Senja Kala ATM dan Kartu Debet?

Oleh: Angie (Editor) - 15 April 2024

Penggunaan transaksi digital melebihi penggunaan kartu ATM dan debit di Jakarta, menandai pergeseran menuju era QRIS yang semakin dominan dalam pembayaran.

 

Data menyebutkan, untuk Jakarta saja, penggunaan sistem transaksi digital di pasar tradisional dan pusat perbelanjaan telah mencapai lebih 3,9 juta pedagang (merchant). Sejak QRIS diluncurkan kurang lebih lima tahun lalu telah mendapatkan respons yang tinggi dari masyarakat. THE STORY Tingkat penggunaan dan transaksinya terus meningkat hingga sekarang. Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo jumlah transaksi digital banking seperti QRIS misalnya, meningkat pesat di tahun 2024. BI mencatat pada Januari 2024 saja nilai transaksi digital banking mencapai Rp5.335,33 triliun atau tumbuh 17,19% year on year (yoy). Hal itu jauh sekali dari penggunaan layanan kartu ATM, debit, dan kredit pada periode yang sama yang hanya Rp 692 triliun atau hanya tumbuh 2,58% (yoy).

“Transaksi Uang Elektronik (UE) yangtercatat di BI juga meningkat 39,28% (yoy) dengan nilai mencapai Rp83,37 triliun. Dimana nominal transaksi QRIS tercatat tumbuh 149,46% (yoy) dan mencapai Rp31,65 triliun. Uniknya dengan jumlah pengguna 46,37 juta dan jumlah merchant 30,88 juta, sebagian besar transaksinya dilakukan melalui UMKM,” ungkap Perry Warjiyo di Jakarta, Minggu (10/3/2024).

 Melihat nilai transaksi digital banking Bank Indonesia (BI), tersebut tak salah jika mengistilahkan bahwa saat ini masa kejayaan transkasi keuangan melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan kartu debit akan segera berakhir alias memasuki masa senja kala. Upaya menggenjot penggunaan QRIS memang menjadi sasaran BI dimana menurut Perry, BI kini menargetkan pengguna QRIS dapat menyentuh 55 juta pengguna di tahun 2024. Untuk mencapai target tersebut, BI melakukan perluasan kerja sama antarnegara guna meningkatkan volume transaksi dan mendorong inklusi Ekonomi Keuangan Digital (EKD). Saat ini, QRIS antarnegara sudah bisa digunakan di Thailand, Malaysia, dan terbaru adalah Singapura. Dengan Korea Selatan, Indonesia telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman.

Di tempat terpisah, Deputi Gubernur BI Filianingsih Hendarta mengungkapkan BI akan merealisasikan kerja sama penggunaan QRIS lintas batas dengan Jepang dan UEA dalam waktu dekat. “Berikutnya mungkin dengan Jepang. Mudah-mudahan bisa segera uji coba karena mereka sudah datang ke kita, sudah diskusi lebih dalam lagi,” ujar Filianingsih. Lebih lanjut ia mengatakan, kerjasama penggunaan QRIS dengan Thailand memang ada penurunan di volume tapi nominal tetap naik. “Transaksi inbound itu secara volume sebanyak 1.121 dengan transaksi outbound 23.715. Nominalnya, Rp 368 juta untuk inbound sedangkan outbondnya Rp10 miliar,” katanya. Sementara itu, dengan Malaysia meningkat, dari sisi volume mencapai 73.300, meningkat 10% outbondnya. Dari sisi nominal untuk inbound Malaysia ke Indonesia Rp 20 miliar, lalu Indonesia ke Malaysia Rp 2,9 miliar.

“Memang dari turis lebih banyak turis Indonesia ke Malaysia, tapi belanjanya dikit-dikit, justru yang Malaysia belanjanya banyak. Nah, Singapura juga ada turun sama untuk volume nominal tapi outbond meningkat mudah-mudahan setelah Januari bisa meningkat,” kata Filianingsih. Ia mengakui, Transaksi menggunakan QRIS yang tak lagi perlu menggunakan dolar AS ada sedikit penurunan pada Januari 2024. Hal itu dipengaruhi oleh transaksi turis yang menurun setelah penggunaan tinggi saat libur akhir tahun pada Desember 2023.

Sekelumit QRIS

Quick Response Code Indonesia Standard atau disingkat QRIS yang jika diistilahkan ke bahasa Indonesia adalah “Kode Respons Cepat Standar Indonesia” diperkenalkan oleh Bank Indonesia (BI) dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) untuk mengintegrasikan seluruh metode pembayaran nontunai di Indonesia. Peluncuran QRIS ini diperkuat melalui Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) No. 21/18/PADG/2019 tentang Implementasi Standar Nasional Quick Response Code untuk Pembayaran pada 16 Agustus 2019 dan resmi dipublikasikan pada 17 Agustus 2019 atau bertepatan dengan 74 tahun Indonesia merdeka.

Perry Warjiyo meluncurkan QRIS dengan jargon “Unggul”, yaitu pembayaran bersifat universal, sangat mudah dan aman (gampang), untung karena efisiensi pembayaran dan waktu dan menghasilkan transaksi saling menguntungkan antara pembeli dan penjual, dan langsung (dapat langsung terjadi dengan cepat).

Tidak seperti kode QR biasa yang hanya bisa dipindai dengan satu aplikasi PJSP, QRIS yang juga dapat digunakan untuk semua smartphone ini dapat dipindai dengan semua aplikasi PJSP yang terdaftar.

Untuk pembayaran via QRIS, ada dua cara yang disediakan yaitu secara statis dan dinamis. QRIS dinamis yakni akan muncul pada layar EDC atau monitor. Sedangkan QRIS statis biasanya dipajang secara permanen di etalase toko dimana setiap penyelenggara jasa sistem pembayaran menyediakan kode QR yang berbeda-beda untuk tiap merchant. Misalnya, pembeli harus memiliki GoPay jika merchant-nya hanya menyediakan kode QR GoPay. Karena dianggap tidak praktis, Bank Indonesia memutuskan untuk mengintegrasikan seluruh metode pembayaran, seperti GoPay, OVO, Dana, LinkAja, ShopeePay, MotionPay, dan seluruh penyelenggara jasa sistem pembayaran yang terdaftar di Bank Indonesia.

Terkait keamanannya, Bank Indonesia (BI) menjamin keamanan transaksi. Bahkan QRIS yang sekarang juga dapat dipakai untuk transfer, tarik tunai, serta setor tunai telahdiperkuat tingkat keamanannya.

BI konon telah mengembangkan keamanan berupa customer presented mode, yakni transaksi dilakukan secara pull payment, yakni merchant melalui acquirer menagihkan pembayaran ke akun nasabah. Jadi, nasabah akan menghasilkan kode QR yang kemudian dipindai oleh mesin merchant. Dengan cara ini, potensi penipuan atau kecurangan nantinya dapat diminimalkan. ❏ (Rud)