Dhaniswara K. Harjono (Rektor Universitas Kristen Indonesia)

Oleh: Syulianita (Editor) - 05 June 2023

Mendorong Mahasiswa Bersikap Entrepreneurship

Wawancara: Suci Yulianita Naskah: Imam Fathurrohman Foto: Sutanto

Berlatar belakang seorang entrepreneur, Dr. Dhaniswara K. Harjono, S.H., M.H., MBA memiliki style khas dalam memimpin Universitas Kristen Indonesia (UKI). Sejak didapuk menjadi rektor ke-16 UKI untuk periode 2018-2022 dan kembali dipercaya memimpin untuk kali kedua hingga tahun 2026, Dr. Dhaniswara mengenalkan entrepreneurship sejak dini kepada mahasiswanya.

Menurutnya, memiliki jiwa entrepreneur bagi mahasiswa merupakan kebutuhan vital, apapun program studinya. Bukan dalam konteks entrepreneur sebagai seorang pengusaha saja, melainkan jiwa entrepreneur. Artinya para mahasiswa harus selalu berpikir kreatif, inovatif, profesional, bertanggungjawab, dan berintegritas. “Itu penting karena basic dari entrepreneur adalah seperti itu. Dan entrepreneur ini pantang menyerah, nggak ada kata gagal. Pasti mereka akan terus mencari jalan,” ujar Rektor UKI ini yang juga merupakan salah satu Wakil Ketua Umum di KADIN Indonesia saat Men’s Obsession berkunjung ke kantornya di Menara KADIN beberapa waktu lalu.

Sosok yang selalu bersemangat ini pun merasa beruntung karena pemerintah berperan membuka keran entrepreneurship melalui kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Melalui program ini, misalnya, terbuka kesempatan bagi pengusaha dan profesional untuk mengajar, kendatipun para pengajar bukan berasal dari program studi yang sama dengan obyek pengajarannya.

Dr. Dhaniswara berdalih, jiwa entrepreneur akan menjadi bekal para mahasiswa di kemudian hari sehingga mereka tidak hanya menunggu kapan diterima bekerja, tapi mereka akan berkreativitas sambil menunggu kesempatan bekerja dengan melakukan kegiatan yang kreatif. Apalagi di sisi lain, saat ini Indonesia mendapatkan bonus demografi, di kala usia produktif melebihi usia dari non produktif. Akan menjadi sangat bahaya jika generasi muda yang jumlahnya mayoritas justru menjadi tidak produktif karena tidak punya jiwa entrepreneur dan tidak punya kreativitas.

“Saya melihat ini memang seharusnya seluruh Perguruan Tinggi melakukan itu, supaya lulusan perguruan tinggi nggak jadi beban bagi negara tetapi justru menjadi bagian dari solusi negara untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran,” tandasnya.


Karakter Khas Mahasiswa UKI

Selama menerapkan kebijakan entrepreneur, Dr. Dhaniswara merasa mahasiswa UKI memiliki style dan karakter yang berbeda dengan lulusan perguruan tinggi lainnya. Apa itu? Yakni pantang menyerah, ngotot dalam artian positif, dan tumbuh menjadi sosok fighter. Pria bersahaja kelahiran 26 Oktober 1960 ini meyakini jika Tuhan menciptakan manusia dengan talenta yang berbeda-beda. Berdasarkan keyakinan inilah ia tak bosan menyemangati para mahasiswanya untuk terus mengeksplorasi kemampuan dan menggali potensinya sehingga menemukan talenta yang sesungguhnya mereka miliki.

Untuk mendukung hal itu, Dhaniswara pun menerapkan sistem dimana para mahasiswa bisa bekerja di industri dalam satu semester, misalnya, dan satu semester lainnya mereka bisa mengikuti program mengajar, dan lainlain. Bahkan juga pertukaran mahasiswa. Hingga saat ini sejumlah mahasiswa UKI ada yang mengikuti pertukaran mahasiswa antar pulau dan pertukaran mahasiswa ke luar negeri juga. Di luar negeri, ada mahasiswa UKI yang mengikuti pertukaran pelajar di Italia, Filipina, Thailand, Taiwan, dan negara lainnya.

