Tuhiyat, Wujudkan Transportasi Modern Melalui MRT

Oleh: Syulianita (Editor) - 23 January 2020

Naskah: Subhan Husaen Albari Foto: Sutanto

 

Impian Ibu Kota Jakarta memiliki mode transportasi yang ramah, cepat, dan modern kini sudah terjawab dengan hadirnya Mass Rapid Transit (MRT). Sebuah karya monumental ini lahir dari tangan putra-putri bangsa yang tangguh. Salah satunya adalah Tuhiyat. Ia ternyata memiliki banyak gagasan dan loyalitas yang tinggi untuk mewujudkan MRT Jakarta. Berkat kerja kerasnya, ia kini mampu memegang peranan penting sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Korporasi PT MRT Jakarta.

 

Tuhiyat merupakan salah satu orang yang ikut berjuang membangun MRT Jakarta di masa-masa awal pada tahun 2013 lalu. Dengan jumlah empat orang direksi saat itu, ia satu-satunya yang masih tersisa. Ia mantap berlari mengejar ketertinggalan untuk membangun MRT di Jakarta. Enam tahun bekerja ekstra keras, impiannya pun sudah terwujud, wajah Jakarta kini tampak lebih modern dan maju dengan hadirnya MRT Jakarta. Mode transportasi yang ramah lingkungan ini sudah menjadi milik bersama sekaligus menjadi kebanggaan warga Jakarta. 

 

Keputusan Tuhiyat untuk bergabung menjadi Direktur Keuangan & Administrasi PT MRT Jakarta pada 2013 lalu sebenarnya tidak begitu menguntungkan secara ekonomi. Sebab, jabatan terakhirnya sebagai Senior Manager di PT Antam Tbk, pendapatannya sudah lebih dari cukup. Ia bahkan sudah dipromosikan untuk menjadi salah seorang direktur. Namun, ia tidak hanya berpikir secara ekonomis semata. Ia justru merasa terpanggil hatinya untuk membenahi transportasi di Jakarta yang lebih modern dan ramah lingkungan.

 

Pria kelahiran Serang, 2 Februari 1966 ini memang dikenal sebagai seorang akuntan yang andal. Lebih dari 11 tahun ia mengawali karirnya sebagai seorang PNS di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang kerap melakukan audit terhadap lembaga negara dan pemerintahan serta BUMN. Namun, ia akan merasa lebih terpanggil dan tertantang untuk berkarir di luar pegawai negeri sipil. Akhirnya, ia memutuskan untuk keluar dan bergabung ke PT Antam Tbk pada 2001 sebagai senior auditor. 

 

Perlahan tapi pasti, karir Tuhiyat terus melonjak naik, hingga dipercaya menjadi senior manager. Pada 2012, ia sempat ikut fit and proper test yang tinggal menyisakan segelintir orang  dari seluruh Indonesia di Kementerian BUMN, yang dipimpin Dahlan Iskan pada saat itu, untuk menjadi salah satu direksi di PT Antam Tbk. Dua minggu sebelum pelaksanaan RUPS PT Antam Tbk, ia tiba-tiba dipanggil oleh ajudan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta saat itu untuk menghadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ia diminta langsung untuk membenahi transportasi di Jakarta dengan membangun MRT Jakarta.

 

“Kesempatan saya untuk menjadi direksi di PT Antam sebenarnya sudah di depan mata. Tinggal satu langkah lagi. Namun, akhirnya itu tidak terjadi. Takdir berkata lain. Saya putuskan saat itu untuk ikut membangun MRT Jakarta karena jika Jakarta dan Indonesia tidak dibangun MRT, maka akan terus tertinggal khususnya dalam hal transportasi karena saya merasa kemacetan yang begitu luar biasa di Jakarta serta budaya yang harus diubah,” ujar Tuhiyat saat ditemui Men's Obsession di ruang kerjanya.

