Borobudur Riwayatmu Kini

Oleh: Giatri (Editor) - 01 July 2022

Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah merupakan salah satu destinasi super prioritas yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. Candi dengan banyak stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi.

Candi Borobudur merupakan situs arkeologi candi Buddha dan monumen Buddha terbesar di dunia. Di sini terdiri dari enam teras berbentuk bujur sangkar yang di atasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi 2.672 panel relief, serta terdapat 504 arca Buddha.

Arsitektur dan pahatan batu candi ini tiada banding. Pasalnya, dibangun tanpa menggunakan semen atau mortar. Strukturnya seperti sekumpulan balok lego besar yang saling mengunci yang disatukan tanpa lem. Tak heran jika Borobudur terdaftar oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia.

Borobudur dibangun bukan demi tujuan komersil, tetapi untuk menanamkan nilai-nilai agama dan pusat pemujaan masa lalu. Tempat pelimpahan kebajikan, bahkan dipakai oleh para raja dan umat Buddha sebagai pemujaan. Namun, seiring perkembangan zaman, Borobudur tak hanya menjadi tempat suci, tapi juga menjadi tempat yang bernilai ekonomi.

Setelah dipugar pada tahun 1983, Borobudur dibuka sebagai destinasi wisata. Jutaan orang berkunjung ke sana. Dan kegiatan ini terus berlangsung hingga kini. Keputusan menjadikan Borobudur sebagai objek wisata sedikit mengurangi nilai kesakralannya. Siapapun boleh datang dan memasukinya.

Situasi ini diperparah dengan perilaku beberapa pengunjung yang tidak etis dan tidak menghargai keberadaan dari Borobudur itu sendiri. Tak sedikit pengunjung yang melanggar aturan, mulai dari menaiki stupa, memasuki daerah terlarang, hingga melakukan vandalisme.

Tak hanya itu, saat hari raya waisak, ada pengunjung yang mengabaikan norma kesopanan. Membuat kegaduhan, mengambil tempat yang sangat dekat dengan para banthe yang tengah berdoa dan memotretnya tanpa izin sembari menyalakan flash berkali-kali.

Di balik kemegahannya, Candi Borobudur juga menyimpan banyak misteri, terutama terkait hilangnya kepala-kepala arca Buddha yang hingga kini belum ditemukan. Menurut catatan Balai Konservasi Borobudur (BKB), dari 504 arca Buddha yang ada di candi peninggalan Wangsa Syailendra abad ke-8 itu, terdapat sebanyak 248 arca yang kini dalam kondisi tanpa kepala.

Padahal penjagaan di sana sangatlah ketat sehingga menjadi tidak mungkin jika kepala arca tersebut dicuri oleh orang lain. Namun, tak sedikit orang berspekulasi bahwa ada oknum yang memperjual-belikannya. Ada pula yang mengatakan, hilangnya kepala arca tersebut terjadi di zaman penjajahan Belanda dan saat peristiwa bom Candi Borobudur pada tahun 1985.

Terkait dengan pelestarian Borobudur, Purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Udara, Marsma (purn) Akbar Linggaprana mengatakan, Borobudur bukan sekadar destinasi wisata semata, tetapi merupakan situs warisan dunia. Oleh karena itu, perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan.

“Secara pribadi saya berharap warisan dunia ini tetap lestari, terjaga kebersihan dan keutuhannya dengan pengembalian bagian-barang yang hilang atau rusak, sehingga bisa dilihat dan dikenal generasi selanjutnya. Untuk itu, kepada masyarakat atau pengunjung agar bisa menaati atutan yang ada, khususnya tidak melakukan vandalism,” ungkap pria berdarah Jawa tersebut yang saat ini aktif melukis.

Hal tersebut bisa terlaksana, sambungnya, jika pemerintah dan pengelola kawasan Borobudur menerapkan aturan khusus kepada pengunjung dengan pengawasan yang ketat, seperti membatasi kuota pengunjung yang mau naik dan membatasi area yang boleh dikunjungi, karena adanya erosi dibagian tenggara situs.

Pemerintah sendiri sudah mengambil sikap untuk menjaga dan melestarikan Borobudur, yakni akan membatasi jumlah pengunjung yang naik ke atas candi. Tidak semua pengunjung bisa mendaki hingga puncak.