Baginya, memiliki breakthrough seperti ini penting dilakukan. Karena di era disrupsi seperti saat ini ada tiga hal yang harus dilakukan, yaitu berkolaborasi, inklusif, dan progresif. Melalui ketiga langkah inilah maka Dhaniswara ingin membawa UKI menjadi lembaga pendidikan yang mengakar kuat di tingkat nasional, berwawasan global, dan berkiprah di level internasional.

Untuk mewujudkannya, saat ini UKI telah meningkatkan fasilitas di sejumlah bidang. Ada ruang moot court yang sudah berskala nasional bagi laboratorium Fakultas Hukum yang bersertifikat ISO 9001, 2015. Demikian juga ruang laboratorium bagi program studi Hubungan International di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dimana juga terdapat ruang sidang PBB untuk simulasi yang sudah bersertifikat ISO 9001, 2015. Selain itu, ada juga laboratorium bahasa untuk pendidikan Bahasa Inggris dari Fakultas Sastra Inggris, yang juga sudah bersertifikat ISO 9001, 2015. Dengan kesemua fasilitas yang mumpuni inilah, tak heran jika UKI menjadi perguruan tinggi ke-28 di Indonesia yang meraih Akreditasi UNGGUL dari BAN-PT.

 

Rektor Komplit

Civitas akademika UKI pantas berbangga memiliki Dr. Dhaniswara. Oleh banyak kalangan, ia disebut sebagai rektor “komplit” yang serba bisa. Bukan tanpa alasan, selain seorang akademisi, Dr. Dhaniswara juga merupakan pengusaha dan praktisi hukum. Maknanya, selain memiliki kemampuan mengajar, ia juga memiliki jiwa entrepreneur yang membuatnya piawai mengelola manajemen kampus. Di sisi lain, kemampuannya sebagai praktisi hukum membuatnya paham bagaimana membuat dan mengimplementasi regulasi dan advokasi secara paripurna. Dr. Dhaniswara yang dikenal memiliki jaringan luas ini, juga senang tantangan dan berlari kencang. Pertama, ia mengaku pernah merasa heran bahwa UKI yang merupakan universitas swasta tertua ketiga di Tanah Air belum pernah sekalipun dikunjungi Presiden RI. Maka tak lama setelah dirinya terpilih menjadi Rektor, ia pun berupaya meminta kesediaan Presiden RI Joko Widodo untuk hadir dalam Dies Natalis UKI ke65. “Walhasil, Presiden RI pun hadir saat Sidang Terbuka Senat UKI dalam rangka Lustrum XIII Dies Natalis UKI ke-65 pada Senin, 15 Oktober 2018,” ungkapnya.

Kedua, berlari kencang yang dimaksudnya adalah mengerek prestasi dan memoles UKI menjadi lembaga pendidikan yang luar biasa. Baginya, UKI merupakan bagian dari desain negara. Bahkan Rektor pertama UKI adalah Menteri Pengajaran yang kedua setelah Ki Hajar Dewantara. Artinya, negara ini sangat serius membangun UKI sehingga seluruh civitas akademika di dalamnya juga harus sangat serius menggarap UKI.

Tak heran, dalam setiap kesempatan ia selalu menegaskan bahwa UKI adalah bagian dari warisan negara dan merupakan kampus Bhinneka Tunggal Ika. “UKI dibangun dan didirikan oleh lebih dari satu suku dan memiliki kesamaan visi-misi untuk menjadi bagian penting dalam membantu pemerintah mewujudkan tujuan dari negara Indonesia, yakni menjadi negara sejahtera menuju masyarakat yang adil dan makmur,” pungkas Dr. Dhaniswara.