'Tangan Dingin' Supomo Selamatkan KUMKM di Masa Pandemi

Oleh: Syulianita (Editor) - 24 November 2021

Naskah: Salampessy Foto: Dok. Pribadi

Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) cepat bergerak dan tepat sasaran dalam menjalankan perannya menyelamatkan KUMKM di era pandemi Covid-19 ini. Tengok saja performa apik LPDBKUMKM menyalurkan pinjaman/ pembiayaan kepada KUMKM. Hingga 11 November 2021, salah satu BLU Kementerian Koperasi dan UKM ini telah berhasil menyalurkan dana bergulir sebanyak Rp1,284 triliun yang telah disalurkan kepada 162 mitra.

"Dengan rincian, untuk pola pinjaman konvensional sudah menyalurkan sebesar Rp667 miliar yang disalurkan kepada 104 mitra, sedangkan untuk pola pembiayaan syariah sudah menyalurkan sebesar Rp616 miliar yang disalurkan kepada 58 mitra. Ini merupakan pencapaian yang baik dan saya sangat optimis penyaluran dana bergulir hingga akhir tahun nanti dapat mencapai target,” papar Supomo, Dirut LPDB-KUMKM kepada Men’s Obsession.

Supomo tak menafikan bahwa pandemi menjadi kendala yang dihadapi oleh LPDB dalam melakukan penyaluran dana bergulir. Mulai dari keterbatasan dalam pengecekan langsung ke lapangan untuk memastikan koperasi penerima pinjaman/pembiayaan memiliki kondisi yang sehat, baik dari sisi kelembagaan, operasional dan keuangan. Selain itu, LPDB juga tidak memiliki kantor cabang.

“Namun kita memiliki lima kantor satuan tugas wilayah di lima Provinsi di Indonesia yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Riau, dan Sulawesi Selatan. Walaupun begitu, kendala tersebut dapat kami atasi dengan terus bersinergi bersama Dinas Koperasi dan UKM di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, serta para pemangku kebijakan atau stakeholder guna mempercepat dan menyukseskan penyaluran dana bergulir, agar dapat mencakup ke seluruh wilayah di Tanah Air,” tekadnya.

Hal itu sesuai lima strategi yang diimplementasikan dalam percepatan penyaluran dana bergulir untuk pemulihan ekonomi nasional. Pertama, percepatan perluasan penyaluran melalui komunitas. Kedua, melakukan fleksibilitas layanan dengan memberikan tarif murah dan pemberian grace period. Ketiga, fokus kepada koperasi sektor riil dibidang pertanian, perikanan, dan peternakan. Keempat, melakukan pengembangan skema venture approach untuk mendorong koperasi dibidang pangan atau berbasis ekspor, serta yang kelima, optimalisasi peran koperasi besar untuk memberikan multipliyer effect.

“Inilah tantangan besar dan target ke depan. Kami juga akan terus berkomitmen untuk menyalurkan dana bergulir sesuai dengan target yang diberikan tahun ini yakni sebesar Rp1,6 triliun,” pungkasnya.

Diakuinya, pandemi ini memang benar-benar sangat memengaruhi kondisi perekonomian di Indonesia. “Tapi, kami dari manajemen LPDBKUMKM langsung bergerak cepat dengan mendata mitra-mitra LPDBKUMKM yang kondisi usahanya mengalami kesulitan-kesulitan akibat dampak dari Covid-19 ini,” imbuhnya.

Tahun lalu saja, lanjut Supomo, pihaknya sudah menerapkan beberapa kebijakan seperti restrukturisasi pinjaman/pembiayaan kepada koperasi dan UMKM yang terdampak Covid-19 serta program Pemulihan Ekonomi Nasional untuk membantu para pelaku usaha khususnya koperasi dan UMKM. “Alhamdulilah, banyak mitra kami yang terdampak, perlahan-lahan usahanya mulai bangkit dan dapat bertahan ditengah pandemi Covid-19 ini,” ujarnya.

Dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional khususnya bagi pelaku koperasi dan UMKM, Supomo menyampaikan bahwa LPDB-KUMKM memiliki beberapa program, salah satunya adalah program Inkubator Wirausaha dan di tahun 2021 ini telah bekerja sama dengan 8 Inkubator terpilih yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia yakni; Badan Inovasi dan Inkubator Wirausaha Universitas Brawijaya (BIIW); Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inkubasi Universitas Airlangga; Cubic Inkubator Bisnis; Pusat Inkubator Bisnis-Oorange Universitas Padjajaran; Inkubator Bisnis LPPM Universitas Udayana; Siger Innovation Hub (SigerHub); Pusat Pengembangan Inovasi dan Inkubator Bisnis Teknologi Universitas Tanjungpura Kalimantan Barat; Pusat Inkubator Bisnis Universitas Ottow Geissler Papua.

Supomo berharap dengan adanya program inkubator ini dapat membantu pelaku usaha ataupun startup dalam mendapatkan proses pembelajaran karena tujuan dari inkubasi ini adalah untuk menciptakan lapangan kerja bagi para pelaku usaha. “Bukan hanya membuka lapangan pekerjaan baru, tetapi juga membantu perekonomian nasional untuk tumbuh kembali yang saat ini tengah menghadapi himpitan akibat pandemi Covid-19, dan juga meningkatkan rasio kewirausahaan di Indonesia,” ia menyampaikan.

Secara persentase, Indonesia menduduki posisi yang kecil untuk jumlah wirausaha, yakni di posisi 3,47 persen, relatif rendah dibandingkan Thailand 4,26 persen, Malaysia 4,74 persen, dan Singapura 8,76 persen. Sementara populasi penduduk Indonesia saat ini sekitar 270 juta jiwa di mana 68,75 persen masuk dalam usia produktif dengan generasi milenial 69,90 juta jiwa atau 25,87 persen dan generasi Z 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen dari populasi.

Perguruan tinggi memang memiliki peran penting dan strategis dalam penciptaan wirausaha baru, dari kalangan mahasiswa maupun dari stakeholder lainnya. Pendekatan inkubasi sangat penting agar anak muda dapat diajak dari awal dan mendapatkan bimbingan serta wawasan untuk menjadi wirausaha termasuk merumuskan bisnis plan.

Mereka perlu disiapkan untuk menjadi pengusaha dan dibantu agar bisa dengan mudah mengakses skema pembiayaan, pasar, dan digitalisasi khususnya kredit perbankan yang terbilang masih cukup rendah. Sampai saat ini, porsi kredit perbankan Indonesia untuk UMKM disebut hanya sekitar 20 persen. Sementara di negara lain sudah cukup tinggi, misalnya di Korea Selatan yang mencapai 80 persen, Singapura 39 persen, Thailand 50 persen, Malaysia 51 persen, dan Jepang 66 persen.