INDEPENDENCE ART 888

Oleh: Iqbal Ramdani () - 13 November 2017

Naskah: Giattri F.P., Foto: Adit/Kiki

 

Setiap insan memiliki cara untuk menunjukan kecintaannya terhadap tanah air, seperti, 8 pelukis yang tergabung dalam Group 888 menggelar pameran berjudul “Independence Art”. Masing-masing pelukis  menyuguhkan karya lukis bernafaskan Indonesia dengan gaya khasnya mulai dari human interest, kebudayaan, tempat-tempat indah, flora-fauna, bahkan musik.

 

Kedelapan pelukis adalah P. Lanny Andirani, Tintin S., Akbar Linggaprana, Degoestomo, Iryanto Hadi, Taufik Prawoto, Cheng Shui dan Bejee Setyo Laksono. “Ini adalah pameran lukisan yang dihelat pada bulan Agustus bertepatan dengan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke-72. Sehingga kami mengambil tema Independence Art. Pelukis bebas menuangkan kecintaannya terhadap Indonesia melalui media lukisan,” ungkap Ketua Pelaksana Iryanto Hadi. Sarjana Teknologi Pangan dari Institut Teknologi Pertanian tersebut mempersembahkan karya lukis bertema pemandangan dengan gaya realistimpressionist. “Saya suka melukis tempat-tempat indah atau bersejarah di Indonesia. Seperti lukisan saya ini di antaranya mengambil objek Uluwatu dan Puri Tua di Bali,” jelas Iryanto.

 

Lanny, pelukis lulusan ASRI (Akademi Senirupa Indonesia) Yogyakarta, kelahiran 26
Juni 1949 yang masih produktif melahirkan karya meskipun sudah tidak muda lagi, menyuguhkan karya lukis bertema florafauna, salah satunya berjudul ‘As Sweet As Your Smile’. “Saya senang dengan sesuatu yang bahagia dan indah,” ujar wanita yang bergabung dengan Kelompok Indonesia Lima tahun 1993/2014 itu. Tak kalah memukau, karya Akbar Linggaprana, lulusan STSRI ASRI jurusan Seni Lukis tahun 1981. Pria yang merupakan pensiunan TNI AU tahun 2015 tersebut menyuguhkan lebih drai 5 karya lukis di antaranya menginterpretasikan tradisi Bali dan Yogyakarta. “Para wanita asal Bali yang tengah mengaduk gula aren, prajurit keraton Yogyakarta Hadiningrat, serta tari Bedhaya khas Yogyakarta,” jelasnya. Menariknya karya lukis Taufik Prawoto lantaran tokoh dari karya lukisan pria kelahiran Pati 6 februari 1965 ini semuanya bertubuh tambun.