Gilarsi W. Setijono (Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero))

Oleh: Syulianita (Editor) - 26 August 2020

 

 

Strategi Jitu Berkelit dari ‘Kematian’

Naskah: Gia Putri Foto: Dok. PT Pos

 

“Pada era disrupsi, kejayaan Pos Indonesia tergerus oleh perkembangan teknologi. Berbagai upaya untuk tetap survive dan berkelit dari ‘kematian’ dilakukan, yakni budaya kerja, model bisnis, dan proses bisnis, teknologi dan infrastruktur." 

Pada November 2015, Gilarsi Wahyu Setijono diamanahi sebagai Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero). Gilarsi menuturkan, penunjukannya sebagai nakhoda Pos Indonesia tidak datang begitu saja. Ia pun berbagi kisah hingga akhirnya menjadi orang nomor satu di perusahaan pelat merah tersebut.

Awalnya, ia memutuskan kembali ke Indonesia pada 2007 untuk menyehatkan PT Shafira Corporation Enterprise, perusahaan busana muslim yang dibidaninya. Dari jaringan yang dimilikinya, reputasi Gilarsi sebagai profesional yang mampu menyehatkan perusahaan sakit pun terdengar sampai Kementerian BUMN dan langsung ditawari untuk memimpin Pos Indonesia.

Gilarsi mengaku dari diskusi awal, ia selalu menghindari tawaran tersebut dengan berbagai alasan. “Karena saya tidak pernah tumbuh besar di lingkungan BUMN. Namun, akhirnya muncul semacam nurani, Pos Indonesia adalah salah satu perusahaan negara yang usianya lebih tua dari republik ini, tentu sudah banyak memberikan sumbangsih. Terus apa yang Anda berikan kepada bangsa ini? Akhirnya, saya tergerak ingin melakukan sesuatu untuk Indonesia dan ini jalannya,” tegasnya. Perusahaan yang berdiri sejak 26 Agustus 1746 silam ini memang membutuhkan perubahan besar demi keberlangsungan usaha dan 28.000 pegawainya. Ada tiga hal yang menjadi prioritas Gilarsi dalam menyehatkan Pos Indonesia, yakni budaya kerja, model bisnis, dan proses bisnis, teknologi dan infrastruktur.

Gilarsi tak menampik, pada era disrupsi saat ini kejayaan Pos Indonesia tergerus oleh perkembangan teknologi. “Upaya kami untuk tetap survive dan berkelit dari kematian memang tidak mudah,” tuturnya.

Eksistensi Pos Indonesia, sambung Gilarsi, diimpit regulasi serta menjamurnya financial technology (Fintech). Dari segi regulasi, sejak 2014 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan POJK nomor 19 tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif. Peraturan tersebut membuat pelayanan Pos Indonesia pada sektor keuangan terancam. Terlebih, pemerintah terus mendorong keuangan inklusif, di mana penyaluran bantuan tunai yang selama ini dipanggul oleh Pos Indonesia banyak beralih ke sektor bank dan nonbank.

“Namun, kami tidak boleh kehilangan harapan. Sebab, ada hal yang tidak bisa digantikan oleh teknologi, yakni jasa pengiriman barang. Apalagi muncul e-commerce,” jelasnya.

Ia mengatakan, industri e-commerce sesungguhnya disokong oleh tiga pilar utama, yakni market place, kurir logistik, dan jasa pembayaran. Dua pilar terakhirlah yang sedang dibidik oleh Pos Indonesia. “Kami harus mencari celah di tengah munculnya perusahaan lain yang menawarkan jasa serupa dengan kemasan yang lebih kekinian,” tandasnya. Untuk menunjang bisnis logistik, rak sortir konvensional dikonversi menjadi mesin automatic sorting center (ASC).

Sedangkan untuk meningkatkan layanan jasa keuangan, Pos Indonesia meluncurkan POSGIRO MOBILE. Hal ini sekaligus menjadi upaya perseroan dalam mendukung strategi nasional dalam meningkatkan Inklusi Keuangan di Indonesia.

Lebih lanjut ia menuturkan, pada masa pandemi Covid-19, seluruh Kantor Pos dan Kantor Regional menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Hal ini bertujuan untuk mencegah dan melindungi karyawan dari penyebaran wabah virus Corona di lingkungan Pos Indonesia. 

Gilarsi memberlakukan tiga tahap masa transisi dengan memberlakukan work from home (WFH) dan WFO flexibility agar tidak terjadi penyebaran klaster baru di lingkungan kerja. Selain itu, seluruh karyawan yang berpotensi melakukan komunikasi dengan pasien positif atau ODP akan difasilitasi untuk melakukan rapid test dan SWAB.

Di tengah kesibukan Pos Indonesia mendistribusikan Bantuan Sosial di seluruh wilayah Indonesia, Pos Indonesia juga menginisiasi beberapa inovasi sebagai bentuk kesiapan menghadapi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Salah satunya, mengoptimalkan jasa kurir dan logistik dengan memanfaatkan layanan antar-jemput (pick up service) melalui aplikasi QPosinAja yang dapat diunduh oleh pelanggan.

Pelanggan juga dapat melakukan tracking dan cek tarif di aplikasi ini. Dengan adanya fitur pembayaran secara cash on delivery (COD), pelanggan bisa membayar secara tunai ketika barang sampai di tangan mereka. Melalui aplikasi tersebut, pelanggan dapat melakukan pengiriman barang tanpa harus keluar rumah. Hal ini sejalan dengan komitmen Pos Indonesia, yaitu memberikan layanan terbaik bagi pelanggan di seluruh Indonesia.

Dedikasi untuk Negeri

Memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-75, pemerintah melalui PT Pos Indonesia (Persero) menerbitkan prangko seri Bersatu Melawan COVID-19, Musik Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden, dan 75 Tahun Indonesia Merdeka.

Gilarsi mengatakan, prangko tidak hanya menjadi alat bayar atau bea pengiriman surat, dikoleksi, komoditas, bahkan alat investasi atau piranti diplomasi, akan tetapi juga mengandung makna kesadaran kolektif sebagai sebuah bangsa besar.

Prangko juga berguna sebagai media visualisasi produk kebudayaan dan peradaban masyarakat Indonesia yang kelak akan menjadi benda memorable dan tak lapuk oleh zaman serta dikenang sepanjang masa. “Prangko bukanlah sekadar pengganti alat bayar resmi semata, tetapi juga merupakan dokumen yang lahir dari sebuah keputusan negara,” tukas Gilarsi.

lebih lanjut ia menguntai harapannya di usia Indonesia ke-75 tahun semoga kesenjangan antara masyarakat kota dan desa bisa diatasi. “Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Oleh karena itu, salah satu yang kami lakukan adalah berfokus membantu pertumbuhan UMKM di rural area melalui protokol peer to peer (P2P) yang diterapkan,” imbuhnya.

Ia juga menggarisbawahi, Pos Indonesia tak akan berhenti untuk terus berinovasi di dalam memberikan dedikasi pada negeri ini. “Semoga one day, bangsa ini bisa mengandalkan Pos Indonesia. Semboyan kami adalah harus menjadi juara. Ketika saya purna tugas nanti, semoga spirit continuous improvement di seluruh insah Pos Indonesia terus berkobar,” pungkas pria yang mengemban filosofi hidup menjadi orang yang bermanfaat tersebut.