Naskah: Gia Putri Foto: Sutanto/dok. pribadi
Didirikan pada 1965 silam, Universitas Trisakti (Usakti), Jakarta telah memberikan kontribusi besar bagi Indonesia. Universitas yang dijuluki “Kampus Pahlawan Reformasi” tersebut melahirkan sumber daya manusia yang tangguh, baik dari sisi ilmu pengetahuan, teknologi, dan kepribadian. Ratusan ribu alumninya tersebar luas di berbagai profesi, baik di dalam maupun luar negeri.
Di usianya yang menginjak 58 tahun, Usakti yang kini dinakhodai oleh Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, berhasil unjuk gigi di kancah global. Hal itu bisa dilihat dari 7 (tujuh) program studi yang telah terakreditasi internasional.
“Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti berhasil meraih Akreditasi Internasional Foundation for Business Administration Accreditation (FIBAA). Akreditasi ini berlaku selama 5 tahun ke depan. Selain FIBA, ada dua prodi yang mendapatkan akreditasi general dari IABEE (Indonesian Accreditation Board for Engineering Education), yaitu Teknik Industri dan Teknik Lingkungan. Lalu, empat prodi mendapatkan akreditasi profesional IABEE, yakni Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik Perminyakan, dan Teknik Pertambangan. Selain itu, ada 4 prodi yang sudah mendapat sertifikasi internasional dari ASEAN University Network-Quality Assurance (AUN-QA), yaitu Program Sarjana Hukum, Ekonomi Pembangunan, dan Arsitektur, dan Teknik Lingkungan,” ungkap kelahiran Kuningan, 22 Februari 1962 tersebut.
Dengan diraihnya akreditasi internasional, Prof. Kadarsah menuturkan, banyak dampak positif yang didapat, di antaranya meningkatkan branding dan reputasi Usakti. “Sehingga, Usakti semakin dikenal dan disegani masyarakat. Ini juga bisa meningkatkan kepercayaan diri dan kebanggaan dari civitas akademika. Dari FIBAA, kami juga mendapat feedback untuk menjadi bahan continuous improvement ke depan,” ia memaparkan.
Selain itu, Usakti juga berhasil mempertahankan 13 akreditasi nasional untuk sejumlah prodi maupun institusi. “Kita patut bersyukur, karena ini semua berkat kerja keras dari dosen, tenaga kependidikan (tendik), mahasiswa, dan dukungan dari berbagai pihak,” ujarnya.
Sepanjang 2,5 tahun Prof. Kadarsah memimpin, Usakti berhasil melahirkan 7 Guru Besar. Hal ini pun semakin meningkatkan dukungan serta kepercayaan masyarakat. Tentu hal ini merupakan hasil kerja keras dan kerja sama segenap pimpinan dan civitas akademika Usakti. Bukan hanya itu, tak sedikit perusahaan yang mendukung kegiatan akademik maupun non akademik melalui program Corporate Social Responsibility di Usakti.
“Teman-teman dosen banyak yang mendapatkan projek internasional, salah satunya dari Erasmus, Eropa. Mereka juga banyak diundang ke perguruan tinggi di luar negeri untuk menjadi dosen tamu. Bantuan alumni pun luar biasa, ada yang menyumbangkan peralatan praktikum dari perusahaannya hingga memberikan kesempatan magang kepada adik-adiknya. Hal yang tak kalah menggembirakan, kami mencoba melakukan inventarisasi pendapatan yang berasal dari nonmahasiswa, ternyata jumlahnya Rp270 miliar, dan hal ini berkat networking serta reputasi para dosen dan segenap pimpinan unit di lingkungan Usakti” tambah Prof. Kadarsah.
Pada 2023 ini, Usakti juga menorehkan banyak pencapaian membanggakan, baik dari segi akademik maupun non-akademik. “Hingga akhir November 2023, total medali yang kami raih sebanyak 185 buah, baik emas, perak, maupun perunggu. Di antaranya, 29 medali tingkat internasional, 110 medali tingkat nasional, 40 tingkat provinsi/wilayah, dan 6 tingkat universitas. Semangat mahasiswa semakin meningkat dan saya beruntung punya teman-teman pimpinan di jajaran rektorat maupun fakultas serta prodi yang punya passion untuk mengasuh adik-adik mahasiwa,” ungkap pria yang ingin menjadikan Usakti sebagai entrepreneurial university tersebut.
