Benny Irnaldy, Super Teamwork untuk Pencapaian Tertinggi

Oleh: Syulianita (Editor) - 24 January 2020

Naskah: Suci Yulianita Foto: Edwin Budiarso

 

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Ungkapan tersebut sangatlah tepat bagi Benny Irnaldy. Sejak kecil Benny telah mengenal seperti apa hiruk pikuk dan suka duka dunia perhotelan, lantaran sang ayah yang juga berprofesi sebagai hotelier hingga menjabat GM sebuah hotel pada puncak kariernya. Itulah yang kemudian membuatnya begitu jatuh cinta pada dunia hospitality dan memilih mengabdikan diri pada industri ini.

 

Dengan ramah, Benny bercerita banyak kepada Men’s Obsession kala kami berkesempatan mengunjunginya di hotel yang terletak persis di seberang kawasan wisata Ahpoong Sentul ini. Perbincangan selama satu jam tak terasa karena pemandangan yang menyejukan mata dari Three Sixty Sky Lounge di ketinggian lantai 11. Masih teringat betul dalam benak Benny betapa indahnya masa kecil yang nomaden, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat baru lantaran tuntutan profesi ayahnya kala itu.

 

“Dari situ saya jadi menemukan banyak pengalaman, banyak teman dari berbagai etnis. Jadi akhirnya menjadi kebutuhan bahwa saya ingin memiliki banyak relasi dan terbawa sampai sekarang. Dan, akhirnya saya memilih berkarier di hospitality karena sudah mendarah daging dalam hidup saya,” Benny mengenang masa-masa itu.   

 

Selain itu, menurut Benny, semua yang terjadi dalam hidup ini, dimulai dari hubungan sesama manusia, profesi apapun, tidak lepas dari hospitality. Ia mencontohkan dimulai dari ucapan salam yang selama ini terlihat sepele, namun di situlah hospitality sesungguhnya yang ternyata sudah ada dalam setiap jiwa manusia. “That’s why i like in hospitality industry,” imbuhnya.

 

Mengawali karier di hospitality industry sejak tahun 1993 di sebuah hotel di Sumatera, Benny tentu sudah banyak makan asam garam kehidupan. Hotel demi hotel di penjuru negeri telah menjadi bagian kariernya. Ia bahkan pernah bekerja di sebuah hotel di pulau terpencil di Sumatera. Pengalaman demi pengalaman inilah yang kemudian menempanya, hingga menjadi pucuk pimpinan tertinggi di sebuah hotel, menjabat General Manager. Hingga pada September 2019 lalu, karier Benny berlabuh pada The Alana Hotel & Conference Center, Sentul. Sebuah hotel yang menawarkan keindahan pemandangan dan suasana asri yang memang dicari masyarakat Jakarta selama ini.

 

 

Menurut Benny, The Alana sebagai salah satu hotel dari operator besar, Archipelago Hospitality ini menjadi tantangan baginya, lantaran hotel tersebut sudah berdiri megah, memiliki unique selling point berada di kawasan strategis dengan pemandangan alam membentang, sehingga menjadi pilihan tepat untuk tamu berlibur dan mengadakan meeting. Meski demikian, bukan berarti Benny berpuas diri, justru ia tak ingin terlena. Bersama timnya, ia pun segera bergerak mencari inovasi baru.

 

Sebagai hotel MICE, The Alana Sentul menghadirkan ruang meeting tak sekadar untuk meeting, namun lebih dari itu. Tersedia hiburan yang bisa digunakan tamu untuk refreshing sejenak di sela-sela meeting, seperti meja biliar dan soccer table. “Meeting room kita juga berbeda. Jika biasanya meeting room tertutup dinding, kita sangat terbuka dengan pemandangan hijau melalui kaca besar, jadi alami menggunakan cahaya matahari pada siang hari,” ungkap Benny. 

 

Selain itu, hal lain yang menarik dari The Alana adalah keseluruhan kamar berjumlah 271 kamar ini, memiliki balkon dengan pemandangan alam. Tak ketinggalan F&B yang juga menjadi perhatiannya. The Alana menyediakan beragam masakan dengan rasa yang menggugah selera, apalagi untuk masakan nusantara. The Alana bahkan tak segan mengeluarkan menu jengkol, petai, bahkan durian yang selama ini jarang sekali ada dalam menu hotel. Gerobak khusus mi instan dan kopi instan yang tersedia pada saat breakfast juga menjadi favorit tamu. Tak ketinggalan minuman khas nusantara, aneka pilihan jamu tersedia, dan kabar baik bagi yang sedang melakukan diet keto, tersedia pula menu khusus diet no carbo dan no sugar tersebut.

 

Tak hanya untuk kebutuhan MICE, Benny beserta tim juga berpikir keras bagaimana hotel ini menjadi pilihan leisure untuk tamu yang berlibur bersama keluarga, antara lain dengan menyasar kebutuhan anak-anak yang menurutnya menjadi decision maker ini. Selain fitness centre dan pool yang sangat instagramable, The Alana menyediakan kids club dengan ukuran yang cukup besar, area breakfast khusus anak-anak, tempat mereka sesama anak-anak berkumpul dan bersosialisasi sembari sarapan, dan mini bioskop dengan kualitas terbaik setiap malam minggu. “Dengan begitu, anak-anak tidak hanya happy, tapi akan terus minta berlibur ke sini lagi. Karena menurut saya, decision maker untuk sebuah perjalanan berlibur itu siapa, ya mereka, anak-anak,” urai ayah dua anak ini.   

 

Kerja kerasnya selama ini berbuah manis. The Alana Hotel & Conference Center Sentul mampu mencapai revenue tertinggi dari semua hotel di Archipelago Group selama tiga bulan kepemimpinan Benny. Namun ia merasa belum cukup, ia masih memiliki target yang kini tengah dikembangkan The Alana, yakni akan memanfaatkan ruang di lantai dua menjadi outlet dengan konsep semi outdoor, yang jika digabungkan dengan area kolam renang serta sebagian besar meeting room akan dapat memfasilitasi event wedding/gathering dengan kapasitas 1000 orang.

 

Menutup pembicaraan, Benny memaparkan mimpi mulianya ingin meninggalkan legacy di industri hospitality dengan turut berkontribusi dalam menjadikan Indonesia benar-benar menjadi ‘zamrud khatulistiwa’. “Saya ingin Indonesia yang katanya zamrud khatulistiwa ini betul-betul bisa menjadi zamrud. Indonesia siap dikunjungi kapan saja tanpa halangan apapun karena saya sudah dilahirkan berkarir dan hidup di perhotelan, dan itu adalah bagian dari pariwisata. Sehingga, saya tidak mau meninggalkan dunia hospitality ini tanpa legacy. Nah, legacy itu yang jadi cita cita saya,” papar pria yang selalu melihat segala sesuatunya dengan positive thinking ini.