Ojat Darojat (Rektor Universitas Terbuka)

Oleh: Syulianita (Editor) - 04 June 2023

Dipercaya Memimpin Asosiasi UT Se-Asia

Naskah: Gia Putri Foto: Edwin B.

Kiprahnya di bidang pendidikan tak perlu disangsikan lagi. Betapa tidak selain dipercaya menjadi Rektor UT selama dua periode, Prof. Ojat Darojat, M.Bus., Ph.D., kembali terpilih menjadi President Asian Association of Open Universities (AAOU), asosiasi perguruan tinggi jarak jauh se-Asia untuk masa jabatan 2023-2025.

Sebelum pemilihan, sebagian besar anggota General Body Meeting (GBM) menyatakan penghargaan kepada Prof. Ojat karena selama menjabat sebagai Presiden AAOU banyak inisiatif baru yang dilakukan, serta laporan keuangan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini adalah sejarah bagi AAOU dan UT. Sebelumnya, setiap periode, Presiden AAOU selalu berganti. Tiga tahun lalu, Prof. Ojat terpilih secara aklamasi. Pada periode kedua, Prof. Ojat pun mendapat 13 suara dari 14 institusi yang berhak memilih. Angka mutlak yang diperoleh menandakan UT dipercaya oleh institusi pendidikan jarak jauh di Asia. 

“Tiga tahun ke depan, AAOU harus menjadi pemain kunci dalam perkembangan dunia pendidikan jarak jauh di dunia. Saya akan memperkenalkan dan membawa nama AAOU dalam berbagai kesempatan,” ujar Prof. Ojat kepada Men’s Obsession. Ia juga mengungkapkan, Sekretariat AAOU akan melaksanakan sejumlah program baru, selain tetap menjalankan program yang sudah berlangsung.

Di UT, Prof. Ojat kerap mengatakan kepada jajarannya, ia adalah kapten yang menakhodai sebuah kapal besar karena UT mahasiswanya banyak dan tersebar, bukan hanya di 514 kabupaten/kota dan 38 provinsi di Indonesia, tetapi juga di lebih 50 negara. Oleh karena itu, UT harus memiliki beragam program masterpiece untuk bisa menjalankan mandat dan amanah yang dipercayakan kepada UT terkait 3 hal, yakni untuk meningkatkan pemerataan akses pendidikan tinggi yang berkualitas pada masyarakat, semakin membuka akses kepada orang-orang yang sudah bekerja agar mereka bisa meningkatkan kompetensi dan kualifikasinya melalui jenjang pendidikan tinggi, serta untuk menambah daya tampung perguruan tinggi di UT. “Ini adalah PR penting buat kita karena salah satu cita-cita pemerintah adalah bisa mengantarkan SDM Indonesia menuju Indonesia Emas tahun 2045,” papar pria yang hobi bermain tenis lapangan ini.

Tak hanya itu, UT pun tengah mempersiapkan sejumlah program studi baru untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan masyarakat dalam menghadapi perkembangan dunia kerja/usaha. Sebagai upaya untuk meningkatkan layanan pendidikan, UT juga menjamin ketersediaan dan pemerataan bahan ajar sebagai penunjang pembelajaran jarak jauh.

Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2022 tentang Universitas Terbuka sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH), UT mendapat keleluasaan dalam berinovasi, baik di bidang akademik maupun di bidang non-akademik. Salah satunya, pembukaan program studi baru S-1 dan pascasarjana yang sesuai dengan minat masyarakat ataupun kebutuhan dunia usaha/industri.

“Seiring dengan kenaikan status UT menjadi PTN-BH, kami akan membuka sejumlah program studi baru sesuai dengan kebutuhan dan permintaan masyarakat. Tentunya akan dilakukan kajian dan analisis terlebih dahulu agar keputusan yang diambil dapat sesuai dengan kebutuhan dan permintaan,” paparnya. Beberapa program studi S-1 yang akan dibuka, antara lain Desain Komunikasi Visual, Data Science, Agroindustri, Perpajakan, dan Digital Marketing. Selain itu, akan dibuka pula program pascasarjana Ilmu Hukum dan Ilmu Komunikasi.

Sembari melaksanakan program tersebut, tahun ini Prof. Ojat juga berupaya agar prodi di UT meraih rekognisi internasional. “Sejak 2005, UT telah menerima Quality Certificate dari International Council for Open and Education (ICDE). Sekarang kami ingin rekognisi dilakukan pada level prodi, yang tengah kami persiapkan adalah beberapa prodi pada Fakultas Ekonomi&Bisnis (FEB) dan prodi pada Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik (FHISIP), sehingga segmen pasar kami tak hanya dinikmati masyarakat Indonesia, tetapi juga dapat kami tawarkan kepada mahasiswa luar Indonesia,” papar pria yang kembali dipercaya sebagai Focal Point Quality Network for ICDE Quality Network untuk wilayah Asia periode 2023-2024 ini.

Selama beberapa waktu terakhir, pendaftaran mahasiswa UT terus bertambah. Pada akhir 2022, ada 412.697 mahasiswa baru dan mahasiswa yang mendaftar ulang. Jumlah tersebut meningkat dibanding awal tahun yang sama, yakni 346.088 mahasiswa. Prof. Ojat menargetkan jumlah mahasiswa di tahun ini bisa mencapai 500.000 orang pada penerimaan mahasiswa baru tahun ini dan 1 juta mahasiswa pada 2025. 

Sebagai kampus yang didirikan menggunakan basis pembelajaran jarak jauh, UT percaya diri dalam menerapkan program Merdeka Belajar yang digagas oleh Kemendikbudristek. Mahasiswa UT diarahkan dapat belajar secara mandiri dan atas prakarsa sendiri. Bahan ajar yang dirancang sejak awal juga khusus untuk dapat dipelajari mandiri, sejalan dengan prinsip program Merdeka Belajar. “Sejak didirikan pada 4 September 1984, UT sudah menerapkan prinsip Merdeka Belajar. Kami memberikan kesempatan kepada mahasiswa sesuai kapasitas, waktu, biaya, dan faktor lain yang berkontribusi pada proses perkuliahan mereka,” jelas pria berdarah Sunda ini.

UT pun kini semakin mengukuhkan jati dirinya sebagai perguruan tinggi terdepan dalam pembelajaran secara jaringan. UT bahkan diberikan kepercayaan dari Kemendikbudristek untuk menjadi Ketua Konsorsium dari Indonesia Cyber Education Institute (ICE-I). Anggotanya ada banyak perguruan tinggi terkemuka di Tanah Air, antara lain Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Telkom University, hingga Binus University.

Menutup pembicaraan, Prof. Ojat mengungkapkan amanah yang diembannya sebagai Rektor UT dan Presiden AAOU dapat dijadikan momentum beramal ibadah untuk sharing pengetahuan dan pengalaman. “Semoga saya bisa memberikan yang terbaik bagi civitas akademika di UT, masyarakat, dan bangsa Indonesia. Saya juga berharap UT menjadi yang terdepan di Asia dalam penyelenggaraan pendidikan jarak jauh dengan standar global yang menjangkau semua orang termasuk yang hidup di daerah terpencil,” pungkasnya.