hadir dengan membawa sejumlah teknologi terkini. Dengan harga mahal ini, Apple klaim sudah mematenkan 5.000 teknologi yang tersemat di dalam kaca mata tersebut. CEO Apple Tim Cook mengatakan, headset Vision Pro kini juga sudah digunakan oleh perusahaan seperti Walmart, Nike, Vanguard, Stryker, Bloomberg, dan SAP.

CEO Apple Tim Cook mengatakan bahwa Vision Pro akan menjadi teknologi masa depan. Bahkan pada hari pertama peluncurannya saja, banyak masyarakat yang terlihat langsung memakainya di jalanan. Dilansir dari Gizmochina, Vision Pro memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi dengan konten digital dalam lingkungan nyata melalui gerakan mata dan jari

Wajar kalau kemudian gawai ini telah mencuri perhatian banyak kalangan. Sampai-sampai CEO OpenAI, Sam Altman memberikan pujian kepada Vision Pro. Dia memuji headset realitas campuran terbaru dari Apple ini dengan menyebut sebagai salah satu terobosan teknologi yang paling mengesankan kedua setelah iPhone.

Altman yakin Vision Pro memiliki potensi yang sama besar dengan iPhone dalam mengubah cara manusia menggunakan teknologi. Dia menekankan bahwa ini adalah langkah besar dalam evolusi teknologi. Karena itu OpenAI tak mau ketinggalan dengan meluncurkan aplikasi ChatGPT untuk Vision Pro.

Pujian juga datang dari Elon Musk. Dikatakan oleh CEO SpaceX dan arsitek produksi Tesla, Inc., meskipun tidak sempurna, ada potensi besar untuk perbaikan Vision Pro di masa mendatang, mirip dengan perkembangan iPhone setelah peluncuran awal. Sejak dimulainya pra-pemesanan di Amerika, beredar video-video viral menunjukkan antusiasme warga terhadap tren kacamata canggih Apple Vision Pro dari Apple. Kacamata ini bukan sekadar kacamata biasa, melainkan perangkat canggih yang mampu menghadirkan lebih dari 600 aplikasi. Satu video diunggah akun Instagram @balichannel yang menunjukkan orang-orang sibuk dengan Vision Pro di kereta, di jalanan, dan di berbagai ruangan. Mereka berbicara sendiri, menggerakkan tangan dengan cara yang aneh, dan tampak tenggelam dalam dunia mereka sendiri. Hal ini tidak mengherankan, karena Vision Pro memungkinkan penggunanya untuk melakukan berbagai hal dengan kacamata tersebut. Pengguna dapat menonton film, acara TV, dan bermain game, serta berinteraksi dengan perangkat lain menggunakan mata, tangan, dan suara.

Vision Pro tampaknya akan menjadi tren orang-orang masa kini untuk mengubah cara hidup mereka. Dengan kemampuannya untuk menghadirkan dunia virtual yang imersif, kacamata ini dapat membuat penggunanya semakin betah sendiri dan terkoneksi dengan dunia digital. Tapi benarkah jika dibalik keasyikan Vision Pro ada bahaya mengintai yang siap merenggut korban? Misalnya ada yang menyebut perangkat komputer spasial, Apple Vision Pro, itu dikhawatirkan bakal merusak otak manusia penggunanya karena memaksimalkan koneksi WiFi dan Bluetooth. Dugaan itu mengemuka karena adanya kekhawatiran tingginya radiasi yang muncul saat koneksi WiFi dan Bluetooth terpasang sepanjang hari saat Apple Vision Pro digunakan. Apalagi Apple Vision Pro digunakan langsung di kepala yang terlalu dekat dengan otak.


Namun demikian menurut Apple Insider yang dilansir Senin (12/2/2024), kekhawatiran tersebut sebenarnya tidak berdasar. Apple Vision Pro justru sama sekali tidak membahayakan otak penggunanya. Sebab harus dipahami bentuk-bentuk radiasi yang ada saat ini.

Radiasi yang dihasilkan perangkat elektronik seperti Apple Vision Pro bukanlah radiasi pengion yang bisa mengionisasi atom-atom atau materi yang dilalui. “Apple Vision Pro tidak bersifat radioaktif, dan tidak ada apa pun di dalamnya yang secara radiologis membuat kerusakan,” jelas Apple Insider. Selain itu, frekuensi radio yang digunakan oleh Apple Vision Pro mentransmisikan tenaga yang sangat kecil untuk mengoneksi perangkat tersebut dengan Bluetooth atau WiFi. Selain itu posisi kedua sistem konektivitas itu diposisikan cukup jauh agar tidak bersentuhan langsung dengan tubuh manusia seperti di bagian kepala.

Konon dibanding Vision Pro, risiko lebih besar justru dialami jika kita melakukan rontgen gigi tiga kali dalam setahun, atau terbang secara komersial. Faktanya lagi, transmisi WiFi dan Bluetooth berbeda dengan jaringan frekuensi yang digunakan ponsel. Jadi, tidak perlu khawatir jika pemilik Apple Vision Pro memasang perangkat tersebut di kepala mereka setiap saat. 

Faktanya, dilansir dari The Verge, Senin (19/2/2024), sejumlah pembeli pertama kacamata VR/AR milik Apple, Vision Pro, dikabarkan telah mengembalikan produk tersebut ke toko tempat mereka membeli. Alasannya para pembeli merasa tidak nyaman, pusing, hingga mual setelah menggunakan kacamata seharga US$3.500 atau Rp54,7 juta itu. Para pengguna juga mengeluhkan bobot perangkat yang berat, yang sebagian besar berada di bagian depan. Memang, Apple sendiri kabarnya memperbolehkan pengembalian produk dalam waktu 14 hari setelah pembelian dan untuk gelombang pertama pembeli Vision Pro. Seorang insinyur mengungkapkan pengalaman negatifnya di media sosial X, mengeluhkan bahwa pengalaman pemrograman di Vision Pro tidak meyakinkan dan masalah fokusnya menyebabkan sakit kepala.

Pakar produk Parker Ortolani berpendapat Apple Vision Pro disinyalir dapat menyebabkan pembuluh darah di mata pecah. Setidaknya satu orang mengalami pengalaman serupa dengan mata memerah. Sementara Manajer Senior Google Carter Gibson mengaku kesulitan dalam melakukan multitasking antar ‘windows’. Gibson juga meragukan efisiensi dalam membuat slide di Vision Pro dibandingkan dengan menggunakan mouse dan keyboard.

Apakah Vision Pro sudah bisa didapat di Indonesia? Belum bisa dipastikan karena seperti dikutip dari MacRumor, peluncuran ini akan diperluas ke negara lain seperti Kanada dan Inggris menjelang akhir tahun 2024. ❏ (Rud)