Universitas Lambung Mangkurat

Oleh: Syulianita (Editor) - 03 December 2019

Bersama Cetak SDM Unggul

Naskah : Giattri
 

Dipercaya menjadi Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) selama dua periode, Prof. Dr. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc. mampu menjalankan amanahnya dengan baik, ia berhasil menyulap kampus kebanggaan urang Banua ini menjadi universitas terkemuka dan bercita rasa internasional.

 

Tilik saja pencapaian besar yang ditorehkan ULM pada 19 Maret lalu, perguruan tinggi di Kalimantan Selatan ini mendapat akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Dari 4.500 perguruan tinggi seluruh Indonesia, hanya ada 94 universitas yang institusinya meraih akreditasi A. “Target saya, di periode kedua ini ULM mendapat akreditasi internasional, seperti dari UAN-QA (Asean University Network-Quality Assurance),” ungkap Sutarto penuh semangat.

 

Menyongsong Indonesia Emas pada 2045, perguruan tinggi menjadi salah satu tumpuan. Ini menjadi sebuah tantangan, di mana lulusan perguruan tinggi diharapkan tidak hanya kompeten secara akademik, tapi juga memiliki karakter unggul serta kreatif dan inovatif. Menjawab tantangan tersebut, Sutarto pun menjuruskan berbagai program peningkatan mutu pendidikan. Dari peningkatan kualitas tenaga pendidik hingga mendorong lulusan berdaya saing.

 

“Kami akan mendorong dosen ULM untuk menulis jurnal internasional,” tukasnya. Semakin banyak jurnal internasional yang diterbitkan, sambung Sutarto, otomatis kualitas tenaga pendidik ULM tak perlu diragukan lagi. Tak hanya itu, ULM juga terus mendorong para dosen untuk mencapai jabatan akademik tertinggi sebagai profesor karena diyakini semakin banyak guru besar akan semakin meningkat kinerja lembaga. “Kami bertekad bahwa ULM ini satu prodi minimal satu guru besar terus kami gaungkan,” tegasnya.

 

Sejumlah prestasi pun dipatri civitas akademika, di antaranya 15 hak paten inovasi dan penemuan sepanjang 2019. “Peraih paten mendapat penghargaan sekaligus uang Rp15 juta per paten. Saya sangat senang karena dari target 5 paten sesuai kontrak saya dengan Pak Menteri, Alhamdulillah berhasil tercipta 15 paten,” ungkap Sutarto.

 

Mulai tahun depan, Sutarto mewajibkan setiap dosen harus meneliti sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Bahkan, rektorat akan menyiapkan dana minimal Rp20 miliar dari anggaran universitas untuk kegiatan penelitian. “Sehingga, kalau seluruh dosen meneliti, dalam setahun paling tidak ada 300 sampai 400 judul penelitian yang bisa masuk di jurnal nasional dan internasional serta mendapat hak paten juga lebih banyak,” terang kelahiran Banjarmasin, 31 Maret 1966 ini. Lebih lanjut Sutarto menuturkan, sandaran terakhir kita adalah pendidikan. Sekolah punya tanggung jawab besar menciptakan sumber  daya manusia (SDM) yang unggul. Perguruan tinggi mempunyai tanggung jawab yang bahkan lebih besar, menjadikan lulusan sekolah menengah menjadi SDM yang kreatif, inovatif, dan kompetitif. Tak kalah penting, tanggung jawabnya untuk menciptakan inovasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

 

Karenanya, ia pun selalu mendukung mahasiswanya untuk berkarya. Upayanya berbuah manis, di antaranya Wasaka Team yang beranggotakan 16 mahasiswa Fakultas Teknik ULM yang berasal dari sejumlah prodi, yakni Prodi Teknik Mesin, Teknik Kimia, Teknik Lingkungan, dan Teknik Pertambangan berhasil menciptakan mobil listrik. Mobil ramah lingkungan tersebut pun kini sudah digunakan untuk operasional kampus. “Tren sekarang memang mobil listrik. Jadi, kami berikan dukungan penuh pendanaan pembuatannya. Ini prototipe pertama, tapi saya berharap mobil ini terus dikembangkan menjadi city car atau sejenisnya dengan kecepatan yang lebih bagus,” harapnya. 

 

Pretasi lainnya adalah Aida Fitriah, mahasiswi ULM Prodi Studi Kimia, mahasiswi dari Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) ULM, berhasil lulus sebagai delegasi Kalimantan Selatan untuk Indonesian Youth Marine Debris Summit (IYMDS) 2019. Terpilih menjadi satu-satunya delegasi di Provinsi Kalsel pada ajang dua tahunan ini tentu bukanlah hal yang sepele. Apalagi sampah laut khususnya sampah plastik memang telah menjadi permasalahan selama ini, yang mana Indonesia sendiri menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia.

 

Aplikasi yang digagas Aida dengan sistem menjemput sampah ini membuat masyarakat lebih praktis membuang sampah tanpa harus repot-repot keluar rumah. Tidak hanya itu, di aplikasi ini juga menyajikan edukasi yang menambah pengetahuan masyarakat terkait sampah. “Mahasiswa teknik pertambangan ikut mining competition kami juga support, Alhamdulillah juara nasional. Mahasiswa kedokteran juga langganan juara di tingkat ASEAN. Saya pikir, mahasiswa ULM potensinya besar, sepanjang kami memberikan dukungan yang konstruktif, mereka bisa tumbuh menjadi SDM yang unggul dalam bidangnya masing-masing,” terang Sutarto. 

 

Kerja sama dengan kampus lainnya dilakukan, semisal dengan University of Colorado, Denver, Amerika Serikat, Universitas Padjadjaran (Unpad), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan MIT dalam riset di bidang teknologi transportasi, dan beberapa perguruan tinggi dalam negeri menerima hibah untuk mendirikan sebuah pusat penelitian kolaboratif (Center for Collaborative Research/CCR), dari program kerja sama Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan US Agency for International Development (USAID), yakni The Sustainable Higher Education Research Alliances (USAID SHERA).

 

“Selain itu, kami juga bekerja sama dengan Utsunomiya University (Jepang), Newcastle University (Australia), Universiti Kebangsaan Malaysia, dan Philippine Women’s University,” tambah Sutarto. Menutup pembicaraan ia menguntai, tahun 2015-2019 ia mempersiapkan ULM mencetak SDM yang unggul dan berdaya saing. “Tahun 2019-2023, kami harus memiliki Pusat Unggulan IPTEK Nasional di bidang kajian lahan basah. Lalu pada 20232027,  kami harus menjadi pusat unggulan IPTEK dalam bidang lahan basah di Asia Pasifik. Saat ini kami sedang memantapkan diri untuk membentuk pusat unggulan IPTEK di bidang lahan basah ini,” pungkas pria murah senyum tersebut.