Listyo Sigit Prabowo
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Naskah: Imam F. Foto: Istimewa
Sejak dilantik menjadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) pada 27 Januari 2021, Jenderal Pol. Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si menoreh garis jelas pada institusi yang dipimpinnya. Mantan Ajudan Presiden RI Joko Widodo ini mengusung “Presisi” sebagai slogan Polri yang merupakan akronim dari prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan.
Melalui slogan tersebut, Jenderal Listyo berharap dapat menjadikan pelayanan kepolisian bertransformasi lebih terintegrasi, modern, mudah, dan cepat. Oleh karenanya, Jenderal Listyo berjanji akan memenuhi rasa keadilan dengan membuat hukum diberlakukan secara benar. Hukum tidak tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Rasa keadilan harus dilakukan dengan mengedepankan instrumen hukum progresif melalui penyelesaian dengan prinsip keadilan restoratif.
Dua tahun menjabat Kapolri, Jenderal Listyo membuktikan bahwa “Presisi” tak semata slogan atau jargon. Perwira tinggi kelahiran Kota Ambon, 5 Mei 1969, ini terbukti mampu mengaplikasikannya pada sejumlah program dan kinerja gemilang Polri. Tak heran jika di bawah kepemimpinannya, Polri berfungsi yang memberikan perlindungan, pengayoman serta pelayanan kepada masyarakat di Indonesia masuk ke peringkat lima besar sebagai negara dengan institusi polisi terbaik di dunia. Hal ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan Gallup Global Law and Order Index 2022, di Amerika Serikat.
Prestasi gemilang Jenderal Listyo salah satunya terungkap saat ia sukses menguak tabir kasus pembunuhan Brigadir Joshua yang melibatkan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Irjen Ferdy Sambo serta sejumlah petinggi Polri lainnya. Tindakan ini tentu harus diapresiasi tinggi sebagai bukti keberanian dan ketegasan Kapolri yang telah menerapkan hukum untuk tidak hanya tajam ke bawah, tapi juga tajam ke atas.
Bersama mantan Kabareskrim ini, Polri memang memiliki ‘wajah’ lebih bermartabat karena menerapkan presisi di segala sisi. Polri mengalami perubahan yang terencana, sistematis, masif dan terstruktur. Dampaknya, Polri saat ini mendapat sambutan luar biasa di tengah masyarakat, terutama dengan pendekatan humanis yang diterapkan dalam program restorative justice. Program ini menjadikan penegakan hukum yang dilakukan jajaran kepolisian lebih humanis dan menghormati martabat manusia.
Sebelum menjadi Kapolri, rekam jejak positif karier Jenderal Listyo yang dikenal dekat dengan para ulama dan kiai ini juga terekam jelas. Saat menjadi Kabareskrim, ia tercatat sukses menyelesaikan kasus-kasus yang dianggap besar dan rumit. Misalnya, tak lama setelah dilantik, tim teknis yang dibawahinya saat itu menangkap dua penyerang penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
Bareskrim juga sukses mengusut kasus pembobolan kas bank BNI cabang Kebayoran Baru senilai Rp1,7 triliun lewat letter of credit (L/C) fiktif dengan tersangka Maria Pauline Lumowa. Di bawah arahan Jenderal Listyo jugalah Bareskrim saat itu sukses menangkap buronan narapidana kasus korupsi pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali, Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko Tjandra.