PT INKA (Persero) Mengubah Wajah Baru Industri Kereta API Indonesia

Oleh: Iqbal Ramdani () - 12 March 2019

Naskah: Subhan Husaen Albari Foto: Istimewa

Kereta api merupakan moda transportasi yang paling banyak diminati masyarakat Indonesia. Dalam perkembangannya produksi kereta api Indonesia di bawah naungan PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA kian maju dan berkembang pesat. Beragam peremajaan dilakukan guna memenuhi kebutuhan zaman. Bahkan, Indonesia patut berbangga kereta api yang diproduksi INKA kini bisa menembus pasar Asia.

 

INKA optimis ke depan bisnis kereta api tidak akan pernah mati. Sebab, kereta api dipilih karena menjadi moda trasportasi massal yang aman, nyaman, dan terjangkau. Kota-kota besar di dunia terbukti memanfaatkan kereta api untuk mengatasi kemacetan yang merupakan imbas dari pertumbuhan ekonomi dan menggerakkan mobilisasi manusia. Mengingat kebutuhan kereta api ke depan sangat besar maka INKA dengan segala kemampuan dan potensinya sudah sangat siap menyambut persaingan bisnis kereta api khususnya di tingkat Asia. 

 

Selama ini, hampir100 persen kebutuhan sarana kereta api dalam negeri diproduksi di INKA, baik kereta penumpang maupun gerbong barang. INKA telah membuat kereta pesanan dari Kementerian Perhubungan, PT Kereta Api Indonesia (Persero), pemerintah daerah, dan juga pihak swasta. Produkproduk tersebut, di antaranya Kereta Kedinasan, Kereta Inspeksi, Track Motor Car (TMC), Kereta Rel Diesel Elektrik (KRDE), Lokomotif, Kereta Penumpang, Gerbong Barang, dan yang terbaru ini adalah Light Rail Transit (LRT). Bahkan pada tahun 2018, untuk pesanan dalam negeri, INKA menggarap peremajaan 438 unit Kereta Penumpang dari PT KAI. Lalu, proyek Kereta Rel Listrik untuk Bandara Soekarno-Hatta, KRDE untuk Bandara Internasional Minangkabau, LRT Palembang, dan LRT Jabodebek yang masih dalam proses produksi. Diam-diam pasar ekspor pun telah ditembus, INKA menggarap pesanan dari Bangladesh dan Filipina dengan nilai kontrak proyek mencapai triliunan rupiah. Dengan banyaknya pesanan yang digarap INKA, otomatis telah meningkatkan pula pendapatan yang diperoleh perusahaan milik negara tersebut.

 

Pesanan pasar Asia tersebut terdiri dari berbagai produk mulai dari lokomotif, kereta penumpang, flat wagon, hingga air conditioner (AC). Potensi pasar ekspor di Asia hingga Amerika Latin cukup tinggi untuk digarap oleh satu-satunya produsen rolling stocks di Asia Tenggara ini.   Di luar itu, ada beberapa negara lain yang potensial untuk jadi pasar INKA, seperti Meksiko, Nigeria, Senegal, dan Tanzania. Dengan memperluas pasar ekspor, perseroan meyakini kinerja perseroan tumbuh subur. INKA menargetkan pertumbuhan kinerja hingga dua digit selama lima tahun ke depan. Untuk tahun 2019 ini INKA membidik pendapatan Rp3,8 triliun. Pada tahun 2017, INKA sudah sukses meraih pendapatan sebesar Rp2,58 triliun atau meningkat sebesar 37 persen dibanding tahun sebelumnya. Adapun tahun 2018, pendapatan INKA mencapai Rp3,09 triliun.

 

Perseroan juga telah mengantongi sejumlah kontrak ekspor untuk 2019 lebih dari USD150 juta atau sekitar Rp2,2 triliun. Pada 2025, INKA menargetkan bisa membuat kereta api cepat. Kesuksesan INKA memproduksi kereta dan lokomotif, membuat perusahaan tersebut mendapat banyak pesanan kereta sehingga INKA berupaya memperbesar kapasitas produksi dengan membangun pabrik baru di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. Pabrik kereta di daerah yang dijuluki The Sunrise of Java tersebut ditargetkan memiliki kapasitas produksi dua kali lipat dari pabrik yang ada di Kota Madiun saat ini. Adapun, pabrik tersebut memanfaatkan lahan seluas 84 hektare. Di pabrik baru yang lebih modern tersebut disiapkan menjadi perakitan sarana kereta api baru kedua setelah yang ada di Madiun. 

 

Keberadaan pabrik baru tersebut tentunya akan dapat meningkatkan kapasitas produksi sehingga bisa mendukung pengembangan dan kemajuan industri perkerataapian nasional. INKA di Banyuwangi akan mampu menjawab tantangan kebutuhan sarana kereta api dari pasar luar negeri. Pilihan lokasi di Banyuwangi bukan asal-asalan, melainkan dengan melihat karakteristik yang bisa mendukung, yaitu daerah tersebut memiliki akses pelabuhan dan ketersediaan tenaga kerja dengan standar upah pekerja tak jauh berbeda dengan kondisi di Madiun. Kedekatan lokasi workshop di Banyuwangi dengan pelabuhan barang Tanjung Wangi yang dikelola PT Pelindo III, diperkirakan dapat mendukung INKA dalam proses pengiriman kereta pesanan melalui jalur laut, baik untuk ekspor maupun untuk kebutuhan dalam negeri di luar pulau Jawa. Dengan adanya ekspansi pabrik kedua di Banyuwangi maka dalam sehari INKA bisa menghasilkan empat kereta atau gerbong.

 

Demikian juga dari sisi fasilitas produksi, saat ini INKA telah melakukan peningkatan kapasitas melalui revitalisasi fasilitas produksi di workshop yang ada di Madiun dan juga pabrik baru di Banyuwangi. Sesuai data, kecepatan produksi INKA pada 2017, yaitu satu hari satu kereta atau gerbong. Diharapkan hingga akhir 2018 bisa menjadi 1,5 kereta atau gerbong sehari. Guna mencapai hasil maksimal, INKA terus menggandeng beberapa perguruan tinggi untuk melakukan riset teknologi kereta cepat. Misalnya, dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, INKA bekerja sama untuk riset di bidang review engineering desain car body & instalasi komponen, review engineering desain jendela, review engineering desain bogie, serta review design sistem interior. Hasil riset nanti akan dimantapkan dan akan dimanfaatkan INKA. Kereta cepat adalah mimpi besar Indonesia dalam konteks angkutan massal. INKA sendiri terobsesi ingin membuat kereta api cepat tahan gempa. 

 

Di tahun 2018, INKA mendapat penghargaan Ganesa Widya Jasa Adiutama dari Institut Teknologi Bandung (ITB) atas Jasa dan Kontribusi yang Luar Biasa dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi
dan Seni di Indonesia. Penghargaan ini menjadi bukti bahwa keberadaan dan pencapaian INKA sebagai industri manufaktur sarana perkeretaapian juga turut memajukan pendidikan nasional khususnya di bidang teknologi.  Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) juga memberikan apresiasi INKA sebagai salah satu aktor inovasi (quadruple helix), yaitu penghargaan Anugerah Abyudaya atas prestasi INKA dalam pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan dan membangun sistem inovasi melalui penguatan kebijakan, kelembagaan, sumber daya, dan jaringan inovasi untuk menghasilkan produk inovasi.