"Kuota untuk naik ke candi dibatasi, mungkin 1.200. Sehingga, harus daftar online," ungkap Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Selain itu, pengunjung yang naik ke candi mesti menyewa jasa pemandu wisata. Mereka juga diwajibkan menggunakan alas kaki khusus untuk mencegah kerusakan pada candi.

Saran UNESCO

The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) memiliki pandangan berbeda terkait wacana pemerintah untuk membatasi pengunjung yang naik ke Candi Borobudur.

UNESCO menegaskan tujuan utama pengelolaan Candi Borobudur bukan kepentingan komersial. Pemanfaatan candi secara ekonomi disesuaikan tanpa mengganggu nilai sejarah dan budaya.

Direktur UNESCO Kantor Jakarta, Mohamed Djelid mengatakan, pemerintah Indonesia perlu memberikan perhatian serius melindungi Candi Borobudur. “Saya ingin menyampaikan pesan yang berbeda, Indonesia harus melindungi situs ini. Sungguh. Situs ini punya nilai sejarah dan ini tidak untuk tujuan komersial. Tapi lebih pada aspek budaya dan sejarah,” ungkap Mohamed Djelid dilansir dari suara.com.

Dia menggarisbawahi sebagai situs warisan dunia, Borobudur bukan hanya milik Indonesia, tetapi seluruh warga dunia. Karena alasan itu, orang dari seluruh dunia datang ke Borobudur. “Situs ini adalah situs warisan dunia dan saya kira Indonesia harus berbangga soal itu. Artinya harus menjaganya atau mengurusnya," paparnya.

UNESCO menilai perlu membuat sistem manajemen kunjugan yang berpihak pada upaya pelesatarian. Jumlah pengunjung perlu disebar ke beberapa kawasan sehingga tidak terkonsentrasi pada kompleks Candi Borobudur. “Idenya tidak untuk menghentikan kunjungan. Sebaliknya kami mengundang orang untuk datang dan menikmati (Candi Borobudur). Tapi juga penting untuk melindungi situs,” imbuhnya.

UNESCO misalnya menggandeng beberapa komunitas warga Borobudur untuk membangun wisata berkelanjutan. Membangun pariwisata berbasis pemberdayaan masyarakat.

Mohamed Djelid berharap wisata memberikan keuntungan untuk komunitas di sekitar Candi Borobudur. Warga sekitar kawasan dapat hidup sekaligus menghidupi candi. “Situs ini harus memberikan keuntungan untuk komunitas di sekitar Candi Borobudur. Komunitas menjadi bagian dari situs, menjadi bagian dari monumen," pungkasnya.

Dari Angkot Wat Hingga Menara Pisa

Banyak yang membandingkan Candi Borobudur dengan Angkor Watt. Lantaran, situs UNESCO yang dibangun pada abad ke-12 tersebut juga sama-sama candi.

Pemerintah Kamboja membebaskan seluruh warga negara atau turis lokal masuk ke Angkor Wat. Namun, demi menjaga kelestarian bangunan bersejarah tersebut, aturan untuk pengunjung yang akan masuk ke kuil Hindu yang dibangun pada abad ke-II ini lebih ditegaskan. Setiap 100 meter terdapat petugas yang mengawasi seluruh pengunjung.

Selain itu, setiap pengunjung yang masuk harus melewati pemeriksaan petugas yang sangat ketat. Pengunjung pun diberikan informasi tentang batu yang tidak boleh diinjak karena reruntuhan. Orang yang hendak syuting film juga wajib mendapatkan surat izin dari Kementerian Kebudayaan Kamboja.

Lain lagi pemerintahan Italia, yang telah mengeluarkan kebijakan tegas dalam upaya pelestarian Menara Pisa, yakni pengunjung tidak lagi diperbolehkan untuk menaiki menara yang telah melawan gravitasi selama berabad-abad lamanya.

Walaupun tidak boleh lagi dinaiki, menara yang dibangun pada Agustus 1173 ini tetap menjadi objek foto yang menarik. Kebanyakan orang berpose seakan-akan sedang mendorong menara ini supaya tidak miring.

 

 Foto: OMG & Wikipedia