Tren Prostatitis Cenderung Dialami Para Pria Muda

Oleh: Angie (Editor) - 16 January 2024

Kaum Adam berisiko terkena masalah radang prostat (prostatitis), yaitu pembesaran prostat jinak (BPH) atau bahkan kanker prostat yang bisa melemahkan kualitas hidup dan menyebabkan kematian. 

 

Prostat merupakan kelenjar kecil dalam sistem reproduksi pria yang menghasilkan cairan putih kental, bercampur sperma dari testis untuk membentuk air mani. Bila kelenjar prostat meradang dan bengkak akibat infeksi bakteri, kondisi tersebut dapat menimbulkan rasa nyeri saat ejakulasi maupun buang air kecil.

"Radang prostat atau prostatitis paling sering disebabkan akibat  infeksi bakteri. Kondisi tersebut dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih sering di bawah 50 tahun dan ada 8,2% laki-laki akan mengalami kondisi ini selama hidupnya. Mereka yang terkena prostatitis biasanya mengalami nyeri di daerah selangkangan, mulut zakar, dan sensasi seperti terbakar di ujung kepala penis saat buang air kecil,” ujar dokter spesialis urologi RS Pondok Indah, dr Hilman Hadiansyah Sp. U.

Dia melanjutkan, saat ini, tren prostatitis cenderung ditemukan kepada pria berusia muda, khususnya yang berusia sekitar 30 atau 40 tahun. Faktor penyebabnya  antara lain adalah menahan buang air kecil, riwayat infeksi yang telah sembuh, dan duduk terlalu lama juga bisa menjadi sumber penyakit ini.

“Tak ada batasan waktu maksimal seseorang dapat menahan buang air kecil atau berkemih, agar tak terkena peradangan prostat atau prostatitis. Mengingat metabolisme tubuh setiap orang berbeda,” sambung dr. Hilman.

Sementara itu, faktor risiko yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan, yakni kebiasaan merokok dan konsumsi makanan mengandung pengawet. Untuk mendeteksi prostatitis, biasanya dokter menyarankan seseorang menjalani pemeriksaan antigen spesifik prostat (PSA).

“Itulah sebabnya, kita perlu sesekali untuk bergerak dan berdiri dari jangka duduk yang lama, karena untuk mengobati prostatitis tidaklah mudah dan obat yang dikonsumsi bukan hanya membutuhkan waktu seminggu, tapi bisa sebulan. Prostat selain membesar ukurannya juga dapat bertambah banyak selnya, sehingga mengarah pada kondisi Benign Postatic Hyperplasia  atau BPH, yaitu pembesaran prostat jinak,”  ungkap dr. Hilman.

 


Terjadinya penuaan usia, adanya sindrom metabolik antara lain hipertensi, dislipidemia obesitas dan faktor genetik menjadi faktor risiko seorang pria mengalami BPH. Khusus untuk faktor genetik, risikonya empat kali terjadinya pembesaran prostat jinak.

Penyebab kanker prostat sendiri sampai saat ini masih belum diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker prostat. Contohnya, seperti usia, gender (pria), genetik, obesitas, hingga pola hidup buruk. "Penyakit seperti kanker prostat memiliki insiden dan prevalensi yang mulai meningkat di Indonesia sebagian besar muncul, ketika sudah berada pada stadium lanjut," lanjut dr. Hilman.

Pada awalnya, gejala yang timbul tidak begitu berbeda dengan gangguan kesehatan pria lainnya. Namun, ada satu hal yang dapat mengidentifikasi tanda-tanda terjadinya kanker prostat, yaitu sakit pinggang. Sayangnya, gejala sakit pinggang sendiri pun sudah masuk ke dalam tahap stadium lanjut, bukan lagi gejala awal. Sebagai solusi, dr. Hilman menyarankan pria untuk melakukan pemeriksaan jika terjadi Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS). 

LUTS sendiri merupakan gejala saluran kencing yang menyebabkan overaktivitas kantung kencing (frekuensi, urgensi, dan nokturia). Hal ini diakibatkan oleh suatu keadaan atau penyakit yang jadi pemicu. Bila terdapat gejala LUTS, jangan ragu untuk datang ke dokter, jika baru gejala bisa terdeteksi lebih dini sebelum kanker menyebar. (Elly S | Foto: Istimewa)