Keseriusan dalam mencetak prestasi mahasiswa dengan berbagai fasilitas dan program yang tepat menjadikan Usakti pada tahun yang lalu masuk peringkat pertama dalam memperoleh penghargaan prestasi mahasiswa di lingkungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah 3 Jakarta. Usakti memperoleh peringkat satu dengan prestasi nasional mahasiswa terbanyak di LLDIKTI.
Lebih lanjut, Prof. Kadarsah memaparkan, Usakti juga menorehkan pencapaian membanggakan dengan kembali masuk ke dalam jajaran universitas terbaik di Indonesia versi GreenMetric. "Pada 2021 Usakti berada di peringkat 74. Lalu pada 2022, kami naik ke peringkat 65. Dan, pada tahun ini kami berada di peringkat 56," jelasnya.
Program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka adalah program yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang bertujuan mendorong mahasiswa menguasai berbagai keilmuan guna bekal memasuki dunia kerja. Usakti telah menjalankan semua program MBKM, di antaranya terdapat beberapa program MBKM di Jurusan Teknik Industri FTI Usakti, yang pertama adalah Program Pertukaran Pelajar. “Aktivitas pertukaran mahasiswa ke perguruan tinggi lain sebesar 11,84 persen,” ungkapnya.
Selanjutnya Program Magang Industri, yaitu program Magang ke Mitra yang telah bekerja sama dengan Jurusan Teknik Industri selama beberapa bulan yang dapat memberikan pengalaman bagi mahasiswa bagaimana memahami lingkungan organisasi industri beserta permasalahan yang ada di dalam industri tersebut. Pengalaman bekerja ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi problem solving mahasiswa dan ketika lulus, mahasiswa tersebut sudah memiliki bekal yang cukup untuk langsung terjun ke dunia nyata. “Aktivitas magang mahasiswa sebanyak 64,8 persen,” tambah Prof. Kadarsah.
Yang terakhir adalah Program Green Technopreneurship, yaitu program untuk meningkatkan iklim technopreneur di lingkungan mahasiswa Teknik Industri dan memotivasi mahasiswa untuk berprofesi sebagai wirausaha yang berbasiskan teknologi yang berkelanjutan (Greentechnopreneur) sesuai visi dan kekhasan Universitas Trisakti setelah mereka lulus dari Program Studi Teknik Industri.
Prof. Kadarsah mengaku ada sejumlah kendala dalam pelaksanaan MBKM, antara lain belum banyak mahasiswa Usakti yang mendapatkan kesempatan program Indonesian International Student Mobility Award (IISMA).
Kendala kedua adalah belum banyak industri di Indonesia yang berkomitmen memiliki research and development atau R&D. “Walaupun demikian, kami bersyukur tahun lalu Usakti mendapatkan penghargaan sebagai perguruan tinggi dengan jumlah dana terbanyak matching fund tahun 2022 di lingkungan LLDIKTI Jakarta, mudah-mudahan ke depannya bisa ditambah lagi dengan industri yang punya komitmen untuk melakukan kegiatan matching fun,” harapnya. Sementara kendala dalam pertukaran pelajar, yaitu Usakti belum memiliki asrama.
Menutup pembicaraan, Prof. Kadarsah menguntai harapannya, agar civitas akademika Usakti dapat berkarya sekaligus memberikan kontribusi positif bagi lingkungan. “Apa yang kita miliki hari ini bukan milik kita, melainkan titipan dari generasi yang akan datang. Oleh karena itu, peliharalah sebaik-baiknya. Bukan hanya urusan lingkungan, tetapi pangan, energi, air, dan kehidupan. Kita wajib jaga sustainability,” pungkasnya.