Indonesia Port Corporation (IPC) Inovasi Tiada Henti Untuk Negeri

Oleh: Iqbal Ramdani () - 28 September 2018

Naskah: Giattri F.P. Foto: Istimewa

Sebagai perusahaan pelat merah, PT Pelabuhan Indonesia II atau Indonesia Port Corporation (IPC) tak henti berkontribusi dalam membangun negeri. Hal itu bisa dilihat dari kinerja positif perusahaan dari waktu ke waktu serta beragam inovasi yang digulirkan semakin memantapkan diri sebagai digital port sekaligus pengelola pelabuhan berkelas dunia.

 

Sepanjang semester I 2018, IPC mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,21 triliun. Jumlah ini meningkat 18% dibandingkan semester I 2017 yang mencapai Rp1,02 triliun. Pendapatan juga meningkat 8% year-on-year (yoy) menjadi Rp5,35 triliun. Dengan hasil semester satu yang menggembirakan, manajemen IPC optimistis target pada tahun ini bisa tercapai. “Kami memproyeksikan pendapatan usaha tumbuh 13,29% dari Rp10,91 triliun menjadi Rp12,36 triliun,” ungkap Direktur Utama Pelindo II Elvyn G. Masassya semangat. Selama paruh pertama tahun ini, EBITDA Pelindo II meningkat 12,85% dari Rp1,85 triliun menjadi Rp2,09 triliun, sedangkan biaya operasional terhadap pendapatan (BOPO) berhasil ditekan dari Rp69,79 triliun menjadi Rp68,15 triliun.

 

“Ini menunjukkan, performa IPC semakin efisien,” imbuh Elvyn. Dari sisi operasional, jumlah peti kemas yang keluar masuk pelabuhan sepanjang enam bulan pertama tahun ini meningkat 10,18% dari 3,28 juta TEUs menjadi 3,62 juta TEUs. Jumlah kapal yang keluar masuk pun bertambah 10,68% dari 94,58 juta gross tonnage (GT) menjadi 104,68 juta GT. Arus barang non-peti kemas menurun 1,82% dari 27,97 juta ton menjadi 27,44 juta ton. Di sisi lain, jumlah penumpang meningkat 21,85% menjadi 317.310 penumpang. IPC, lanjut Elvyn, pun mengimplementasikan Pelindo Incorporated untuk memberikan dampak positif bagi perusahaan. Strateginya adalah memperluas wilayah operasi, memperbesar kapasitas finansial, dan akses pendanaan. Strategi lainnya, fokus memperkuat kapabilitas produksi dan pemasaran, standardisasi fasilitas, sistem IT, serta pelayanan jasa. “Salah satu bentuk Pelindo Incorporated adalah IPC bekerja sama dengan Pelindo I dalam pengelolaan Pelabuhan Batu Ampar,” tutur pria yang hobi bermusik tersebut.

 

Tak hanya itu di semester kedua ini, IPC mulai menggunakan aplikasi Customer Relationship Management dan meluncurkan IPC Smart Card, yaitu kartu elektronik untuk akses masuk gerbang Pelabuhan Tanjung Priok. Dengan menggunakan kartu tersebut, selain transaksi menjadi cashless atau tanpa uang tunai, perekamannya juga menjadi lebih akurat. Tahap berikutnya, kartu akan diterapkan di Cabang Pelabuhan IPC lainnya. Baru-baru ini, IPC Cabang Pelabuhan Panjang sudah memanfaatkan aplikasi Tempat Penimbunan Sementara berbasis Online (TPS Online) di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung. TPS Online merupakan solusi digital untuk melakukan Pertukaran Data Elektronik (PDE) kontainer antara sistem IPC di Terminal Peti Kemas dengan sistem Bea Cukai di pelabuhan. Sehingga, IPC dan Bea Cukai dapat memberikan pelayanan lebih optimal kepada pelanggan.

 

Penerapan TPS Online ini melengkapi aplikasi Auto Gate System serta Automatic Tally System yang juga akan diterapkan di pelabuhan tersebut. Setelah sebelumnya TPS Online sukses diimplementasikan di Pelabuhan Tanjung Priok, Pontianak, dan Palembang. “Sebagai komitmen berkesinambungan untuk mewujudkan pelayanan yang maksimal kepada pelanggan, maka TPS Online ini akan diterapkan di seluruh Terminal Peti Kemas ocean going (internasional) di wilayah IPC. TPS Online akan mengurangi biaya logistik dan memangkas dwelling time,” ujar Elvyn.

 

Sebelumnya, Pelabuhan Panjang telah mengaplikasikan tiga layanan kepelabuhanan berbasis digital, seperti Vessel Management System (VMS) yang terintegrasi dengan Inaportnet yang dikembangkan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan. VMS ini mencakup informasi tentang pemberitahuan kedatangan kapal, rencana kedatangan kapal, serta permintaan pelayanan kapal dan barang yang berbasis online. Pelabuhan Panjang juga mengaplikasikan e-service solution yang berisi modul-modul layanan registrasi, booking, tracking, pembayaran, penerbitan tagihan, serta layanan umum bagi pelanggan berbasis online. Terkait pola operasi penanganan peti kemas, Pelabuhan Panjang telah memanfaatkan aplikasi Terminal Operating System OPUS yang terintegrasi dengan Terminal Billing System.

 

IPC juga terus memodernisasi fasilitas kepelabuhanan untuk mendukung industri di Tanah Air. Peluncuran ekspor kendaraan utuh (CBU) PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia yang telah mencapai 1,3 juta unit pada awal September lalu membuktikan, perusahaan berhasil memfasilitasi kegiatan ekspor industri otomotif yang diproduksi di dalam negeri. “Sebagai pintu gerbang utama kegiatan ekspor-impor, fasilitas kepelabuhanan yang dikelola IPC terus dikembangkan untuk memperlancar ekspor-impor,” ucapnya. Lebih lanjut Elvyn mengatakan, IPC melalui anak perusahaan, PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPC Car Terminal/ IPCC), terus membangun layanan terminal kendaraan, termasuk memfasilitasi keluar masuk alat berat, seperti excavator, bulldozer, lokomotif, serta suku cadang lainnya dengan sistem yang terintegrasi. IPCC memiliki fasilitas lengkap untuk jasa Vehicle Processing Center (VPC), Equipment Processing Center (EPC), PortStock, termasuk kualitas akses jalan yang disesuaikan dengan kebutuhan industri otomotif. 

 

Berbagai langkah yang telah dilakoni IPC, menurut Elvyn, merupakan wujud nyata komitmen IPC dalam mengembangkan dan memanfaatkan teknologi digital di semua lini agar pelayanan yang mereka berikan semakin cepat, lebih mudah, dan lebih murah. Semua ini diharapkan akan menekan biaya logistik yang akhirnya akan meningkatkan daya saing produk nasional. “Dengan progres dan capaian ini, kami sedang memasuki era baru Pelabuhan Indonesia dan saya optimistis pada tahun 2020, IPC betul-betul memantapkan posisinya sebagai digital port, sekaligus menjadi pengelola pelabuhan kelas dunia yang unggul dalam operasional dan layanan,” pungkas kelahiran Medan, 18 Juni itu.