 

Sesuai Perda DKI Jakarta No. 9 Tahun 2018 tentang Perseroan Terbatas MRT Jakarta (Perseroan Daerah) tentang BUMD, Tuhiyat bersama empat direksi lain diberi mandat untuk melaksanakan tiga tugas berat, yakni membangun prasarana dan sarana MRT Jakarta, pengoperasian dan perawatan prasarana dan sarana MRT Jakarta, serta pengembangan dan pengelolaan properti atau bisnis di stasiun dan kawasan sekitarnya.

 

Fase awal atau fase I tugasnya adalah membangun  MRT Jakarta dari Lebak Bulus sampai Bundaran HI. Tugas itu sudah diselesaikan dengan baik. Masa awal di PT MRT Jakarta, Tuhiyat tidak hanya mengurusi soal keuangan. Ia hampir seperti direktur umum karena tugasnya juga ikut menangani urusan pengadaan barang dan jasa. Kemudian, mengurus manajemen IT dibidang teknologi digital. Ia ingin mengubah sistem administrasi dari cara lama atau manual menuju digitalisasi. 

 

Lalu, mengurusi legal division yang diberi tanggung jawab di bidang hukum untuk seluruh proyek MRT Jakarta. Kemudian terakhir, ia juga diberi tugas untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia atau human capital. “Human capital ini yang paling berat karena saya berhadapan dengan orang hidup. Nah, human capital ini saya berhadapan dengan karyawan yang tadinya berjumlah sekitar 30-an orang, sekarang sudah bertambah menjadi kurang lebih 660 orang. Langkah awal saat itu saya melakukan MoU dengan Akademi Perkeretaapian Indonesia di Madiun untuk mencari bibit-bibit unggul. Lalu, Sekolah Tinggi Transportasi Darat dan ketiga adalah mengambil SDM yang terbaik dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia,” jelasnya. Sebagai Direktur Keuangan, Tuhiyat menerapkan prinsip bahwa seluruh proses penganggaran, proses verifikasi, lalu pengeluaran pembayaran sampai dengan tahap reporting harus berdasarkan prinsip governance. Sebab, dengan itu, semua pekerjaan perusahaan bisa berlangsung dengan cepat dan benar. Selain itu, untuk mengembangkan perusahaan, dirinya juga membuka kolaborasi atau kerja sama dengan perusahaan lain dan terakhir meningkatkan kualitas digitalisasi di semua aspek bisnis yang dikembangkan. 

 

“Salah satu inovasi saya soal keuangan adalah saya akan mengkoneksikan dengan banking. Semua transaksi di bank tak perlu di-input, di sini sudah langsung. Ini yang  sedang saya garap insya Allah 2020 sudah bisa diterapkan, sehingga operasional perusahaan bisa berlangsung efektif dan efisien. Kemudian, kami melakukan transaksi e-Ticketing dengan QR Code yang terintegrasi dengan e-wallet dan membangun financial modelling system,” jelasnya.

 

Di masa kepemimpinan Tuhiyat, kinerja PT MRT Jakarta sudah terlihat semakin maju. Laba PT MRT Jakarta di tahun pertama operasi diproyeksikan sebesar Rp60 miliar. Keuntungan diperoleh dari pendapatan non-farebox, seperti iklan, telekomunikasi, naming rights atau penamaan stasiun, dan penyewaan ruang ritel. Sementara, pendapatan farebox atau dari tiket mencapai Rp180 miliar dengan posisi rata-rata penumpang per hari sebanyak 84.000 orang. Sedangkan, pendapatan non-farebox, seperti naming rights mencapai Rp225 miliar. Selain itu, pendapatan subsidi bisa mencapai Rp560 miliar dan pendapatan lain-lain dari bunga bank dan selisih kurs. Kini Tuhiyat bersama yang lain tengah membangun kembali jalur MRT Jakarta menuju Kota Tua sampai dengan Ancol Barat. Pembangunan fase II itu akan dimulai pada 2020. Targetnya pembangunan akan selesai pada 2024 mendatang.